16 Mei 1999

373. KPU Tidak Adil Dalam Menimbang

Barangkali masih ingat dalam Seri 370 yang lalu perangkat halus (baca: keadaan yang abstrak) yaitu tentang hal amal sedekah atas dasar penampilan akan hilang pupus, diibaratkan dalam perangkat kasar (baca: keadaan alam) hujan yang mengguyur lereng bukit, mengikis lapisan tanah hingga timbul batu karang licin, yaitu erosi. Dalam Seri 372 tentang keadaan kejiwaan Al Walid ibn Al Mughirah yang dalam keadaan stress oleh kebimbangan akibat dipropakasi oleh provokator terkenal (berucht, bukan bekend) Abu Jahil, digambarkan oleh Al Quran ibarat orang mendaki gunung tersengal-sengal keletihan. Seperti diketahui menurut ilmu pengetahuan sekarang ini, tersengal-sengal karena mendaki gunung itu disebabkan oleh karena banyaknya energi yang keluar dan makin tinggi di atas permukaan bumi oksigen kian menipis. Sedikit keterangan dalam kurung, bahasa Belanda membedakan antara orang terkenal kejinya dengan yang terkenal baiknya. Yang pertama disebut berucht dan yang kedua disebut bekend.

Maka demikianlah kali ini akan dikemukakan tentang keseimbangan, yaitu mengenai apa saja yang imbang, baik perangkat halus maupun perangkat kasar. Dapat bermakna keseimbangan alam, dapat pula bermakna keseimbangan kejiwaan, dapat juga bermakna keseimbangan penilaian, bahkan dapat bermakna suatu alat dalam keadaan keseimbangan yang disebut dengan timbangan. Kesemuanya ini ada dalam S. ALRHMN (dibaca Arrahma-n).

Allah SWT mulai menunjuk kepada keseimbangan makrokosmos. W ALSMA" RF'AHA W WDH'A ALMYZAN (S. ALRHMN, 7), dibaca: Wassama-a rafa'aha- wa wadha'al mi-za-n (S. Arrahma-n), artinya: makrokosmos itu ditinggikan dan dijadikan dalam keadaan seimbang (55:7). Allah SWT menciptakan mizan, keseimbangan di makrokosmos. Adapun keseimbangan di makrokosmos itu sifatnya adalah keseimbangan yang dinamik. Allah sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur, mengatur makrokosmos melalui gravitasi. Apapun penafsiran para pakar tentang gravitasi, apakah itu suatu medan gaya, menurut penafsiran Newton, atau apakah itu suatu garis geodesik menurut penafsiran Einstein, maka melalui gravitasilah Allah SWT mengatur gerak makrokosmos yang dalam keseimbangan dinamik. Matahari bersama-sama dengan jutaan bintang, atau najm menurut bahasa Al Quran, dan gas interstellair, yang dalam istilah Al Quran disebut dukhan mengedari pusat Milky Way dalam keseimbangan dinamik. Atau dalam ruang lingkup yang lebih kecil, tata-surya, planet-planet, yang dalam bahasa Al Quran disebut dengan kaukab mengelilingi pusat tata-surya yaitu matahari, juga dalam keadaan mizan, keseimbangan yang dinamik itu.

Itu semua adalah ilustrasi, yang tujuannya adalah sebuah ibarat tentang keseimbangan kejiwaan, keseimbangan perihal kehidupan manusia, keseimbangan dalam penilaian yang disebut keadilan, termasuk di dalamnya membuat keadaan seimbang dalam melakukan pekerjaan menimbang. ALA TATHGHA FY ALMYZAN (S. ALRHMN, 8), dibaca: Alla- tathghaw fil mi-z-an (S. Arrahma-n), artinya: Supaya tidak terjadi ketidak tertiban dalam menimbang.

Khusus mengenai keseimbangan dalam penilaian yang disebut keadilan Komite Pemilihan Umum (KPU) telah menimbang dengan tidak adil alias menilai ganda. Dua orang anggota KPU, yaitu A.Alfian Mallarangeng dan Affan Gaffar walk out dari dalam gelanggang sidang. Dalam sidang yang dipimpin Ketua KPU Rudini akhirnya diputuskan bahwa anggota KPU dibolehkan untuk berkampanye. Keputusan itu sebenarnya sudah final sekitar sebulan yang lalu. Tetapi A.Alfian Mallarangeng, Affan Gaffar dan Adnan Buyung Nasution minta agar ditinjau kembali. Alasan mereka, karena KPU melarang menteri berkampanye, karena itu para anggota KPU juga tidak boleh berkampanye. Dalam tiga hari KPU kembali meninjau dan membahas kembali putusan itu, namun setiap pembicaraan selalu mengalami kunci-mati (deadlock). Akhirnya hari Jum'at kemarin dulu diputuskan ulang bahwa anggota KPU tetap boleh kampanye. "Ini adalah merupakan keputusan KPU, titik," seru Rudini dengan nada berang, demikian saya lihat dalam layar monitor TV, tatkala diwawancarai oleh para wartawan.

Hasballah M. Saad anggota KPU dari Partai Amanat Nasional mengatakan bahwa keputusan anggota KPU berkampanye sudah final. Karena menurut Saad orang membuat partai bukan untuk menjadi anggota KPU belaka. Lalu bagaimana kalau tidak diizinkan untuk berkampanye, demikian ujar Saad selanjutnya. Untuk itu kepada Saad saya cuma ingin menitipkan pesan kata-kata mutiara bahasa Makassar: Ka'biliki kalennu. Napunna parisiki nusa'ring, e kammatongintu na'sa'ring parannu tau. (Cubitlah dirimu. Kalau nyeri kau rasakan, niscaya demikian pula dirasakan oleh sesamamu manusia). Kalau anda yang bukan ketua partai merasa nyeri dilarang berkampanye, lebih-lebih lagi demikian pula dirasakan oleh Ketum Partai Persatuan Pembangunan dan Ketum Partai Golkar yang dilarang berkampanye. Dan oleh karena dengan melihat nama anda patut saya menduga bahwa anda itu orang Islam. Maka saya titipkan pula pesan dari ayat yang berikutnya dari yang telah dikutip di atas: W AQYMWA ALWZN BALQSTH W LA TKHSRWA ALMYZAN (S. ALRHMN, 9), dibaca: Wa aqi-mul wazna bil qisthi wa la- tukhsarul mi-za-na (S. Arrahma-n), artinya: Tegakkanlah timbangan dengan adil (yang terbit dari nurani kamu) dan janganlah kurangi timbangan (waktu membuat penilaian) (55:9).

Hamzah Haz yang Ketum Partai Persatuan Pembangunan dan Akbar Tanjung yang Ketum Partai Golkar telah mengundurkan diri, melepaskan jabatan menteri, karena ingin berkampanye. Maka seyogianya anggota KPU yang ingin berkampanye kalau punya siri' (ini bahasa Makassar yang artinya lebih tinggi kualitasnya dari malu) berhentilah menjadi anggota KPU, supaya kredibilitas partai anda tidak meluncur turun. Nanti rakyat berkata: Baru anggota KPU saja sudah tidak berlaku adil, bukankah lawannya adil itu zalim? Apapula kalau partainya telah memegang kekuasaan, apakah dapat dijamin tidak akan zalim? Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 16 Mei 1999