13 Juni 1999

376. Menanti

Ada sebuah kelong Mângkasara’ (syair Makassar) tentang menanti ini, demikian bunyinya:

Bosi minne bara’minne,
bungaminne campagayya,
Inakke minne,
lama'lonjo’ pa’risikku

Turunlah hujan, musim barat telah tiba,
pohon cempaka berbunga pula.
Nasibku memang,
selalu dirundung malang.

Kelong tersebut menggambarkan pergolakan jiwa seorang gadis pingitan. Si gadis. yang jiwanya selalu meratap, mendambakan orang datang meminang. Namun tetap dihinggapi optinisme dalam kadar harap-harap cemas dari tahun ke tahun. Pergantian tahun ditandai dengan datangnya musim barat, bahkan pohon cempaka sudah berbunga pula. Tetapi selalu dirundung malang, belum ada yang datang meminang.

Memang hidup ini akan menjemukan jika tidak ada yang dinanti-nantikan. Dalam sebuah kelong digambarkan seorang anak yang menanti bilakah ia akan bertumbuh besar sehingga dapat memakai pakaian daerah. Ada pula iklan yang menggambarkan seorang bocah melingkarkan tangannya meliwati kepalanya untuk dapat menjewer telinganya sendiri, pertanda sudah dapat masuk sekolah. Bocah ini selalu menantikan bilakah ia sudah boleh masuk sekolah. Cara melingkarkan tangan ke kepala ini sudah jarang sekali, bahkan mungkin tidak pernah lagi dipakai sebagai metode praktis untuk mengukur usia seorang bocah sudah berumur sekitar enam tahun. Pada waktu saya masih bocah saya ingat betul metode melingkarkan tangan melewati kepala menjewer telinga sendiri tersebut.

Setelah menduduki bangku sekolah mendekati musim libur besar Ramadhan kita anak-anak sekolah sudah bergairah menanti masuknya libur Ramadhan, Akankah libur Ramadhan bagi anak anak sekolah akan berulang dilarang lagi seperti zaman Orde Baru tatkala Daud Yusuf menjadi menteri P dan K, andaikata, sekali lagi andai kata, PDlP mencapai angka signifikan hingga perhitungan akhir?

Dalam bulan Ramadhan menjelang akhir Ramadhan, yaitu sepuluh malam ganjil terakhir, ummat Islam yang berpuasa menanti LaylatulQadr. Ada yang salah kaprah dengan menanti turunnya LaylatulQadr. Menurut Al Quran LaylatulQadr tidak turun. Yang turun pada malam yang dinanti-nantikan itu ialah Al Quran, malaikat dan ruh (Jibril). Coba baca ayat ini:
-- ANA ANZLNHU FY LYLt ALQDR . TNZL ALMLaKt WALRWH FYHA BADZN RBHM MN kl AMR (S. ALQDR, 1,4), dibaca: inna- anzalna-hu fi- lailatil qadri . tanazzalul mala-ikatu war ru-hu fi-ha- biidzni rabbihim ming kullli amrin (s. alqadri), artinya: Sesungguhnya Kami telah turunkan dia (maksudnya Al Quran) pada malam qadar (LaylatulQadr) . Turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Maha Pengatur mereka untuk mengatur tiap-tiap urusan (97: 1-4). Jadi jelas LaylatulQadr tidak turun. Yang turun pada LaylatulQadr yang dinanti-nantikan itu adalah Al Quran (ayat 1), dan juga turun pada malam itu ada!ah para malaikat dan Jibril (ayat 4).

Menjelang akhir tahun pelajaran, murid-murid sekolah menanti saat naik kelas, yang akan tammat menanti hasil ujian apakah berhasil atau tidak, kemudian menanti lagi apa dapat menyambung ke sekolah lebih lanjut setelah menjalani ujian masuk. Demikian seterusnya menanti hingga lulus bangku perguruan tinggi, lalu menanti lagi apakah diterima bekerja setelah test.

Yang perjaka dan gadis menanti dan menanti bila ia mendapat pasangan hidup, menanti seperti yang digambarkan potret jiwa seorang gadis pingitan dalam syair di atas itu.

Sekarang ini masyarakat pada risau (yang mau risau) bahkan penasaran (yang mau penasaran) tentang lambannya perhitungan suara. Bahkan dalam acara pro dan kontra di TPI antara Jefry Winters, si tukang curiga, dengan A. Mallarangeng beberapa malam lalu, Jefry ini mencurigai kelambanan perhitungan suara itu disengaja supaya dapat berbuat curang, (Saya ragu apakah nama sang idola Rizal Ramli dari Ecorit ini ditulis dengan double "f"s atau tidak, Winter pakai s atau tidak; karena saya tulis dengan mengandalkan ingatan saja). Jefry kelabakan juga waktu A. Mallarangeng mengatakan bahwa Jefry ini mencurigai Parpol berbuat curang, sebab Panitia Pemilihan itu bukan dari pernerintah, melainkan dari Parpol.

Secara obyektif kelambanan perhitungan terjadi karena pada tingkat bawah dilakukan dengan manual, yang biasanya kalau dengan cara manual ini sering-sering jumlahnya tidak cocok antara jalur baris dengan jalur kolom. Lagi pula menurut Rudini perhitungan suara masih sesuai dengan jadwal KPU. Tanggal 10 Juni dijadwalkan akan selesai di tingkat kecamatan, kemudian tanggal 14 Juni akan selesai di tingkat kabupaten, tanggal 17 Juni akan selesai di tingkat provinsi dan terakhir tanggal 21 akan selesai di KPU. (Semestinya kata "akan" didahului oleh "lnsyaAllah").

Ada juga baiknya Jefry Winters si tukang curiga ini dan anak pengagumnya di Econit mendengarkan ucapan lembaga pemantau Pemilu - yang cukup punya nama di Filipina, yaitu National Movement for Free Elections, disingkat Namfrel yang juga ikut serta mengirim anggotanya sebagai pemantau Pemilu ke TPS-TPS. Namfrel menyerukan supaya semua pihak agar tidak mencurigai lambannya penghitungan suara hasil Pemilu, dan supaya kelambanan itu tidak dijadikan dasar keprihatinan bermuatan kecurigaan.

Namun ada sedikit Saran buat KPU. Bagaimana kalau da!am memberikan informasi angka-angka sementara itu, yang masuk nominasi 6 besar disajikan dalam matrix (baris dan kolom). Pada baris dituliskan ke-6 parpol dan pada kolom dituliskan angka-angka sementara di atas 100.000 dari provinsi mana angka-angka itu berasal. Contoh misalnya PDIP dari provinsi A sekian (di atas seribu), dari provinsi B sekian (di atas 100.000) dan sisanya dari provinsi-provinsi lain. Dengan demikian kita mendapatkan gambaran taburan angka itu, sehingga masyarakat tidak akan kaget kok angkanya tinggi cuma mendapat kursi yang kurang. Nomor satu dalam jumlah secara nasional tetapi cuma mendapat nomor 4 dalam jumlah kursi. WaLlahu a'lamu bsshawab.

*** Makassar, 13 Juni 1999