12 September 1999

389. Gebrakan Presiden Habibie Menghantam Status Quo dengan Lontaran Dua Opsi

Gagasan dua opsi Presiden Habibie itu merupakan kebijakan politik yang berani jika dikaitkan dengan statusnya sebagai Capres. Kekalahan opsi otonomi dalam jajak pendapat seperti ternyata sekarang dapat dimanfaatkan dan memang sudah dimanfaatkan oleb kubu Megawati sebagai kendaruan politik untuk tambah sengit membidik Presiden Habibie.

Dalam pada itu para alumni GMNI mengeluarkan pernyataan tidak rasional yang bebal, karena menyuruh Presiden Habibie mundur sebagai presiden. Mengapa saya katakan bebal, oleh karena jika Presiden Habibie mundur sebelum SU MPR, lalu siapa yang akan jadi presiden? Bukankah akan terjadi kevakuman pemerintahan, walaupun Tap MPR No.Vll/MPR/1973 menggariskan pemerintahan diteruskan oleh Mendagri, Menhankam dan Menlu? Pada waktu Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden, lalu Habibie berani menerima tugas jabatan presiden itu tentu saja dengan pertimbangan agar tidak ada kevakuman pemerintahan. Sebab hal itu akan menimbulkan khaos. Atau apakah memang para alumni GMNI itu menghendaki khaos?

Berhubung adanya manuver politik dalam wujud isu bohong: mundur dan kudeta, maka kepada Pak Habibie kita serukan syare gasy. (Syare gasy, adalah ujar-ujar yang populer dalam kalangan pear group Imaam Bonjol l9 Bandung, yang artinya hampir sama dengan howgh dalam bahasa Indian suku Apache).

Bahwa opsi itu dapat pula menjadi senjata kubu Megawati itu untuk menghantam dirinya, Presiden Habibie tentu telah mempunyai kalkulasi yang demikian. Presiden Habibie berani mengambil keputusan calculated risk itu oleh karena ia berpijak di atas pendirian: Jabatan presiden bukan segala-galanya. Dengan pendirian itu ia merasakan tidak ada monyet di punggung. Itulah pula mengapa ia berani tahun lalu memasukkan SI MPR dalam agenda reformasi, tidak takut jika dalam SI itu ia dapat dijatuhkan dari jabatan presiden.

Emil Salim yang selama ini kelihatannya diam, mungkin tahu diri, kini boleh jadi karena melihat situasi Presiden Habibie dapat dipurukkan dengan hasil jajak pendapat itu, mulai pula angkat bicara, bahwa keadaan perekonomian baru akan dapat diperbaiki jika rejim sekarang ini telah berganti. Saya katakan di atas mungkin tahu diri, oleh karena banyak yang tahu bahwa Emil Salim merupakan arsitek utama strategi pembangunan Orde Barn, kebijakan akselerasi modernisasi yang menyebabkan timbulnya segelintir taipan, konglomerat yang bermuara pada timbulnya mekanisme yang melahirkan KKN. Alangkah eloknya jika Emil Salim tidak perlu bicara, sebab buat dia lebih baik memakai amulet: zwijgen is goud, diam itu emas. Saya ingat sebuah kejadian di zamannya Nabi 'Isa AS, seperti tertera dalam Injil:
3.En de schrjftgeleerden en die Farizeers brachten tot hem eene vrow in overspel gegrepen;.... 7.En als zij hem vragen, richte hij zich op en zeide tot hen: Wie van ulieden zonder zonde is, werpe het eerst den steen opt haar... 8.En Jezus zich oprichtende, en niemand ziende dan die vrow zeide tot hoar: Vrouw, waar zijn deze uwe beschuldiger? Heeft niemand veroordeeld? 11.En ziy zeide: Niemand Heere (Johannes 8:3,7,10,11). Artinya: 3.Para ahli kitab dan orang Parisi membawa kepadanya seorang perempuan yang tertangkap basah berzina,... 7.Karena mereka terus bertanya kepadanya, ia mengangkat kepalanya dan berkata kepada mereka: Siapa diantara tuan-tuan yang tidak berdosa dialah yang pertama-tama merajamnya... 1O.Jesus mengangkat muka dan tak seorangpun yang dilihatnya selain perempuan itu, lain lalu berkata kepadanya: Hai perempuan dimanakah mereka yang menyalahkanmu? Tidak adakah orang yang menghukummu? Ia berkata: Tidak ada Tuan.

Kembali kita kepada kebijakan politik dua opsi. Presiden Habibie membuat gebrakan menghantam keadaan status quo Timtim yang berlangsung selama dua puluh tahun lebih. Status quo itu berupa dekolonisasi Portugis yang terbengkalai atas Timtim, yang ibarat duri dalam daging. Keluar, dekolonisasi yang terbengkalai itu ibarat duri dalam daging, karena selalu diusik Portugis dalam arena diplomasi, dikuatirkan jangan-jangan akan menjadi agenda pembicaraan di PBB. Duri dalam daging di dunia diplornatik itulah yang menjadikan pemerintah Orde Baru mengadakan pembangunan fisik di sana sebagai counter attack terhadap upaya Portugis dan diplomasi Ramos Horta. Kebijakan pembangunan fisik yang melahap banyak dana itu menyebabkan timbulnya duri pula ke dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri, karena setiap menyusun APBN merupakan duri tentang banyaknya dana yang dialokasikan ke daerah yang dimanjakan itu, padahal di daerah-daerah lain di Indonesia terdapat pula daerah miskin yang harus mendapat perhatian.

Walaupun pemerintahan Orde Baru, memanjakan Timtim dari segi pembangunan fisik, namun perlakuan terhadap penduduk setempat seakan dianak-tirikan. Jadi suatu ironi yang kontradiktif, yaitu dimanjakan tetapi dianak-tirikan. Keadaan status quo yang demikian itu dipertahankan Orde Baru selama dua puluh tahun lehih. Keadaan status quo inilah yang digebrak Presiden Habibie dengan kebijakan dua opsi. Lalu siapa bilang Presiden Habibie adalah perpanjangan tangan Orde Baru? Buat apa dia membuat kebijakan politik yang tidak populer andaikata ia mesin politik Orde Baru?

Kini tahap kedua agenda kehijakan politik itu sedang berproses dengan mekanisme darurat militer. Sementara ulasan ini ditulis, diberitakan situasi keamanan sudah mengarah kepada perkembangan yang positif. Mudah-mudahan TNI dapat melakukan tugasnya dengan haik dalam arti mencegah perang saudara di Timitim sebelum SU MPR, sehingga tidak ada alasan untuk masuknya pasukan PBB ke Timtim. Dengan demikian Republik Indonesia menjadi terhormat di mata dunia, dapat berpisah secara baik-baik dengan Timtim. Bagi bebenapa anggota DPR, yang barn sekarang mau minta penjelasan dari Presiden Habibie (mengapa bukan dari semula apa mau dikata pahlawan?), yang tidak senang dengan kemenangan opsi pemisahan Timtim, dengarlah ayat ini:
-- W'ASY AN TKRHWA SYYA WHW KHYR LKM (S. AL BQRt, 2:216), dibaca: wa'asa- an takrahu- syaian wahuwa khairul lakum (s. albaqarah}, artinya: Boleh jadi kamu jengkel akan sesuatu padahal ia haik bagimu. Lalu apa baiknya opsi pemisahan itu? Ya duri dalam daging telah tercabut seperti dikemukakan di atas. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 12 September 1999