Seri 390 hari Ahad yang lalu kurang komunikatif bagi pembaca, sebab ada bagian paragraf yang senjang berhubung dimakan virus, maka bagian yang senjang itu disisip kembali seperti berikut:
Karena sekarang terjadi boom rekayasa politik, ada kemungkinan penganiayaan Winters itu itu diisukan sebagai usaha pemerintah untuk meredam Winters supaya ia tidak berani lagi mengoceh sebagai pengamat politik. (Sekarang menjamur pengamat politik yang ditokohkan oleh mas media elektronik seperti misalnya Kristiadi dari CSIS yang suka berbohong. Dalam kesempatan mengoceh dalam diskusi Partai aliran orang ini menyangkal keterlibatan CSIS dalam kebijakan strategi pembangunan Orde Baru. Padahal telah umum diketahui orang bahwa CSIS semula adalah peletak dasar strategi pembangunan Orde Baru dengan tokohnya antara lain mendiang Ali Murtopo dan Emil Salim). Dapat saja diisukan bahwa dengan senjata money politics Tri Apri Untoro bersama dua orang kawannya diberi uang untuk menganiaya Winters, dan jika ditangkap polisi supaya anak muda itu mengaku akan dicabuli Winters untuk disodomi. Untunglah rekayasa yang demikian itu tidak mudah akan dipercaya orang, karena bertentangan dengan peribahasa yang bersifat universal: "Berani karena benar, takut karena salah." Winters merasa takut, sehingga Senin dinihari itu juga 13-9-1999 ditempatnya menginap, yaitu Hotel Garuda, Winters minta supaya penganiayaan itu tidak diperpanjang. Pada jam 06:30 hari Senin itu juga Winters chek-out lalu terbang ke Jakarta menggunakan flight yang pertama.
***
Konon ada seorang Australia yang ibarat kodok yang baru lepas keluar tempurung. Katakanlah ia bernama Howard. Ia pergi bertamasya di Amerika Serikat. Pada hari pertama tiba di sana Howard telah mendapat kecelakaan, karena ia menjalankan mobil pada sisi sebelah kiri seperti kebiasaannya di Australia, padahal di AS orang berjalan pada sisi sebelah kanan. Dalam rumah sakit tempat Howard dirawat itu seorang perawat, katakanlah bernama Clinton bersungut kepadanya: I think you visit this country just to die." (Hemat saya anda mengunjungi negeri ini hanya untuk mati). Howard menggelengkan kepalanya: "Not yesterday but today." (Bukan kemarin melainkan hari ini). Kelihatannya jawaban Howard tidak nyambung, sebab Clinton sama sekali tidak mempersoalkan hari kedatangan Howard samada tiba kemarin atau hari ini, sehingga Clinton mengerutkan alis. "Say, my friend, just to die and to die have the same meaning". (Hei sobat, hanya untuk mati dan mati maknanya sama saja). Maka giliran Howard yang mengerutkan alis, kemudian menggelengkan kepalanya pula, kemudian menjawab: "Yesterday is yesterday and today is today." (Kemarin adalah kemarin dan hari ini adalah hari ini). Percakapan terhenti, soal-jawab tidak nyambung. Percakapan antara Howard dengan Clinton betul-betul merupakan komunikasi yang senjang, bukan karena virus seperti dalam paragraf dalam Seri 390 yang lalu.
Mengapa komunikasi antara Howard dengan Clinton itu tidak nyambung? Itu disebabkan oleh komunikasi lisan. "Hari ini" dalam bahasa lisan Inggris gaya Australia diucapkan "tudai", padahal dalam British and American English diucapkan tudei. Sedangkan "kemarin" orang Australia mengucapkan jestudai, dan ini kedengarannya bagi orang Inggris dan Amerika ucapan jestudai dikiranya "just to die". Hal ini tentu tidak akan terjadi jika komunikasi itu dalam wujud tulisan.
***
Tatkala Howard yang John mengancam akan mengadakan invasi ke Timtim katanya mempersiapkan 7000 pasukannya (kemudian katanya naik menjadi 10.000, lalu katanya turun 4500, terakhir hanya 2000) untuk masuk Indonesia, Clinton yang betul-betul Clinton memberikan isyarat "berdiri di belakang" John Howard. Namun tatkala John Howard bersambut, yaitu Presiden Habibie mengadakan serangan balik (baca: balik mengancam), bahwa sebagai Presiden Republik Indonesia masih bertanggung-jawab atas wilayah Timtim. Jika Australia mengadakan invasi ke Timtin maka itu dinilai oleh Indonesia sebaga pernyataan perang dari Australia. Jika demikian, maka Indonesia akan melayani Australia sampai batas terakhir kemampuan sumberdaya ekonomi dan pertahanannya.
Ancaman balik dari Jakarta menyebabkan nyali John Howard menjadi ciut. Ia segera menelpon Gedung Putih meminta bantuan sejumlah pasukan AS. Namun Clinton hanya menjanjikan jika Australia akan mengirim pasukannya ke Timtim tanpa seizin Jakarta, maka AS hanya akan membantunya sebatas keperluan logistik. Di sini terjadi pula kesenjangan disebabkan komunikasi lisan "berdiri di belakang". John Howard salah tafsir atas isyarat lisan Clinton untuk "berdiri di belakang" Australia.
Terlihat berapa pentingnya kebudayaan menulis itu. Bukan hanya dalam konteks mencegah kesenjangan komunikasi belaka, bahkan mulai dari yang penting seperti perjanjian perikatan sampai kepada yang kecil-kecil seperti kejadian hal yang lucu-lucu. Dalam dunia anak-anak "een, twee, drie" menjadi terucapkan "enten dris". Atau dalam dunia perpeloncoan (atau apapun istilahnya) kata "kikkeren", artinya berlaku seperti kikker (= kodok), yaitu loncat kodok. Karena kelebihan vitamin "G" di daerah ini terucap "kengkreng", yang tidak pernah terdengar di tempat lain di Indonesia.
Dalam Al Quran ada sebuah surah yang dinamakan Surah Pena.
-- N WALQLM WMA YSTHRWN (S. ALQLM, 68:1), dibaca: nun walqalami wama- yasthuru-n (s. alqalam), artinya: Nun (sebuah kode matematis), perhatikanlah pena dan apa-apa yang mereka tuliskan. Al Quran memerintahkan untuk menuliskan perikatan perjanjian oleh Katib (notaris).
-- ADZA TDAYNTM BDYN ALY AJL MSMY FAKTBWH WLYKTB BYNKUM KATB BAL'ADL (S. ALBQRt, 2:282), dibaca: idza- tada-yantum bidaynin ila- ajalin musamman faktubu-hu walyaktub baynakum ka-tibun bil'adli (s. albaqarah), artinya: Jika kamu mengadakan perikatan perjanjian utang-piutang sampai waktu tertentu maka tuliskanlah dan mestilah dituliskan di antara kamu oleh seorang katib dengan adil. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 26 September 1999
26 September 1999
[+/-] |
391. Kesenjangan Komunikasi dan Kebudayaan Menulis |
19 September 1999
[+/-] |
390. Berita Tentang Tahyul, Khurafat dan Sodomi |
Menjelang akhir 10 abad (millenium) kedua yaitu abad ke11-20 di Indonesia terangkat tiga berita yang dapat merusak aqidah dan akhlaq ummat terutama remaja dan pemudanya, yailu berita tahyul, khurafat dan sodomi.
Pertama, berita tahyul ialah tentang hari kiamat pada 9-9-1999, jam 9, yang bersumber dari paranormal, kemudian diekspos oleh mas media. Tidak usah secara naqliyah, secara aqliyahpun berita tahyul itu gampang dinafikan. Jam 9 waktu apa? Di globa ini banyak terdapat yang berbeda jam 9-nya. Juga tanggal 9 di mana? Di globa ini ada dua tanggal 9, satu di sebelah timur international date line (IDL) dan satu lagi di sebelah barat IDL.
Kedua, berita tentang khurafat yaitu catatan harian Rudy Ramli diperlakukan seperti suhuf (lembaran kitab suci), suci dari kesalahan. Dalam pandangan beberapa penganut khurafat itu, tidak terkecuali beherapa anggota DPR, semua bantahan terhadap lembaran khurafat itu dinyatakan salah dan kecewa terhadap pembantah itu. Tokoh Iramasuka (Irian, Maluku, Sulawesi, Kalimantan) Baramuli mencoba menghapus khurafat itu dengan menantang Pansus Komisi VIII DPR supaya pertemuan tabayyun (klarifikasi) antara Pansus dengan dirinya secara terbuka, tetapi Pansus menolak, mengapa takut? Artinya dilihat dari segi mencerdaskan kehidupan bangsa, Pansus itu memelihara khurafat. Padahal demi rakyat Indonesia yang 200 juta (ini meminjam gaya beberapa anggota DPR, boleh bukan?) aqidah rakyat perlu dipelihara dari khurafat melalui tabayyun dengan Baramuli secara terbuka.
Ketiga, berita yang terjadi di Yogyakarta, mengenai Jeifry Winters yang homosexual, idola dan teman akrab Direktur Econit Advisory Group Rizal Ramli. Dalam konteks yang menimpa Winters substansi berita itu termasuk ringan, karena hanya mengenai penganiayaan ringan dan pengejaran. Akan tetapi dalam konteks yang menimpa Tri Apri Untoro mahasiswa sehuah PTN di Yogyakarta, korban percobaan perbuatan cabul sodomi, substansi berita itu serius, karena sodomi itu menyangkut hal yang dilaknat Allah. Qaum Luth dilaknat Allah, karena homosexual dan lesbian. Malaikat diutus Allah ke Sodom dan Gomorrah (Qamran) untuk menghukum negeri itu dengan shayhah, bunyi yang frekwensi getarannya tinggi, seperti disebutkan dalam Al Quran:
-- AN KANT ALA SHYhT WAhDT FADZAHM KHAMDWN (S. YS, 36:29), dihaca: in ka-nat illa- shayhatan wa-hidatan faidzahun kha-midu-n (s. ya-sin), artinya: bukan kejadian biasa melainkan bunyi yang keras, maka dengan itu mereka mati terkapar (36:29).
Sebenarnya Winters pernah disorot dalam kolom ini, yaitu Seri 347, karena Winters menghujat sistem hukum kita yang dikatakannya hukum kolonial warisan Belanda. Kita kutip sebagian kecil:
"Mencerca sistem hukum negara Republik lndonesia yang dikatakannya hukum kolonial, berarti Winters menghina bangsa Indonesia. Tidak percaya? Bacalah hasil wawancara yang berikut ini: Kalau memang pemerintah Habibie menjadikan saya tersangka, maka itu berarti bahwa sebenarnya pemerintah Habibie ingin tetap menggunakan suatu instrumen hukum yang sebenarnya punya sejarah kolonial, yaitu dari zaman Belanda. Negara demokrasi tidak punya hukum kolonial seperti itu. Jadi itu hukum yang dipakai, kemudian dipakai Soeharto dan sekarang dipakai oleh Habibie.
Winters boleh saja tidak mengakui legitimasi sistem perundang-undangan kita, karena ia warga-negara Amerika. Akan tetapi rakyat Indonesia harus melaknat Winters sekeras kerasnya, karena ia menghujat sistem hukum kita yang dikatakannya hukum kolonial warisan Belanda," Sekian kutipan itu.
Karena sekarang terjadi boom rekayasa politik, ada kemungkinan penganiayaan Winters itu diisukan sebagai suatu usaha pemerintah untuk meredam Winters supaya ia tidak berani lagi mengoceh sebagai pengamnat potitik. (Sekarang menjamur pengamat politik yang ditokohkan oleh mas media elektronik seperti misalnya Kristiadi dari CSIS yang suka berbohong. Dalam kesempatan mengoceh dalam diskusi Partai aliran orang ini menyangkal keterlibatan CSIS dalam kebijakan strategi pembangunan Orde Baru. Padahal semua orang tahu CSIS semula adalah peletak dasar strategi pembangunan Orde Baru.
Berani karena benar, takut karena salah, Winters merasa takut, sehingga Senin dini hari 13-9-1999 di tempatnya menginap yaitu Hotel Garuda di depan polisi yang dipanggil oleh petugas Ho tel Garuda, Winters meminta supaya penganiayaan itu tidak diperpanjang. Pada jam 06:30 pagi hari Senin itu juga Winters check-out lalu terbang ke Jakarta menggunakan flight yang pertama. Untuk memperoleh informasi tentang pengakuan Untoro korhan dari predator Jeffry Winters, pembaca dapat membaca pengakuan Untoro di depan polisi seperti diberitakan oleh Harian Fajar, edisi Rabu, 15-9-1999, halaman 3.
Beruntung sekall, Jeffry Winters belum saatnya dicabut nyawanya oleh malakulmaut. Sebab andai kata Jeffry Winters sempat dianiaya sampai mati terkapar, sedangkan yang menganiayanya tidak terungkap, maka peristiwa itu dapat menjadi kuda tunggangan politik untuk membidik Presiden Habibie. Bahwa Winters dibunuh secara gelap oleh pembunuh bayaran dari kubu Habibie untuk membungkam mulut Jeffry Winters.
Ala kulli hal ada yang sangat penting pula dikemukakan. Bahwa peristiwa percobaan sodomi ini merupakan gunung es dari prilaku Winters dalam dunia sodomi di Indonesia. Sangat beralasan untuk ditengarai bahwa setiap ia datang di Indonesia untuk mengoceh sebagai peninjau politik, ia selalu menjadi predator yang memangsa remaja ataupun pemuda kita, bahkan dapat diyakini kebenarannya bahwa Winters berperan pula menjerumuskan pemuda sebagai pemula terjun masuk ke dunia sodomi dan ia sebagai penyebar HIV/AIDS. Seperti diketahui HIV/AIDS ini mula pertama didapatkan pada homoseksual. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 19 September 1999
12 September 1999
[+/-] |
389. Gebrakan Presiden Habibie Menghantam Status Quo dengan Lontaran Dua Opsi |
Gagasan dua opsi Presiden Habibie itu merupakan kebijakan politik yang berani jika dikaitkan dengan statusnya sebagai Capres. Kekalahan opsi otonomi dalam jajak pendapat seperti ternyata sekarang dapat dimanfaatkan dan memang sudah dimanfaatkan oleb kubu Megawati sebagai kendaruan politik untuk tambah sengit membidik Presiden Habibie.
Dalam pada itu para alumni GMNI mengeluarkan pernyataan tidak rasional yang bebal, karena menyuruh Presiden Habibie mundur sebagai presiden. Mengapa saya katakan bebal, oleh karena jika Presiden Habibie mundur sebelum SU MPR, lalu siapa yang akan jadi presiden? Bukankah akan terjadi kevakuman pemerintahan, walaupun Tap MPR No.Vll/MPR/1973 menggariskan pemerintahan diteruskan oleh Mendagri, Menhankam dan Menlu? Pada waktu Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden, lalu Habibie berani menerima tugas jabatan presiden itu tentu saja dengan pertimbangan agar tidak ada kevakuman pemerintahan. Sebab hal itu akan menimbulkan khaos. Atau apakah memang para alumni GMNI itu menghendaki khaos?
Berhubung adanya manuver politik dalam wujud isu bohong: mundur dan kudeta, maka kepada Pak Habibie kita serukan syare gasy. (Syare gasy, adalah ujar-ujar yang populer dalam kalangan pear group Imaam Bonjol l9 Bandung, yang artinya hampir sama dengan howgh dalam bahasa Indian suku Apache).
Bahwa opsi itu dapat pula menjadi senjata kubu Megawati itu untuk menghantam dirinya, Presiden Habibie tentu telah mempunyai kalkulasi yang demikian. Presiden Habibie berani mengambil keputusan calculated risk itu oleh karena ia berpijak di atas pendirian: Jabatan presiden bukan segala-galanya. Dengan pendirian itu ia merasakan tidak ada monyet di punggung. Itulah pula mengapa ia berani tahun lalu memasukkan SI MPR dalam agenda reformasi, tidak takut jika dalam SI itu ia dapat dijatuhkan dari jabatan presiden.
Emil Salim yang selama ini kelihatannya diam, mungkin tahu diri, kini boleh jadi karena melihat situasi Presiden Habibie dapat dipurukkan dengan hasil jajak pendapat itu, mulai pula angkat bicara, bahwa keadaan perekonomian baru akan dapat diperbaiki jika rejim sekarang ini telah berganti. Saya katakan di atas mungkin tahu diri, oleh karena banyak yang tahu bahwa Emil Salim merupakan arsitek utama strategi pembangunan Orde Barn, kebijakan akselerasi modernisasi yang menyebabkan timbulnya segelintir taipan, konglomerat yang bermuara pada timbulnya mekanisme yang melahirkan KKN. Alangkah eloknya jika Emil Salim tidak perlu bicara, sebab buat dia lebih baik memakai amulet: zwijgen is goud, diam itu emas. Saya ingat sebuah kejadian di zamannya Nabi 'Isa AS, seperti tertera dalam Injil:
3.En de schrjftgeleerden en die Farizeers brachten tot hem eene vrow in overspel gegrepen;.... 7.En als zij hem vragen, richte hij zich op en zeide tot hen: Wie van ulieden zonder zonde is, werpe het eerst den steen opt haar... 8.En Jezus zich oprichtende, en niemand ziende dan die vrow zeide tot hoar: Vrouw, waar zijn deze uwe beschuldiger? Heeft niemand veroordeeld? 11.En ziy zeide: Niemand Heere (Johannes 8:3,7,10,11). Artinya: 3.Para ahli kitab dan orang Parisi membawa kepadanya seorang perempuan yang tertangkap basah berzina,... 7.Karena mereka terus bertanya kepadanya, ia mengangkat kepalanya dan berkata kepada mereka: Siapa diantara tuan-tuan yang tidak berdosa dialah yang pertama-tama merajamnya... 1O.Jesus mengangkat muka dan tak seorangpun yang dilihatnya selain perempuan itu, lain lalu berkata kepadanya: Hai perempuan dimanakah mereka yang menyalahkanmu? Tidak adakah orang yang menghukummu? Ia berkata: Tidak ada Tuan.
Kembali kita kepada kebijakan politik dua opsi. Presiden Habibie membuat gebrakan menghantam keadaan status quo Timtim yang berlangsung selama dua puluh tahun lebih. Status quo itu berupa dekolonisasi Portugis yang terbengkalai atas Timtim, yang ibarat duri dalam daging. Keluar, dekolonisasi yang terbengkalai itu ibarat duri dalam daging, karena selalu diusik Portugis dalam arena diplomasi, dikuatirkan jangan-jangan akan menjadi agenda pembicaraan di PBB. Duri dalam daging di dunia diplornatik itulah yang menjadikan pemerintah Orde Baru mengadakan pembangunan fisik di sana sebagai counter attack terhadap upaya Portugis dan diplomasi Ramos Horta. Kebijakan pembangunan fisik yang melahap banyak dana itu menyebabkan timbulnya duri pula ke dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri, karena setiap menyusun APBN merupakan duri tentang banyaknya dana yang dialokasikan ke daerah yang dimanjakan itu, padahal di daerah-daerah lain di Indonesia terdapat pula daerah miskin yang harus mendapat perhatian.
Walaupun pemerintahan Orde Baru, memanjakan Timtim dari segi pembangunan fisik, namun perlakuan terhadap penduduk setempat seakan dianak-tirikan. Jadi suatu ironi yang kontradiktif, yaitu dimanjakan tetapi dianak-tirikan. Keadaan status quo yang demikian itu dipertahankan Orde Baru selama dua puluh tahun lehih. Keadaan status quo inilah yang digebrak Presiden Habibie dengan kebijakan dua opsi. Lalu siapa bilang Presiden Habibie adalah perpanjangan tangan Orde Baru? Buat apa dia membuat kebijakan politik yang tidak populer andaikata ia mesin politik Orde Baru?
Kini tahap kedua agenda kehijakan politik itu sedang berproses dengan mekanisme darurat militer. Sementara ulasan ini ditulis, diberitakan situasi keamanan sudah mengarah kepada perkembangan yang positif. Mudah-mudahan TNI dapat melakukan tugasnya dengan haik dalam arti mencegah perang saudara di Timitim sebelum SU MPR, sehingga tidak ada alasan untuk masuknya pasukan PBB ke Timtim. Dengan demikian Republik Indonesia menjadi terhormat di mata dunia, dapat berpisah secara baik-baik dengan Timtim. Bagi bebenapa anggota DPR, yang barn sekarang mau minta penjelasan dari Presiden Habibie (mengapa bukan dari semula apa mau dikata pahlawan?), yang tidak senang dengan kemenangan opsi pemisahan Timtim, dengarlah ayat ini:
-- W'ASY AN TKRHWA SYYA WHW KHYR LKM (S. AL BQRt, 2:216), dibaca: wa'asa- an takrahu- syaian wahuwa khairul lakum (s. albaqarah}, artinya: Boleh jadi kamu jengkel akan sesuatu padahal ia haik bagimu. Lalu apa baiknya opsi pemisahan itu? Ya duri dalam daging telah tercabut seperti dikemukakan di atas. WaLla-hu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 12 September 1999
5 September 1999
[+/-] |
388. Menghadapi Tantangan Krisis Energi dalam Milenium Ketiga |
Amin Rais pernah berkata dalam layar kaca kurang lebih demikian: "Kasus Bank Bali dipolitiser boleh-boleh saja, tetapi jangan kebablasan, sebab nanti akan balik kena sendiri." Ucapan Amin Rais itu ada benarnya. Kubu Megawati menjadikan kasus Bank Bali sebagai kendaraan politik untuk membidik Habibie, Bahkan Megawati di layar kaca meniru gaya ayahnya (lengan lurus sambil menunjuk) sambil menghujat: "Lihatlah betapa bobroknya pemerintah sekarang ini.” Demikian pula kebijakan dua opsi di Timtim tidak luput dijadikan kendaraan politik untuk membidik Habibie.
Menurut TaqdiruLlah (aturan Allah di universum), dalam bidang fisika (yaitu mekanika), dan SunnatuLlah (aturan Allah bagi manusia dan kemanusiaan) dalam bidang sosial berlaku ketentuan aksi menimbulkan reaksi. Apa yang terjadi dalam bidang sosial dalam hal kasus Bank Bali, timbullah reaksi (dalam istilah politik: counter attack) berupa kasus Bank Lippo dipolitiser dengan bidikan ke arah partainya wong cilik yang melimpah dananya untuk mengerahkan massa secara besar-besaran dengan naik helikopter pergi berkampanye. Reaksi dari Presiden Habibie terhadap tudingan yang memperpolitiser kasus Bank Bali itu sangat sederhana namun tegas: "Saya tidak mau jadi presiden dengan cara yang haram, dan jabatan presiden itu bukan segala-galanya bagi saya.”
Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang sangat getol berteriak-teriak menyoraki kasus Bank Bali sangatlah tidak berlaku adil, karena lemhaga-lembaga itu diam seribu bahasa tidak menyoraki Bank Lippo. Karena tidak adilnya itu, secara logika hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa lembaga-lembaga itu disuruh berteriak menyoraki Bank Bali dan disuruh diam untuk tidak menyoraki Bank Lippo. Mengapa mau disuruh? Maka logika berikutnya ialah dibayar untuk bersorak-sorak dan dibayar untuk tidak bersorak, alias money politics. Namun insya Allah suhu politik yang berkendaraan kasus Bank Bali dan Bank Lippo akan mereda setelah pemilihan presiden dalam SU MPR yang akan datang. Olehnyaitu kita tinggalkan pembicaraan politik tèrsebut dan selanjutnya akan dibicarakan hal yang tetap aktual, seperti dinyatakan oleh judul di atas.
***
Menurut TaqdiruLlah matahari adalah sumber energi bagi makhluk Allah yang membutuhkan energi, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Orang-orang Mesir kuno menyembah matahari sebagai penjelmaan dewa Ra. Bangsa itu menyembah dewa tri-tunggal, Amun-Ra-Osiris. Amun pencipta, Ra pemelihara yang menitis secara terus-menerus dalam diri para Fir’aun (Per-ah, Phar-aoh) untuk memerintah rakyat Mesir, dan Osinis yang mendera manusia dalam neraka. Sezaman dengan orang Mesir Kuno, bangsa-bangsa di pesisir Laut Tengah dan Asia Kecil dahulu menyembah pula dewa matahari yang namanya mengambil Ra sebagai akar, yaitu Mitras. Dewa ini diyakini lahir pada 25 Desember oleh bangsa-bangsa tersebut di atas. Dewa Amiterusu adalah dewa matahari yang disembah oleh orang Jepang yang beragama Shinto, bahkan menjadi lambang negara Dai Nippong (Jepang), Hinomaru, yaitu bendera Jepang berwarna putih dengan gambar bulatan merah matahari di tengah-tengahnya.
Matahari merupakan sumber tenaga yang tak terhabiskan oleh peradaban manusia. Menurut TaqdiruLlah di matahari terjadi proses penyusunan inti atom, 4 butir atom Hidrogen tersusun menjadi 1 butir Helium. Menurut hukum kekekalan massa adalah logis jika 4 butir Hidrogen sama beratnya dengan 1 butir Helium. Ternyata tidak demikian, karena 4 butir Hidrogen lebih berat dari 1 butir Helium. Jadi menurut TaqdiruLlah tidak ada kekekalan massa.
Di matahari setiap detik sekitar 650-juta ton Hidrogen tersusun menjadi 646-juta ton Helium. Selisih yang 4 juta ton itu oleh TaqdiruLlah berubah wujud menjadi energi yang dipancarkan matahari ke ruang sekelilingnya, antara lain menyinari bumi. Matahari mengalami penyusutan materi oleh proses reaksi fusi inti atom ini dalam 1,5 miliyar tahun hanya sekitar 1% dari massa matahari yang ada sekarang ini. Pakar astro-fisika memperhitungkan umur matahari sekitar 10 miliyar tahun. Dengan demikian selama itu matahari telah susut massanya sekitar 6%. Bumi hanya menerima seper-2000 miliyar dari energi yang dipancarkan matahari itu. Bumi menerima sinar berupa energi photon dari matahari. Photon itu berasal dari sinar gamma dalam inti matahari, yaitu hasil perubahan massa menjadi energi oleh reaksi inti dalam inti matahari itu. Sinar gamma itu mengalami penyusutan energi tatkala menembus keluar, dan itulah photon setelah energi itu tiba pada bagian luar matahari. Bumi menerima energi photon sebanyak 175 milyar mega-wat-jam. Energi sehanyak itu terpakai untuk menjalankan motor-iklim seperti: pemanasan udara, penguapan air yang menjadi hujan, angin, arus laut, dan ombak serta berjenis kejadian lainnya dalam atmosfer bumi.
Photon menyebabkan tumbuh-tumbuhan membangun ikatan kimia organik hidrokarbon (baca: bahan bakar dan makanan) dari bahan baku air dan karbon-dioksida, dan memberikan oksigen kepada binatang dan manusia. Bahan bakar berupa minyak, gas alam dan batu bara yang ada dalam perut bumi disusun oleh tumbuh-tumbuhan selama berjuta-juta tahun dengan bantuan photon tersebut.
Pada waktu langit bersih permukaan bumi menerima setiap meter persegi dalam ketinggian serata dengan permukaan laut dalam setiap hari sekitan 870 watt dari photon itu. Pada ketinggian sekitar 4400 meter dari muka laut hasil pengukuran menunjukkan banyaknya photon yang diterima pada luas permukaan satu meter persegi sekitar 1,16 kilowatt, jadi sehanyak 35% lebih dari permukaan bumi pada muka laut. Satelit Palapa yang terletak lebih tinggi menerima lebih intensif pula, yaitu l,36 kilowatt.
Dari data yang di atas itu, menyebabkan orang menoleh kepada energi matahari sebagai energi alternatif dalam millnium ketiga (abad ke-30). Hal ini disebabkan makin menipisnya sumber energi pada bahan bakar hidro-karbon, sedangkan sumber energi baik dari pemecahan maupun penyusunan inti atom membawa dampak buruk yakni pencemaran radio-aktif. Padahal energi matahari sangat ramah lingkungan dalam makna tanpa pencemaran gas buang, tanpa pencemaran thermal, tanpa pencemaran bising, dan tanpa pencemaran radio aktif. Dengan uraian ini dapatlah disimak dan dinikmati kata DHYAaN (dibaca: dhiya-un) dalam ayat yang berikut:
-- HW ALDZY J’AL ALSYMS DHYAaN WALQMR NWRA (S. YWNS, 10:5), dibaca: Huwal ladzi- ja'alasy syamsa dhiya-an wal qamara nu-ran, (s. yu-nus), anrinya: Dia Yang menjadikan matahani bersinar dan bulan bercahaya. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 5 September 1999