12 Maret 2000

414. Qurban dan KAM

Dalam bulan DzulHijjah ini tanggal 8 (Selasa), 9 (Rabu), 10 (Kamis), 11, 12 dan 13 (Jum'at, Sabtu dan Ahad), adalah hari-hari yang penting.
Pada 8 DzulHijjah disebut YawmulTarwiyah, hari melepas dahaga. Pada hari itu Nabi Muhammad SAW dan rombongan tatkala menuju ke padang 'Arafah berhenti melepas dahaga di Mina (terkadang disebut juga Muna).
Pada 9 DzulHijjah disebut Yawmul'Arafah, hari 'Arafah. Pada hari itu ummat Islam yang berhaji wuquf (berhenti) di 'Arafah, dan inilah inti 'ibadah haji, al hajju bi'arafah, haji itu dengan 'Arafah.

Pada 10 DzulHijjah di Mina ummat Islam yang berhaji melempar JamratulAqabah dan mereka yang sempat pergi ke Makkah untuk shalat 'IydulAdhha. Pada 10 DzulHijjah itu ummat Islam seluruh dunia melaksanakan shalat 'IydulAdhha. Hari raya ini disebut pula 'IydunNahr, juga disebut 'IydulQurban. Disebut 'IydulAdhha, hari raya sepenggal matahari naik, karena pada posisi matahari di bola langit seperti itu orang bershalat 'Iyd. Disebut 'IydunNahr, hari raya menyembelih, karena pada hari itu orang mulai menyembelih binatang ternak empat kaki. Disebut 'IydulQurban, karena pada hari itu orang mulai berqurban, baik yang sedang berhaji di Mina, maupun ummat Islam di seluruh dunia.

Dua atau tiga hari sesudahnya, jadi 11, 12 dan 13 DzulHijjah disebut AyyamulTasyriq, ummat Islam yang berhaji berkemah di Mina untuk melempar ketiga jamrah. Pada hari-hari Tasyriq ini masih terdapat kesempatan untuk menyembelih qurban, baik di Mina maupun di seluruh dunia. Di Indonesia hari raya 'IydulQurban disebut lebaran haji, artinya lebaran dalam bulan haji. Karena pada tahun ini kita di Indonesia hari berlebaran haji waktunya sama dengan di Makkah, maka kita di sini menyembelih hewan qurban pada hari Kamis, Jum'at, Sabtu dan Ahad, seperti di Mina.

***

Kata qurban adalah bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari huruf-huruf: Qaf, Ra, Ba, artinya dekat. Qurban ini telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam bentuk kurban atau korban. Kurban dan korban dalam rasa bahasa Indonesia sudah menyimpang dari qurban menurut rasa bahasa Al Quran. Kurban dan korban dalam rasa bahasa Indonesia tidak lagi diresapkan maknanya yang asli yaitu dekat. Namun apabila Qaf, Ra, Ba dalam bentuk qarib, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam bentuk karib, masih terasa maknanya yang asli: Sahabat karib. Bentuk tafdhil (superlatif) qarib adalah aqrab, juga telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam bentuk akrab. Juga kata akrab ini masih sangat terasa makna aslinya: Pergaulan yang akrab.

Kata kurban atau korban dalam rasa bahasa Indonesia dipengaruhi oleh rasa bahasa barat: offering, sacrifice (Inggris), slachtoffer (Belanda). Kurban atau korban dirasakan sebagai sesuatu yang suci yang diambil dari diri kita untuk dipersembahkan. Karena sudah terbiasa dan mendarah daging turun-temurun kata kurban dan korban itu dirasakan sebagai suatu persembahan, maka sangat sukar sekali kata kurban dan korban dirasakan sebagai mendekatkan batin kita kepada Allah SWT. Dalam Al Quran dekat dan qurban dirangkaikan: QRBA QRBANA (S. ALMA^DT, 27), dibaca: qarraba- qurba-nan, artinya: keduanya mendekatkan (diri kepada Allah) dengan qurban (5:27).

***

Ajaran Islam terdiri atas sub-sistem: 'aqidah, syari'ah dan akhlaq. Aqidah adalah pokok-pokok keimanan, intinya dalam rukun iman, syari'ah intinya dalam rukun Islam dan akhlaq membuahkan perbuatan kebajikan, yaitu ihsan. Aqidah, syari'ah, akhlaq, ataupun iman, islam, ihsan, ketiga sub-sistem ini terkandung dalam S. Al Fatihah. Ayat 1 s/d 4 menyangkut aqidah/iman, ayat 5 menyangkut syari'ah/islam, dan ayat 6, 7, menyangkut akhlaq/ihsan.

Melaksanakan syaria'h tanpa landasan 'aqidah yang bersih dari tahyul dan khurafat, tidak akan menghasilkan akhlaq yang mulia. Demikianlah, khusus dalam syari'ah berqurban haruslah berlandaskan atas aqidah yang bersih dari pemahaman bahwa binatang qurban itu untuk kendaraan kita di akhiat kelak. Binatang tidak mempunyai ruh jadi tidak mempunyai hari akhirat, bagaimana dapat dijadikan kendaraan. Juga aqidah harus bersih dari rasa bahasa korban menurut rasa bahasa barat: sembelihan (slacht) persembahan (offer) yang sakral (sacrifice) sifatnya.

Firman Allah SWT:
-- LN YNAL ALLH LHWMHA WLA DMA^WHA WLKN YNALH ALTQWY MNKM (S. ALHJ, 37), dibaca: lay yana-lalla-ha luhu-muha- wala- dima-uha- wala-kiy yanuhut taqwa- minkum (s. alhaj), artinya: tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya dan tidak darah-darahnya, melainkan yang sampai kepadaNya ialah ketaqwaan kamu (22:37).

Alhasil dalam berqurban hendaklah diyakinkan bahwa kita berqurban untuk menapak tilas Nabi Ibrahim AS dalam hal ketaqwaan, yaitu karena taqwanya kepada Allah SWT Nabi Ibrahim AS bersedia dengan ikhlas menyembelih anaknya dan pada pihak yang lain, Isma'il dengan ikhlas pula menyerahkan dirinya untuk disembelih, seperti Firman Allah:
-- FLMA BLGH M'AH ALS'AY QAL YBNY ANY ARY FY ALMNAM ANY ADZBHK FANZHR MADZA TRY QAL YABT AF'AL MA T^WMR STJDNY ANSYA^ ALLH MN ALSHBRYN (S. ASHAFAT, 102), dibaca: falamma- balagha ma'ahus sa'ya qa-la ya-bunayya inni- ara- fil mana-mi anni- adzbahuka fanzhur ma-dza- tara- qa-la ya-abatif 'al ma- tu'maru satajiduni- insya- allah minash sha-biri-n (s. ashsh-ffa-t), artinya: maka tatkala (Isma'il) sanggup bekerja bersamnya (Ibrahim), berkata (Ibrahim), hai anakku sesungguhnya aku lihat dalam tidurku engkau kusembelih, maka perhatikanlah bagaimana pendapatmu, berkata (Isma'il) hai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau mendapatiku bersikap sabar (37:102).

Kedua ayah dan anak lulus dalam ujian, maka Allah mengganti Isma'il dengan domba.
-- WFDYNH BDZBH 'AZHYM (S. ASHAFAT, 107), dibaca: wafadayna-hu bidzibhin 'azhi-m, artinya: dan Kami ganti ia dengan seekor sembelihan yang besar (37:107).

Penggantian Isma'il dengan binatang sembelihan secara metaforis mempunyai dua makna: pertama, menyembelih sifat kebinatangan dalam diri kita, kedua, kita berkewajiban untuk mencegah supaya kemanusiaan tidak diinjak-injak, dan inilah kewajiban asasi manusia (KAM). WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b.

*** Makassar, 12 Maret 2000