- Assalamu 'alaykum.
- Wa'alaykumussalam, inainjo rawa ri tukaka? (Siapa itu di bawah tangga)
- Inakke katte I Doraq. (Saya I Doraq)
- Ikau Doraq, naikko mae. (Engkau hai Doraq, mari naik ke rumah)
- Apantu mae nukunjuk-kunjungi Doraq.(Apa maksud kunjunganmu hai Doraq)
- Salanna katte uwakku, naminasaiki battu ri ballaka ri bangnginna jumaka. (Salamnya uwakku, beliau mengundang bapak datang ke rumah pada malam Jum'at)
- Apantu mae acara eroq na pareq uwaknu? (Ada acara apa yang akan diselenggarakan uwakmu)
- Lappabarajanji katte. (Akan menyelenggarakan pembacaan Barzanji)
***
Hari Kamis, 12 Rabiulawwal 1421 H, atau 15 Juni 2000 dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, DPP IMMIM menyelenggarakan diskusi tentang Maulid dan Barzanji. Ada tiga buah makalah tertulis, yaitu: Pro dan Kontra Perayaan Maulid dan Pembacaan kitab Barzanji oleh Drs KH Muhammad Ahmad, Maulid dan Barzanji, Tinjauan Sejarah dan Akidah oleh DR H.Ahmad M.Sewang MA, Kepercayaan dan Budaya Masyarakat Terhadap Barzanji oleh DR KH Sahabuddin, dan sebuah makalah secara lisan dibawakan oleh Drs KH Abdurrahim Amin. Para pemakalah memakai gaya yang sama, yaitu ibarat orang melempar umpan kepada ikan, yaitu mengemukakan isu untuk memancing peserta diskusi, ya seperti gaya Gus Dur. Pancingan pemakalah itu berhasil menimbulkan gairah peserta diskusi yang juga umumnya terdiri dari para kiyai dan pakar, ada juga yang seniman, sehingga diskusi berlangsung sengit tetapi semarak.
Gayung KH AR Amin yang melontarkan HQYRT ALMHMDYT, dibaca: Haqi-qatul Muhammadiyah tentang kepiawian balaghah dalam nuansa tasawuf Ja'far Al Barzanji sehingga dapat diterima baik oleh golongan Syi'ah, maupun Ahlussunnah, disambut dengan sanggahan oleh Drs KH Syukri Limpo yang menyorot HQYRT ALMHMDYT dari syari'ah dengan mengemukakan qaidah bahasa Arab. DR H.Rafiq Yunus yang menanggapi Tinjauan Sejarah Barzanji dari H.Ahmad M.Sewang, mengemukakan hal yang baru sama sekali, yang diakui oleh pemakalah bahwa walaupun satu kantor belum pernah dia mendengarkan hal baru yang dikemukakaN oleh H.Rafiq tersebut. Hal yang baru tersebut yaitu ada Riwayat Nabi Muhammad SAW yang ditulis 3 abad sebelum Ja'far Al Barzanji yang mirip-mirip dengan isi kitab Barzanji, yaitu karya Sulaiman Chelibi i Bursevi berjudul Merlidi Sherif. Hari lahir dan wafatnya tidak tercacat, namun ia hidup dalam rentang waktu pemerintahan Sultan Turki, bernama Sultan Bayazid Yilderin (Sang Halilintar, 1389 - 1403) M. Kemiripan dalam hal Nur Muhammad antara Chelibi dengan Ja'far Al Barzanji boleh jadi inspirasi (yang menurut bahasa filosof adalah imajinasi, yang dalam bahasa sufi disebut kasyaf) tersebut sebenarnya bersumber dari dari 2 abad sebelum Sulaiman i Bursevi atau 5 abad sebelum Ja'far Al Barzanji, yaitu dari Ibn 'Araby (1165 - 1240) M.). Husni Jamaluddin mengemukakan bahwa Barzanji harus didekati dari tiga segi, yaitu agama, ilmu dan seni. Secara ekspelisit Husni telah menjawab isu yang dikemukakan oleh Muhammad Ahmad yang diambil dari Barzanji bahwa pada malam kelahirannya (Muhammad) Asiyah (isteri yang beriman dari Fir'aun) dan Maryam (ibunda Nabi 'Isa AS) datang menjenguk ibunya (Aminah) dari Hazhiratul Qudsiyyah. Bahwa ungkapan itu harus ditanggapi dari segi seni sastra yang kaya dengan imajinasi dan perlambang. DR Qasim Mathar menyanggah KH Sahabuddin tentang generalisasi pemakalah tersebut tentang hal bahwa ulama-ulama terdahulu tidak menggunakan dan tidak membutuhkan buku-buku rujukan (references) berhubung para ulama tersebut mendapatkan ilmunya dari kasyaf. Juga Qasim Mathar mengemukakan bahwa FY RSWL ALLH USWT HSNH (S.ALAHZAB, 21), dibaca: fi- rasu-liLla-hi uswatun hasanah (s.alahza-b), artinya: dalam diri utusan Allah adalah contoh yang baik (33:21), bagi para kiyai dan muballigh tidak perlu dibahas lagi, sebab sudah eksak, yang penting bagaimana para muballigh, para kiyai pemimpin ummat menjadi contoh yang baik. Pengasuh kolom ini mengemukakan dalam diskusi itu antara lain bahwa perlu diteliti kitab Barzanji apakah otentik, oleh karena tidak mungkin seorang sufi seperti Ja'far Al Barzanji melanggar etika mendahulukan Salawat daripada Basmalah, seperti dapat kita lihat pada permulaan kitab Barzanji. WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b
*** Makassar, 18 Juni 2000