Kinerja sistem mekanisme organisasi sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan. Kinerja para menteri sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden. Gaya kepemimpinan masa lalu Gus Dur dalam dunia informal yang berakar dari pesantren, kemudian bertumbuh dalam iklim LSM dibawa masuk ke dalam dunia formal pemerintahan. Gaya kepemimpinan dalam pesantren serta organisasi tradisional bahkan sampai kepada perusahaan keluarga, adalah gaya “one man show”. Iklim dalam LSM membentuk sikap orang seperti Abu Zar Al Giffari, ahli dalam kritik, tajam kritikannya. Namun Nabi Muhammad SAW berpesan supaya Abu Zar tidak duduk dalam pemerintahan, supaya Abu Zar tetap berposisi sebagai tukang kritik, ia sangat diperlukan untuk melontarkan kritik. Iklim dalam LSM ibarat suasana penonton sepak bola, hanya tahu mengeritik tetapi tidak tahu main bola, hanya pintar mencicipi makanan tetapi tidak tahu memasak.
Alangkah baiknya jika Gus Dur introspeksi diri mengubah gaya kepemimpinan “one man show”, bergaya membiarkan orang mengeritik tetapi kritikan itu dianggap seperti angin lalu. Mengubah sikapnya yang dibentuk oleh iklim LSM, bersikap lempar “ucap” ke sana ke mari yang “kontroversial-kontraproduktif”. Bagaimanapun dan berapa kalipun bongkar-pasang kabinet, namun apabila Gus Dur tetap bergaya kepemimpinan “one man show” dan bersikap “lempar ucap sembarangan”, maka kinerja para pembantunya (baca: para menteri) akan tetap rendah. Kita berharap semoga Gus Dur dapat memimpin Republik Indonesia ini hingga akhir masa jabatannya tahun 2004. Sebab nanti akan menjadi preseden buruk menurunkan Presiden di tengah jalan. Kita berharap kepada MPR untuk memberikan kesempatan, katakanlah setahun lagi, untuk dapat mengubah gaya kepemimpnannya yang “one man show” dan sikapnya yang “lempar ucap sembarangan” itu.
***
Selanjutnya akan dibahas substansi salah satu kebudayaan daerah. Allah SWT berfirman: WJ’ALNKM SY’UWBA WQBA^L LT’AARFWA (S. ALHJRAT,13), dibaca: waja’alna-kum sy’ubaw waqaba-ila lita’a-rafu-(s. alhujura-t), artinya: Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya arif antara satu dengan yang lain (49:13). Apa yang akan dikemukakan selanjutnya ialah sastra kuno Makassar, yaitu baca-baca atau barrusuq dalam ilmu pekasih. Seperti juga pada bangsa-bangsa dan suku-suku lain, sastra kuno itu berupa mantera kedigjayaan, pekasih, penjinak binatang buas dll.
Barrusuq ilmu pekasih yang dibahas ini bernama Pasang-Pasang ri Anging (Berpesan pada Angin). Pada waktu tengah malam orang yang akan mengamalkannya pergi ke tempat yang ketinggian atau memanjat pohon yang tinggi untuk membaca barrusuq. Harus memperhatikan arah angin supaya kekuatan magis barrusuq itu dibawa oleh hembusan angin kepada sasarannya. Inilah dia barrusuq ilmu pekasih itu.
Anging kupasangko anne
Aqbiciq ilalang tinro
Nambangung naiq
Namattimbo paqrisiqna
Anging ngerang dinging-dinging
Namallantansaq ri buku
Mangerang nakkuq
Mappaempo mangnguqrangi
Hai angin aku berpesan padamu
Bisiki dia di dalam tidur
Bila kelak ia terjaga
Kalbunya memendam rasa
Angin membawa rasa sejuk
Menusuk ke dalam sumsum
Membawa rindu
Membuat duduk termangu
Sastra kuno berupa barrusuq itu menjadi transparan oleh almarhum Borraq Dg Ngirate dengan improvisasi dalam wujud Lagu Anging Mammiriq (Angin Berhembus). Lagu ini menjadi populer sebelum almarhum Jayadi Jamain mempiring-hitamkan lagu-lagu Makassar. Lagu Anging Mammiriq menjadi populer di seluruh Indonesia melalui RRI Jakarta di akhir tahun 50-han, tatkala Ananda Sitompul menyanyikannya di hotel Homan, dalam kontes Baju Bodo yang diselenggakan oleh Persatuan Pelajar-Mahasiswa Sulawesi Selatan (PPSS) di Bandung. Hasil improvisasi Dg Ngirate itu seperti berikut:
Anging mammiriq kupasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takkaluppa
(Auleq) Namanngnguqrangi
Tutenayya (tutenayya) paqrisiqna
Battumi anging mammiriq
Anging ngerang dinging-dinging
Namallantasaq ribuku
(Auleq) Mangngerang nakkuq
Mappaempo (mappempo) mangnguraqngi
Angin berhembus kupesan
Menuju ke jendelanya
Yang tenggelam ditelan lupa
Oh angin ingatkan dia
Yang tak tahu memendam rasa
Datanglah angin berhembus
Angin membawa rasa sejuk
Menusuk ke dalam sumsum
Datanglah angin membawa rindu
Membuat terpaku termangu-mangu
Tubuh kasar kita dikelilingi oleh medan bio-elektro magnet, ada yang menamakannya aura. Medan bio-elektro magnet ini sudah dapat dideteksi oleh instrumen. Saya pernah melihatnya di televisi (bukan cerita fiksi-ilmiyah, melainkan bersifat dokumentasi) medan aura ini. Kekuatan pikiran dapat menggetarkan medan bio-elektro magnet yang mengelilingi kita itu. Apabila frekwensi getaran itu dapat menimbulkan resonansi pada medan bio-elektro magnet orang lain, maka menimbulkan efek pada orang tersebut yang disebut sugesti yang keras, yang dalam bahwa magisnya disebut sirap. Konsentrasi orang yang membaca barrusuq Pasang-Pasang ri Anging tersebut misalnya dapat menimbulkan getaran aura yang membaca barrusuq itu dan apabila konsentrasi itu mampu menimbulkan resonansi pada aura orang yang menjadi sasaran barusuq yang sementara tidur lalu terjadilah: Aqbiciq ilalang tinro. Nambangung naiq. Namattimbo paqrisiqna. Dalam dunia politik bisik-bisik yang mengandung magis ini masih trend. WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b.
*** Makassar, 25 Juni 2000