Pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan tidak langsung ditujukan kepada saya, mengapa berturut-turut Thaliban yang diperbincangkan. Betapa tidak. Setelah Pemerintahan Thaliban dikeroyok dan ditumbangkan, maka pers amzi melancarkan penyerangan citra (image) berupa pembunuhan karakter (character assassination) atas Thaliban. Dalam benak orang yang telah terbius oleh suntikan narkoba pers amzi, Thaliban itu identik dengan terrorist yang berkonotasi negatif / jahat. Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda:
-- ALMWaMNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a-thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya: Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. [Bukhari, Muslim]. Pemerintahan Thaliban telah dengan ikhlas mendirikan ke-Amiran (Emirate) di negeri Afghanistan, dikeroyok, disingkirkan kemudian ditimpakan pula character assassination. Maka suatu keniscayaan para Mu'minin ikut merasakan pula mushibah pembunuhan karakter itu, dan harus membela Thaliban dari citra sebagai terrorist yang berkonotasi negatif / jahat.
Ketika menggali mencari tahu tentang serangan terhadap Thaliban, tanpa sengaja ditemukan informasi dalam laporan indiareacts.com di New Delhi, bertanggal 26 Juni 2001. Tiga bulan, ulangi: tiga bulan, sebelum peristiwa serangan terhadap gedung kembar WTC dan markas Pentagon terjadi.
Menurut berita yang diturunkan oleh indiareacts.com tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri India, Chokila Iyer, menghadiri pertemuan kelompok kerja gabungan Indo-Rusia tentang Afganistan di Moskwa pada waktu Thaliban telah mengontrol 95% wilayah Afghanistan. Para pejabat India mengatakan India akan memainkan peran sebagai "fasilitator", sementara AS dan Rusia akan menyerbu Thaliban dari utara dengan dukungan dua negara Asia Tengah, Tajikistan dan Uzbekistan. Tujuannya memukul mundur Thaliban kembali ke garis tahun 1998, 50 kilometer dari Mazar-i-Sharief, sebuah kota di utara Afganistan. Ketika itu AS dan Rusia bersepakat akan melancarkan "serangan terbatas" terhadap Thaliban bila rumusan sanksi keras di bidang ekonomi yang disarankan kepada Thaliban tidak berhasil menekannya.
Menurut laporan edisi Juni 2001 indiareacts.com itu, langkah-langkah diplomatik menghadapi Thaliban dilakukan "menyusul pertemuan antara Menlu AS Collin Powell dengan Menlu Rusia Igor Ivanov, dan kemudian antara Powell dengan Menlu India Jaswant Singh di Washington DC. Rusia dan India juga telah bertemu dalam serangkaian diskusi dan setelah itu kegiatan diplomatik kian meningkat. Para perencana militer menegaskan jika Thaliban tidak mendapatkan pukulan yang telak sekarang juga, maka mereka dipastikan akan bisa menerobos lembah Panjsher. Jatuhnya lembah Panjsher akan memungkinkan Thaliban menguasai sisa wilayah Afganistan yang 5 persen yang kini masih dikuasai oleh Aliansi Utara.
Thaliban yang menguasai Afganistan, ditengarai oleh Rusia dan India akan membahayakan kepentingan ekonomi India dan Rusia, yang tengah mengembangkan suatu rencana berlingkup luas untuk menyuplai minyak dan gas ke Asia Selatan dan Asia Tenggara melalui India. PBB telah mengirimkan delegasi 12 orang ke India pada minggu pertama bulan Mei 2001 untuk memmbicarakan kelaikan sanksi ekonomi yang cukup keras terhadap Thaliban. Sehubungan dengan hal itu kabinet India memutuskan untuk mengangkat isu itu ke pertemuan tingkat tinggi G-8 di Geneva Juli 2001, dua bulan sebelum kampanye "America at War" oleh Pentagon.
Laporan indireacts.com itu ternyata dikukuhkan oleh news.bbc.co.uk milik kantor berita Inggris BBC, yang melaporkan bahwa seorang mantan diplomat Pakistan jauh sebelum peristiwa "Selasa Kelabu" 11 September 2001 terjadi telah memberi tahu BBC, bahwa AS tengah merencanakan untuk melancarkan "tindakan militer" terhadap Usamah bin Ladin dan Thaliban. Niaz Naik, mantan sekretaris luar-negeri Pakistan, katanya, diberi bocoran oleh seorang pejabat senior Amerika pada pertengahan bulan Juli 2001, dua bulan sebelum September kelabu. Informasi itu menyatakan bahwa suatu tindakan militer terhadap Afganistan akan dilancarkan kira-kira pada "pertengahan bulan Oktober 2001". Naik mengatakan bahwa pejabat-pejabat AS memberikan bocoran itu pada kesempatan pertemuan suatu kelompok kontak yang disponsori oleh PBB untuk masalah Afganistan di Berlin. Naik juga menambahkan kepada BBC bahwa dalam pertemuan itu utusan AS memberitahukannya, sekiranya Usamah bin Ladin tidak diserahkan dengan segera, AS akan menempuh tindakan militer untuk menangkap Usamah bin Ladin dan pemimpin Thaliban Mullah Muhammad 'Umar, "hidup atau mati".
Namun menurut Naik dari sebuah sumber, operasi militer itu tetap akan dilaksanakan, walaupun permintaan AS terpenuhi, yaitu diserahkannya Usamah bin Ladin oleh Thaliban kepada AS. Sebab sasaran yang lebih luas, ialah menumbangkan pemerintahan Thaliban dan menggantikannya dengan suatu pemerintahan peralihan. Jadi rencana memasang pemerintahan boneka bukanlah suatu rencana yang mendadak. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 23 Maret 2003