Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah maka dibentuklah Negara Islam Madinah. Rakyatnya terdiri atas kaum Muhajirin (mereka yang hijrah), kaum Anshar (penduduk Islam Madinah), dan penduduk Madinah yang lain, yaitu yang tidak beragama Islam terdiri atas orang-orang Arab Madinah dan orang-orang Yahudi. Baik Madinah maupun Makkah pada waktu itu berupa Negara Kota (City States), yang dalam keadaan perang. Pada waktu informasi yang didapatkan oleh jaringan intel pihak Madinah bahwa tentara Makkah sudah siap untuk menyerbu Madinah guna membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar, maka Rasulullah sebagai Kepala Negara dan Panglima Perang mengumpulkan penduduk Madinah untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah itu diputuskanlah bahwa pasukan Quraisy dari Makkah harus dihadang diluar kota dengan posisi bukit Uhud sebagai benteng alam yang melindungi pasukan Madinah dari belakang. Berbeda dengan hasil Perang Badar, Perang Uhud ini hasilnya tidak ada yang menang atau kalah, sehingga kaum kafir Quraisy membentuk pasukan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu Nadhir dari lembah Khaibar dengan kekuatan di antara 18.000 hingga 20.000 orang.
Ada bagian Kota Madinah yang terlindung oleh benteng-benteng Yahudi Banu Quraizhah dan pepohonan kurma. Akan tetapi ada pula bagian yang terbuka sama sekali. Atas saran Salman Al Farisi pada bagian terbuka itu dibuat lini pertahanan dengan menggali parit (khandaq). Itulah sebabnya perang melawan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu Nadhir yang datang menyerbu Madinah itu disebut dalam sejarah dengan "Perang Khandaq". Pasukan konfederasi yang datang menyerbu Madinah dari arah bagian Kota Madinah yang terbuka tertegun menjumpai lini pertahanan berupa parit yang belum pernah mereka jumpai selama ini. Maka pasukan konfederasi berkemah pada bagian luar dari parit itu. Ada beberapa kali pasukan konfederasi berupaya untuk menembus lini, bahkan sempat menyeberangi parit, namun dalam penyerangan tsb 'Amr bin 'Abd.Wudd mati ditangan keponakannya sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Beberapa hari berlalu, namun tidak ada perubahan. Serangan demi serangan dapat dihalau oleh kaum Muslimin. Itu adalah tahap kedua dalam Perang Khandaq, 1200 Muslimin melawan pasukan konfederasi yang berkekuatan antara 18.000 hingga 20.000 orang itu. Adapun tahap pertama Perang Khandaq ialah penggalian parit oleh penduduk Madinah diperkirakan sekitar 3000 orang terdiri atas laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Lama sebelum Perang Khandaq dalam Piagam Madinah termaktub pakta di antara beberapa qabilah di Madinah. Di antaranya pakta antara Kaum Muslimin dengan banu Quraizhah yang antara lain berbunyi: Jika ada musuh menyerang Madinah banu Quraizhah bersama-sama kaum Muslimin mempertahankan Madinah dan masing-masing mengeluarkan biaya untuk peperangan mempertahankan kota. Karena Yahudi banu Quraizhah ada perjanjian dengan kaum Muslimin untuk saling membantu tersebut, maka pihak konfederasi menempuh taktik licik untuk membujuk banu Quraizhah supaya memutuskan perjanjian dengan kaum Muslimin. Huyay bin Akhthab, kepala banu Nadhir yang diasingkan keluar Madinah ke lembah Khaibar, karena percobaan pembunuhan atas Nabi Muhammad SAW, dipilih oleh konfederasi untuk tugas negosiasi dengan banu Quraizhah. Huyyay terpilih karena ia juga orang Yahudi dan selain itu ia adalah aktivis dalam menggalang terbentuknya konfederasi Arab Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu Nadhir. Huyay berhasil membujuk banu Quraizhah untuk memutuskan pakta dengan kaum Muslimin dan bersedia menohok Madinah dari belakang lini. Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak menempatkan pasukan di garis belakang untuk melindungi perempuan dan anak-anak, karena beliau percaya kepada banu Quraizhah yang terikat dengan pakta pertahanan bersama itu. Tatakala banu Quraizhah telah memutuskan untuk bergabung ke dalam konfederasi, maka disepakati bahwa banu Quraizhah harus mengambil taktik bergabung secara diam-diam, jangan sampai apabila kaum Muslimin mengetahui konspirasi jahat itu akan memperkuat pula penjagaan pada sisi benteng-benteng banu Quraizhah. Disepakati pula akan bersama serempak Yahudi menohok dari belakang sementara itu pasukan Arab menyerbu menembus lini. Suatu konspirasi jahat yang sangat berbahaya bagi kaum Muslimin.
Sementara menunggu hari H penyerangan bersama itu banu Quraizhah menugaskan seorang mata-mata untuk mencari tahu pos-pos penjagaan perempuan dan anak-anak, yang sebenarnya tidak ada itu pos-pos, seperti dikatakana di atas, bahwa Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak menempatkan pasukan di garis belakang untuk melindungi perempuan dan anak-anak, karena beliau percaya kepada banu Quraizhah yang terikat dengan pakta pertahanan bersama itu. Untunglah datang pertolongan Allah, yaitu Shafiyah, bibi RasuluLlah SAW dapat memergoki mata-mata itu. Dan Allah memberikan keberanian serta kemampuan kepada Shafiyah bersama-sama dengan perempuan lainnya mengeroyok mata-mata itu lalu membunuhnya. Mata-mata itu tidak lagi mendapat kesempatan untuk melaporkan kepada banu Quraizhah bahwa tidak ada sama sekali pasukan yang ditugaskan untuk menjaga perempuan-perempuan dan anak-anak di belakang lini. Namun demikian, tatkala insiden dengan mata-mata itu dilaporkan kepada RasuluLlah SAW, beliau memutuskan untuk mengirim 500 orang ke garis belakang untuk menjaga perempauan dan anak-anak. Ini adalah tahap ketiga Perang Khandaq, hanya tinggal 700 orang saja kaum Muslimin yang mempertahankan parit di garis depan menghadapi pasukan konfederasi yang berkekuatan antara 18.000 hingga 20.000 orang itu. Pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya insya Allah dalam seri berikutnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 8 Agustus 2004