8 Januari 2006

709. Genderisme yang Kebablasan

Pada 10 Desember 2005 lalu, Metro TV menayangkan Lia Aminuddin punya "Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden". Tak pelak, tayangan ini memicu kegelisahan masyarakat, FPI pun bergegas menggelar tabligh akbar di masjid dekat markas Kerajaan Eden. Polisi pun pada 29 Desember lalu menyeret Lia Aminuddin bersama para pengikutnya untuk diperiksa. Sebenarnya media massa pernah meributkan ajaran sesat Lia Aminuddin yang mengaku nabi, terus jadi Maryam dan katanya anaknya jadi Nabi Isa yang ujung-ujungnya ia kesurupan setan yang disangkanya Jibril. TPI-pun tidak ketinggalan menayangkan ajaran sesat Lia Aminuddin ini dalam acara Jejak Kasus pada 2 Januari 2006.

Fenomena aktivitas Lia ini berupa bandul Genderisme yang berayun ke posisi ekstrem kanan. Ya Genderisme dewasa ini sudah kebablasan. Genderisme kebablasan ini dianut baik oleh perempuan maupun laki-laki. Tidak percaya?

Yang berikut dibeberkan jenis kelamin perempuan yang kesurupan Genderisme yang kebablasan tsb:

Tim Pengarus-utamaan Gender (TPG), diketuai oleh Siti Musdah Mulia, yang disponsori/didanai oleh The Asia Foundation menganggap pemberlakuan masa iddah hanya kepada perempuan itu melanggar "aqidah" Genderisme sehingga kebablasan bikin fiqh baru antara lain hasil istinbathnya: Masa iddah bagi laki-laki adalah seratus tiga puluh hari [buah fiqh baru TPG: ps.88 ayat 7(a)]. Padahal masalah iddah ini sudah jelas diatur oleh ayat Qath'i:
-- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S. ALBQRt, 2:228), dibaca: walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in, artinya: Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Hanya perempuanlah yang ada masa iddah. Prinsip gender oleh Jaringan yang menamakan diri Islam Liberal (JIL), dimana Siti Musdah Mulia dan para anggota tim TPG termasuk para penganut/benggolan JIL, meletakkan akal pada posisi mengatasi wahyu. Prinsip gender yang secara fanatik diletakkan pada posisi mengatasi wahyu oleh para penganut JIL, membutakan mata hati mereka, lalu membuat bid'ah, tidak melihat bahwa hanya perempuan yang bisa hamil, laki-laki tidak.

Hari Jum'at, 18 Maret 2005 sekelompok yang mengaku Muslim dan Muslimah Amerika sekitar 90 orang melakukan ibadah Jum'at. Ini jum'atan asal-asalan, karena khatibnya merangkap imam serta muadzzin semuanya perempuan (lahir kosa-kata baru khatibah, imamah dan muadzzinah, padahal imamah selama ini bukan berarti imam perempuan). Khatib dan imam perempuan itu konon bernama Aminah Wadud, seorang doktor berpangkat Associate Professor dalam filosofi dan kajian agama di Virginia Commonwealth University, Richmond, USA. Sedangkan muadzzin perempuan itu bernama Suehyla el-Attar yang berucap kepada Al-Jazirah bahwa itu berdasar atas ingatannya tatkala masih kecil yang didengarnya dari ayahnya sewaktu masih di Mesir. Parahnya lagi muadzzin perempuan ini betul-betul asal-asalan, karena berkepala telanjang alias tidak bertutup kain telekung. Betul-betul liberal, liberte et egalite. Jum'atan asal-asalan ini diselenggarakan oleh yang mengaku Progressive Muslim Union bertempat di aula Synod House pada Katedral St. John the Divine. Dalam talkshow di TV Aminah Wadud ini dibela oleh dedengkot dari JIL.

Yang berikut ini disajikan jenis kelamin laki-laki yang juga kesurupan hantu Genderisme yang kebablasan tsb:

Dr Nasaruddin(*) Umar, yang juga benggolan JIL, menulis tentang Wacana Genderisme dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa, ada Nabi yang perempuan. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang menyebutkan... "dan kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa." Wahyu adalah pesan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi dan bukan orang sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu turun, dunia (Arab khususnya) sangat tidak bersahabat dengan perempuan; maka nabi perempuan sangat tidak populer, demikian menurut Nasaruddin.
[Sumber: www.suaramerdeka.com Jumat, 23 Maret 2001, karangan Khas]

Buah pikiran Nasaruddin Umar tentang adanya Nabi perempuan itu menunjukkan bahwa Nasaruddin berpikir parsial, tidak kaffah, karena dia hanya melihat ayat tentang ibu Nabi Musa AS yang mendapatkan wahyu. Tidak semua yang mendapat wahyu itu Nabi. Al-Quran juga menyebutkan bahwa lebahpun mendapatkan wahyu. Apakah lebah itu boleh disebut Nabi? Kalau mau bersilat lidah bahwa yang dimaksudkan pada lebah adalah instink, maka simaklah ayat berikut:
-- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL M'AHM ALKTB BALhQ LYhKM BYN ALNAS FYMA AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213), dibaca: faba'atsa Lla-hun nabiyyi-na mubasysyiri-na wamundziriyna waanzala ma'ahumul kita-ba bil haqqi liyahkuma baynan na-si fi-makh talafu- fi-hi, artinya:
-- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan (2:213).

Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Nasaruddin membuat definisi "seenak" benaknya mengenai ta'rif (definisi) Nabi. Tidak ada keterangan dalam Nash bahwa Allah SWT menurunkan Kitab kepada ibu Nabi Musa AS. Tampaklah pula ciri-khas pola pikir penganut JIL yaitu konfigurasi akal mengatasi wahyu.

***

Yang di atas itu menyangkut ayunan bandul Genderisme ke posisi ekstrem kanan yang melabrak Syari'ah. Lalu yang mana itu posisi ayunan bandul Genderisme pada ekstrem kiri? Nah inilah dia paradigmanya: HOUSEWIVES ARE UNPAID SLAVES (Para isteri adalah budak-budak yang tidak digaji). Di atasnya bertumpulah rumus Genderisme ekstrem kiri: The abolition of institutional marriage, home and family, instead men and women living in large communes where the welfare and rearing of the children would be public responsibility (Penghapusan lembaga perkawinan, rumah-tangga, menukarnya dengan hidup bersama dalam komunitas kumpul kebo(**) di mana kesejahteraan dan pemeliharaan anak-anak adalah tanggung-jawab publik). Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 8 Januari 2006
----------------------------
(*) Mestinya Nashruddin, kemudian dipreteli secara liberal pakai rumus: +a-h, shad diubah sin, tanda mati diubah jadi baris-atas, maka menjadilah Nasaruddin.
(**) Komunitas kumpul kebo, adalah sekumupulan kawanan manusia yang seperti kawanan kerbau (kebo) liar, dimana di dalamnya gonta-ganti tidak ada pasangan tetap, alias free sex, ya seperti kawanan binatang pada umumnya yang hidup bergerombol/kawanan