Terror apa lagi itu? Bukankah Doktor Azhari sudah almarhum? Baru-baru ini pada hari Rabu pagi-pagi muncul di TV Azhari Sisters berpakaian seronok, memajang tiga perempat menyembul pengayu daranya, bicara tentang terror baru, majallah Playboy, alias Buaja Akkarena. Ini bahasa Makassar, buaja = boyo, buaya dan akkarena = main. Maka bertemulah ruas dengan buku, ATM kingdom, eh kondom dengan Playboy. Dua terrorrist baru yang menterror para orang tua yang punya anak setahun jagung, Anak Baru Genit, eh Gede (ABG). Maka para AGB dan Orang Tua Genit (OTG) akan banyak mendapatkan pilihan dalam memilih jenis dan merek kingdom, karena majalah Buaja Akkarena sudah pastilah akan jadi salah satu sarana bagi perusahaan kondom untuk memasang iklan produk kingdomnya.
Apa itu kondom? Itu suatu alat untuk memproteksi (?) akibat buruk dari hasil perbuatan buruk. Jika ada sepasang remaja akan melakukan akkarena seks bebas, salah seorang bertanya: Bagaimana kita melakukannya? Yang satu menjawab: Gampang! Bukankah sekarang ada ATM kondom! Kalau malu-malu beli di apotek, nanti pada gelap malamlah merayap seperti buaya ke tempat ATM kondom, tidak dilihat orang, murah lagi, lebih murah dari kalau beli di apotek.! Masukkan tiga buah uang logam lima ratus rupiah = Rp.1.500,00 ke dalam ATM, nanti akan keluar sebuah kotak kondom merek "Artika" berisi 3 buah. Pilihan aroma terserah pembeli. Ada lima buah tombol untuk memilih kondom dengan aroma yang diinginkan, pisang, cokelat, atau stroberi. Kondom murah liwat ATM? Tentu saja karena bersubsidi. Harga Rp 1.500,00 adalah harga sesudah disubsidi. Di apotek harga untuk kondom yang sama mencapai Rp 3.500,00 per kotak.
Dengarlah ceritanya ! ATM kondom adalah program dari WHO dan diterapkan dalam rangka penanggulangan penyakit AIDS dan HIV. Tanggal 20 Desember 2005 lalu, pada acara Pertemuan Institusi Masyarakat Pedesaan Regional yang diikuti Jawa Barat, Bali, dan Kalimantan Barat, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Dr. Sumarjati Arjoso, SKM. memberikan sepuluh unit mesin kondom itu kepada Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dengan pesan penggunaannya tidak hanya untuk kepentingan AIDS, juga untuk program KB, begitu ceritanya Kepala BKKBN Jabar Drs. H. Hertog N. Saud, M.P.A. tentang asal muasal ATM yang ditolak di beberapa tempat seperti Bogor dan Yogyakarta, tetapi di Makassar ini belum ada suara.
Ada suara-suara banci yang mengatakan tidak perlu terlalu keras menolaknya, yaitu ATM itu diletakkan di lokasi pelacuran. Ketahuailah bahwa pada awalnya, mungkin akan taat dengan pemberlakuan lokasi yang disepakati. Tetapi jika berikutnya pebisnis ATM kondom itu mencoba untuk memperluas pasarnya dengan meletakkannya di tempat umum, maka hukum dan aparat belum tentu bertindak tegas untuk menghilangkannya. Sehingga pada ujung-ujungnya, lokasi ATM itu menyebar lebih luas dari tujuan semula. Dan biasanya, semuanya akan diam dari mencoba mentertibkan kesalahan ini. Maka ketentuan lokasi untuk mencegah penyalah-gunaan mesin ATM itu menjadi tidak berarti. Bisnis memang seperti itu. Pertimbangan moral selalu dikorbankan. Padahal taruhannya adalah ABG generasi muda kita.
Sama halnya dengan percobaan penerbitan majalah Playboy Indonesia. Walaupun ada janji dari pihak penerbit bahwa Playboy Indonesia tidak akan cabul (Fajar, edisi 21/1-06), itu bukan jaminan. Sebab ada urusan uang di sini, sehingga apa yang terjadi kemudian? Majalah Buaja Akkarena itu akan mulai sedikit demi sedikit menjadi model Amerika! Karena, sekali lagi begitulah sifat bisnis yang tidak mengindahkan moral. Jadi pada pokoknya majalah ini harus ditolak, karena mananya saja, Playboy, menunjukkan identitasnya: CABUL Pokoknya TOLAK, habis perkara.
Berdasar atas struktur piramida penduduk tanpa penelitian kita yakin bahwa ABG yang masih labil jiwanya jauh lebih banyak, karena berada pada posisi yang dekat ke dasar piramida, ketimbang jumlah para suami pejajan seks yang suka terjun ke lapangan hitam, karena mereka ini berada lebih ke puncak dari piramida.
Dinegeri-negeri yang penduduknya berperilaku jahiliyah modern yaitu bebas-seks, pemasyarakatan kondom bukanlah masalah bagi ABG. Akan tetapi di negeri-negeri yang menolak bebas-seks seperti di Indonesia, pemasyarakatan kondom niscaya membawa akibat seperti apa yang dikatakan oleh peribahasa: Tuah anjing celaka kuda. Dengan pemasyarakatan kondom membawa keuntungan (tuah) bagi para suami pejajan-seks, tetapi mendatangkan kecelakaan bagi ABG.
Menurut qaidah skala prioritas, menolak mudharat yang ditimbulkan oleh sesuatu lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaatnya. Menolak pemasyarakatan kondom yang membawa mudharat bagi ABG lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaat pemasyarakatan kondom yang memproteksi suami-suami nakal yang suka jajan seks.
Alhasil pemasyarakatan kondom wajib kita tolak, jangan sampai terjadi tuah anjing celaka kuda! Lagi pula efektivitas kondom sebagai alat proteksi terhadap HIV tidak meyakinkan, oleh karena siapa yang berani menjamin dalam teknologi kondom, bahwa kondom yang berpori-pori itu, tidak ada n % yang lebih besar dari HIVirus? Sekali lagi siapa yang berani jamin? Ketahuilah, tidak ada sistem quality control yang efektif 100 % , yaitu selalu ada saja titik-titik di mana pori-pori itu lebih besar dari virus HI, sehingga HIV dapat menembusnya !
Proteksi yang paling aman yaitu menurut Al Quran, dengan metode:
-- LA TQRBWA ALZNY (S. BNY ASRAaYL, 17:32), dibaca: la- taqrabuz zina-, aerinya:
-- Janganlah kamu dekati zina.
Membeli kondom baik di apotek maupun di ATM kondom dengan niat dipakai untuk berzina itu artinya sudah mendekati zina. Jadi niat harus diperbaiki. Ayat (17:32) wajib dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, sebagai mekanisme. Jadi HVS harus dilawan dengan social engineering, memperbaiki niat, sambil melasanakan dengan ketat law enforcement dengan sanksi hukuman cambuk 100 kali bagi yang melanggar, yang mengerjakan zina. WaLlah a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 22 Januari 2006