24 Agustus 2008

842. Mempertautkan Dua Rumah Ibadah Tertua di Dunia

Dua kali saya berkunjung ke Studio TVRI Makassar dalam rangka peringatan Isra-Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Yang pertama, seperti disebutkan dalam Seri 839, talkshow yang disiarkan oleh TVRI Makassar pada Rabu malam (malam Kamis) 30 Juni 2008, duduk di kursi dalam studio. Yang kedua pada hari Kamis 14 Agustus 2008 duduk bersila juga dalam studio TVRI Makassar di depan majelis (audience) pimpinan dan karyawan TVRI Makassar dalam rangka memperingati Isra-Mi'raj intern komunitas TVRI Makassar. Berbeda dengan cara peringatan yang biasa, yaitu acara peringatan bukan berupa ceramah, melainkan langsung yang bersifat dua arah. Seperti pada kali yang pertama saya berjanji pada diri sendiri untuk merekam yang saya rasa perlu direkam dalam Serial ini, yaitu substansi yang agak sulit dicerna pendengar yang dikemukakan secara lisan.

Substansi yang direkam dalam Seri 842 ini adalah jawaban pertanyaan: "Apakah yang bisa disimak dari isyarat Allah mengapa mesti singgah dahulu di Bayt Al-Maqdis untuk transit di sana, tidak langsung saja ke Sidrah Al-Muntaha?"

Di dalam Al-Quran Al-Karim, secara tegas Allah SWT menetapkan bahwa rumah yang pertama didirikan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT adalah di Bakkah (nama lama dari Makkah), seperti FirmanNya:
-- AN AWL BUT WDh'A LLNAS LLDzY LLDzY BBKt MBARKA WHDY LL'ALMYN (S. AL'AMRAN, 3:96) dibaca:
-- inna awwala baitin wudhi'a linna-si lalladzi- bibakkata muba-rakan wahudan lil'a-lami-n, artinya:
-- Sesungguhnya rumah ibadah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Manusia dan Nabi yang pertama ialah Nabi Adam AS, jadi rumah ibadah yang pertama dan kedua dibangun oleh Nabi Adam AS. Menurut Hadits rumah ibadah yang kedua dibangun 40 tahun kemudian di Bayt Al-Maqdis (HR Imam Ahmad). Demikianlah, rumah ibadah pertama dibangun Makkah, yang secara geografis Makkah terletak di titik tengah pulau besar yang pertama yaitu tatkala Eurasia-Afrika-Amerika-Indo/Australia masih belum terpisah. Rumah ibadah kedua di Bayt Al-Maqdis yang secara geografis dan topografis terletak di tengah-tengah bukit, titik tertinggi di Darussalam (Jeruzalem)

Kedua rumah ibadah itu hancur tatkala banjir besar melanda permukaan bumi pada zaman Nabi Nuh AS. Nabi Ibrahim AS diberitahu oleh Jibril tempat bekas rumah ibadah pertama yang dibangun Nabi Adam tsb, yaitu gundukan tanah yang lebih tinggi dari tanah sekelilingnya. Tatkala pembinaan rumah ibadah itu selesai, Nabi Ibrahim AS lalu memerintahkan anakanda baginda, Ismail: "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia". (Jadi berbeda dengan kebiasaan kita sekarang dilazimkan "perletakan batu pertama", maka Nabi Ibrahim AS melakukan "perletakan batu terakhir"). Maka Ismailpun pergi mencari batu seperti yang diminta oleh Nabi Ibrahim AS. Akhirnya Ismail datang membawa sebuah batu hitam. Nabi Ibrahim AS bertanya: "Dari mana kau dapatkan batu ini?" Maka Ismailpun menceritakan, bahwa batu hitam itu diberikan sambil tersenyum oleh seorang lelaki yang tampan dan gagah. Mendengar penjelasan putera kesayangannya itu, Nabi Ibrahim AS dengan serta merta menciumi batu tersebut dengan rasa suka cita, kemudian berkata: "Tahukah engkau anakku, siapakah lelaki tampan yang memberikan batu ini kepadamu? Lelaki tampan itu tadi adalah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq, rumah ibadah yang pertama dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Hawa,"

Sejak itulah dan sampai sekarang ini, setiap orang yang bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad) dan nama Hajar al-Aswad pun, diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS bersama Ismail 7 kali berkeliling dalam membangun itu, dan tawaf 7 kali berkeliling BaituLlah merupakan napak tilas mereka berdua. Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu karena sukacita.

Rumah ibadah yang kedua dibangun kembali oleh Nabi Sualiman AS yang dikenal sebagai Haikal Sulaiman di atas bukit, yaitu Bait Al-Maqdis tersebut. Di tengah-tengah bukit di titik tertinggi masih dijumpai batu yang tersisa dari rumah ibadah kedua yang hancur oleh banjir besar di zaman Nabi Nuh AS. Sekarang ini batu tersebut terletak di tengah-tengah bangunan Qubbat as-Sakhrah.

Demikianlah di BaituLlah ada Hajar Al-Aswad sisa dari banguna rumah ibadah yang pertama dan di Bayt Al-Maqdis ada batu tersisa dari bangunan rumah ibadah yang kedua yang kedunya dibangun oleh Nabi Adam AS dalam selisih waktu 40 tahun.

Maka dapatlah dijawab pertanyaan tersebut di atas, saya ulangi menulisnya: "Apakah yang bisa disimak dari isyarat Allah mengapa mesti singgah dahulu di Bayt Al-Maqdis untuk transit di sana, tidak langsung saja ke Sidrah Al-Muntaha?"

Bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir mempertautkan kembali tiga hal yaitu pertama mempertautkan dua bangunan rumah ibadah yang dibangun oleh Nabi Adam AS, kedua mempertautkan kembali Millah Ibrahim dan ketiga mempertutkan jalur silsilah Nabi Ismail AS dengan Nabi Ishaq AS. Wallahu a'lamu disshawab.

*** Makassar, 24 Agustus 2008