15 Maret 2009

865. Alat Kontrol Sistem Kelipatan 19 Dapat Juga Dipakai Untuk Nomor Surah

"Islam bukan saja sekadar sistem ritual, sebagaimana difahamkan secara sekuler, melainkan Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual, karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik, ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, bangsa-antarbangsa, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu."

***
Pemberian nama dan susunan Surah dan ayat adalah atas petunjuk Allah SWT. Setiap turun ayat, Nabi SAW menginstrusikan kepada para penulis wahyu, supaya ayat itu diletakkan dalam Surah yang ditunjukkan Nabi SAW, dengan urutannya ayat tersebut dalam Surah bersangkutan. Daftar di bawah diambil dari kitab al-Fihrist karangan al Nadim yang memperlihatkan mushhaf yang susunan / nomor Surah yang "berbeda" dari Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Mas'ud dengan Mishhaf 'Utsmaniy. Ubay bin Ka'ab juga dikenal sebagai Abu Mundzir ("ayah Mundzir"), adalah kaum Anshar yang berasal dari Banu Khazraj dan merupakan salah seorang dari Yathrib (Madinah) yang pertama-tama menerima Islam dan melakukan bai'at kepada Nabi Muhammad SAW di Aqabah, sebelum peristiwa hijrah. Beliau turut mengambil bagian dalam Perang Badr dan peperangan lain sesudahnya. Abdullah bin Mas'ud juga dikenal dengan nama Ibnu Mas'ud, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdahulu dalam memeluk Islam. Beliau memiliki kepandaian dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Beliau memperoleh umur yang panjang dan hidup hingga masa Khalifah 'Utsman bin Affan dan meninggal yang disebabkan usia yang lanjut.

Mushhaf 'Utsmaniy:

  1. Al~Faatihah,
  2. Al~Baqarah,
  3. Ali 'Imraan.
  4. An~Nisaa',
  5. Al~Maaidah
  6. Al~An'aam,
  7. Al~A'raaf,
  8. Al~Anfaal,
  9. At~Tawbah,
  10. Yuwnus
Ubay bin Ka'ab:
  1. Al~Faatihah,
  2. Al~Baqarah.
  3. An~Nisaa'
  4. Ali 'Imraan
  5. Al~An'aam
  6. Al~A'raaf
  7. Al~Maaidah
  8. Yuwnus
  9. Al~Anfaal
  10. At~Tawbah

Ibnu Mas'ud
  1. Al~Baqarah
  2. An~Nisaa
  3. Ali 'Imraan
  4. Al~A'raaf
  5. Al~An'aam
  6. Al~Maaidah
  7. Yuwnus
  8. At~Tawbah
  9. An~Nahl
  10. Huwd
Perbedaan itu baru muncul jauh setelah kedua sahabat itu telah wafat. Sedangkan murid-murid yang belajar langung dan hidup sezaman dengan kedua sahabat itu tidak pernah ada yang menyatakan perbedaan itu. Kesaksian tentang mushhaf-mushhaf itu bersumber dari kesakasian mereka yang tidak pernah bertemu langsung, bahkan berbeda zaman yang sangat jauh. Kesaksian yang "kabur" inilah dikutip oleh al-Nadim dari Al Fadl bin Shahdan (sejarawan awal waktu itu).

Al-Nadim dalam bukunya tersebut menyatakan bahwa: "Tak ada satu dari mereka yang hidup sejaman dengan Ibnu Mas'ud menyebut mushhaf yang dimilikinya memuat susunan Surah yang berlainan. Isu itu muncul kepermukaan setelah kedua beliau itu wafat." Seterusnya an Nadim menyebutkan bahwa secara pribadi, ia pernah melihat beberapa mushhaf yang dikaitkan dengan kedua sahabat itu, akan tetapi tidak pernah melihat dua naskah dari masing-masingnya yang mirip satu dengan yang lainnya, tetapi karena bin Shahdan dianggap punya wewenang keilmuan yang cukup terpandang maka an Nadim memutuskan untuk mengutipnya dalam bukunya.

Orientalis (antara lain Arthur Jeffery) memanfaatkan Al-Fatihah yang tidak ada dalam mushhaf Ibnu Mas'ud, sebagai kritik atas Mushhaf 'Utsmaniy, bahkan lebih hebat lagi Al-Fatihah bukan bagian dari Al-Quran. Ini pendapat Arthur Jeffery: The Fatiha was not included in the codex of Ibn Mas'ud. The Fatiha of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text, but was a prayer composed to be placed at the head of the assembled volume, to be recited before reading the book, a custom not unfamiliar to us from other sacred books of the Near East.

Alat kontrol keterkaitan matematis sistem kelipatan 19, segera dengan telak menampar Arthur Jeffery.
-- 'ALAYHA TS'At 'AsyR (S. ALMDTfR, 74:30), dibaca:
--. 'alaiha- tis'ata 'asyara. Artinya:
-- padanya 19.
Kalau S. Al-Fatihah bukan bagian dari Al Quran maka jumlah Surah cuma 113, angka ini bukan sistem kelipatan 19

***

Alat kontrol keterkaitan matematis sistem kelipatan 19, juga dapat dipakai sebagai mekanisme untuk mengontrol susunan / nomor Surah:
Ada keterkaitan antara Surah 9 (S. At-Tawbah) dengan Surah 27 (S. An-Naml). Surah ke-9 tidak mengandung Basmalah (Bismiilla-hirrahma-nirrahiym), namun ini ditebus oleh Surah ke-27 yang mempunyai dua Basmalah , yaitu pada permulaan Surah dan dalam ayat 30. Dua kali mekanisme sistem konrol bekerja pada nomor Surah:
Pertama, nomor Surah 27 dikontrol oleh: 27 + 30 = 57 = 3 x 19
Kedua, hubungan Surah 9 dengan Surah 27, dikontrol oleh deret 9 sampai dengan 27 => (9+10+11+12+........+24+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 = 18 x 19.

Jadi dalam daftar di atas hanya S. At-Tawbah dengan nomor urut 9 yang lolos dalam mekanisme konrol keterkaitan matematis sistem kelipatan 19. Namun itu tidak berarti bahwa Ubay bin Ka'ab dan ibn Mas'ud yang salah, melainkan periwayatan itu rantai sanadnya (urutan orang-orang yang meriwayatkan dari siapa kepada siapa) itu yang tertolak. Alhasil, susunan Surah dalam mushhaf kedua sahabat itu palsu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

***

Makassar, 15 Maret 2009