27 Desember 2009

903. Kaitan Antara Pemanasan Global - Emisi CO2 - Hutan

Indonesia menawarkan formula 5+1 dalam KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen, yaitu:
Pertama, Indonesia tidak akan melakukan kompromi untuk mencegah pemanasan global melebih 2 derajat Celsius.
Kedua, pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) secara global harus dilakukan secara tajam.
Ketiga, jaminan bantuan cukup dari negara maju kepada negara berkembang yang mengelola hutan.
Keempat, Indonesia telah menetapkan pengurangan emisi 26 persen hingga 2020.
Kelima, monitoring, reporting, dan verification (MRV) harus dilakukan dalam mengurangi emisi CO2.
Sedangkan plus 1 yang dimaksud adalah pengelolaan hutan terkait target pengurangan emisi CO2 26 persen pada 2020.

Indonesia segera membuat rencana aksi nasional mengenai butir dua, empat dan lima. Indonesia segera melakukan sendiri butir kelima sebelum negara lain melakukannya terhadap Indonesia.

***
Masyarakat perlu mendapatkan penjelasan tentang Kaitan Antara Pemanasan Global - Emisi CO2 – Hutan. Sebenarnya ini telah pernah dibahas teperinci sebelas tahun dua bulan yang lalu dalam Seri 345, berjudul: "Awas Globalisasi Panas Bumi", bertanggal 25 Oktober 1998, lengkapnya:
=> http://waii-hmna.blogspot.com/1998/10/345-awas-globalisasi-panas-bumi.html.

Firman Allah:
-- ZhHR ALFSAD FY ALBR WALBhR BMA KSBT AYDY ALNAS (S. AlRWM, 20:41), dibaca: zharal fasa-du fil barri walbahri bima- kasabat aidin na-s, artnya: Lahirlah kerusakan-kerusakan di darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia.
Mengapa panas global diakibatkan oleh ulah manusia? Dengarlah isyarat Allah SWT dalam Al Quran:
-- ALDzY J'AL LKM MN ALSyJR ALAKhDhR NARA FADzA ANTM MNH TWQDWN (S. YaSin, 36:80), dibaca: alladzi- ja'ala lakum minasy syajaril akhdhari na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-n, artinya:
-- Yaitu (Yang) menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar.

Dalam sains dikenal khlorofil, dari bahasa Yunani khloros (hijau) + phyllon (daun) di-Indonesiakan menjadi hijau daun. Dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat butir-butir berwarna, salah satu di antaranya yang terpenting ialah butir berwarna hijau.

Dengan menempatkan sumber informasi yang berasal dari Ayat Qawliyah (Al-Quran) dan Ayat Kawniyah (alam semesta) dalam satu kerangka, maka istilah zat hijau daun itu perlu dikoreksi menjadi zat hijau pohon, ALSyJR (pohon) ALAKhDHR (hijau). Butir-butir berwarna hijau ini bukan hanya terdapat di daun melainkan terdapat pada seluruh bagian pohon yang masih hijau warnanya, di akar yang tersembul di atas tanah, batang, cabang, dahan, ranting, daun, pucuk, ulam, bunga, putik dan buah. Dengan pertolongan sinar matahari zat hijau pohon ini menyusun dari bahan baku air dan CO2 di udara menjadi bahan bakar (juga makanan) dan oksigen. Jadi zat hijau pohon itu mengadakan proses penyusunan dari air dan CO2 menjadi bahan bakar dan makanan dengan pertolongan mesin penggerak berupa sinar matahari, sehingga proses itu disebut dengan proses foto-sintesis, (photon = cahaya dan synthese = penyusunan). Secara gampangnya, zat hijau pohon adalah pabrik dengan mesin berupa cahaya matahari yang menghasilkan bahan bakar dan makanan dari bahan baku air dan CO2. Singkatnya, hutan berperan mengubah CO2 menjadi oksigen.

Dilihat dari segi peralihan energi, zat hijau pohon mentransfer energi radiasi menjadi energi potensial kimiawi dalam bahan bakar dan makanan. Jika bahan bakar dibakar, artinya bahan bakar itu bersenyawa dengan oksigen terjadilah reaksi eksotherm, mengeluarkan panas, lalu menghasilkan kembali air dan CO2. Yang dari segi peralihan energi terjadi transfer energi dari energi potensial kimiawi menjadi energi panas / api. Demikianlah penjelasan: Yang menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar (36:80).

Pembakaran dalam pabrik-pabrik menghasilkan CO2 terus-menerus, sehingga CO2 itu menumpuk di udara. Sinar matahari memanaskan ruang antara lapisan CO2 dengan tanah di darat (filbarri) dan dengan muka laut (filbahri). CO2 sifatnya seperti kaca mudah ditembus sinar matahari, sukar ditembus panas. Udara dalam ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan tanah ibarat rumah kaca yang besar. Maka terperangkaplah panas dalam rumah kaca yang besar itu. Terjadilah pemanasan global, dan CO2 itu disebutlah pula dengan gas rumah kaca. Alhasil pemanasan global adalah akibat ulah manusia.

Bagaimana caranya supaya pemanasan global tidak meningkat? Pertama, kurangi emisi CO2 dengan membatasi jumlah pabrik dan kendaraan bermotor. Kedua, pelihara hutan, minimalkan HPH! Eloknya kurangi main kayu dalam arti industri kayu dikurangi, cukup industri kertas saja. Itulah kutipan diperpadat dari Seri 345. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 27 Desember 2009