24 Januari 2010

907. Sistemik

Beberapa teman "mengomel" kepada saya mengapa saya tidak pernah menulis tentang skandal bank Century. Ada seorang teman orang Batak mengeluh: "bah, songon dia do, nama margaku jadi bulan-bulanan." Teman itu bermarga Sianturi.

Sistemik adalah kata sifat dari kata benda sistem (system, nizam, stelsel). Secara gampangnya, sistem adalah suatu totalitas yang mempunyai fungsi dan tujuan, yang terdiri atas komponen-komponen yang mempunyai kaitan yang tertentu dan erat antara satu dengan yang lain. Sebuah mesin yang "turun mesin" (overhaul) yang bagian-bagiannya sudah terbongkar dalam sebuah bengkel, itu masih merupakan totalitas, tetapi itu tidak lagi merupakan suatu sistem, karena tidak bisa berfungsi lagi dan sudah tidak terkait bagian-bagiannya. Itu contoh yang sederhana, dan yang sedikit tidak sederhana adalah contoh yang berikut:

Masyarakat / komunitas adalah sebuah sistem yang terdiri atas berbagai komponen. Salah satu komponennya adalah sub-sistem nilai. Nilai ada yang utama ada yang tidak utama atau pendukung, instrumental. Nilai utama bersumber dari wahyu dan nilai yang instrumental berasal dari akar yang historis, yaitu produk akal-budi manusia. Dengan perkataan lain, nilai utama adalah nilai agama dan nilai yang instrumental adalah nilai budaya. Nilai agama adalah mutlak, tidak bergeser dan nilai budaya tidak mutlak dapat bergeser. Nilai budaya dapat saja tidak bergeser, jika nilai budaya itu larut dalam nilai agama. Menurut istilah Al Quran, nilai utama disebut Al-Furqan:
-- ALQRaAN HDY LLNAS WBAYNT MN ALHDY WALFRQAN (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: alqur.a-nu hudal linna-si wa bayyina-tim minal huda- wal furqa-ni, artinya:
-- Al-Quran petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan Al-Furqan.

Al-Furqan dari akar kata [Fa-Ra-Qaf = membelah), membelah antara yang bernilai (baik dan benar) dengan tidak bernilai (jahat dan salah)

Sub-sistem nilai sebagai salah satu komponen masyarakat, menjadi kerangka dasar bagi komponen-komponen lainnya seperti sub-sistem: politik, ekonomi, hukum, estetika dlsb. Atau dengan perkataan lain, sub-sistem nilailah yang menentukan corak, mewarnai, memberikan nada dan irama sub-sistem sub-sistem atau komponen-komponen lainnya. Dalam skala mikro, komponen-komponen tersebut merupakan sistem pula. Ekonomi sebagai sistem, terdiri pula antara lain dari komponen/sub-sistem perbankan.

***

Khalifah Abu Bakar RA menumpas nabi palsu Musailamah al-Kadzdzab (si pendusta), karena kasus ini berdampak sistemik. Penumpasan nabi palsu tsb. meredam dampak sistemik terkait munculnya rush nabi-nabi palsu sepeninggal wafatnya Nabi Muhammad SAW. Di cyber space muncul perdebatan dari MAS, yang seorang misionaris agama Ahmadiyah Qadiyan (Qadianisme) vs Alexander. MAS ngotot berpendapat bahwa Khalifah Abu Bakar RA bukan menindak nabi palsu, melainkan menindak karena Musailamah al-Kadzdzab (MaK) dan pengikutnya membangkang tidak membayar zakat. Padahal dalam tarikh Islam, ada dua kasus yang berbeda. Ada kasus qabilah lain yang membangkang tidak mau membayar zakat dan ada kasus nabi palsu MaK dan para pengikutnya, yang kedua kasus itu berpotensi berdampak sistemik. Hujjah (reasoning) MAS itu bukan alasan yang sebenarnya. Sesungguhnya alasan yang sebenarnya ialah supaya Qadianisme jangan diusik karena mengatakan Ghulam Ahmad adalah seorang nabi.

Kembali pada kasus skandal bank Century. Walaupun awam bagi saya tentang seluk-beluk perbankan, namun saya dapat tangkap dalam "kuliah" Boediono di hadapan sidang Pansus dalam pertemuan pertama, bahwa di samping beberapa para-meter kuantitatif ada pula para-meter kualitatif yaitu psikologis yang paling menentukan timbulnya dampak sistemik. Nah, di sinilah kelemahan pandangan bahwa bank Centaury itu berdampak sistemik. Mengapa ? Para-meter kualitatif itu tidak terukur, jadi subjektif.

Satu hal lagi. Presiden SBY selalu terukur untuk setiap ucapan dan gerak langkah / tindakannya. Jika Indonesia sedang dalam ancaman krisis, Presiden SBY niscaya tidak akan pergi ke Amerika Serikat dan Amerika Latin yang menyita waktu relatif lama (13-26 November 2008), yaitu rentang waktu krusial bagi keputusan bailout (talangan) dana untuk bank Century. Kalaupun misalnya sudah terlanjur pergi, tentu Presiden SBY akan segera kembali kalau ancaman krisis itu begitu berdampak sistemik. Bandingkan, tahun 2005 Presiden SBY minta Wapres JK kembali dari China karena alasan melonjaknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Dengan segera Wapres JK membatalkan rencananya pergi ke Jepang yang dalam satu rangkaian kunjungannya ke China.

Alhasil alasan berdampak sistemik itu hanya pembenaran, bukanlah alasan yang sebenarnya, seperti alasan yang tidak sebenarnya dari MAS perihal Khalifah Abu Bakar RA menindak nabi palsu MaK. Lalu apa alasan sebenarnya pengucuran dana Rp 6.7 triliun ($710 juta) itu ke bank Century ? Itulah yang seharusnya diungkap oleh Pansus di samping kemana dan kepada siapa larinya kucuran dana trsebut. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Januari 2010