23 Mei 2010

924. Merespons Analisis Aswar Hasan dan HM Sirajuddin Berjudul: "Penanganan Terroris Mencurigakan"

Dalam Harian Fajar edisi Sabtu 15 Mei 2010 dimuat analisis tsb. Respons dalam kolom ini berupa cuplikan kumpulan berita.
 
 
JAKARTA 16 Mei - Seorang ulama Indonesia yang didakwa berperanan sebagai ketua kumpulan pengganas, menafikan penglibatannya dengan sekumpulan suspek militan yang ditahan dalam beberapa serbuan oleh pihak berkuasa Indonesia pada bulan ini. Media tempatan melaporkan, suspek itu telah ditahan pada 6 Mei dalam satu serbuan antikeganasan di sebuah bangunan di selatan Jakarta yang digunakan sebagai pangkalan kumpulan Jemaah Anshorut Tauhid (JAT), kumpulan yang diasaskan oleh Abu Bakar Ba'shir pada 2008.
 
Bagaimanapun, Abu Bakar memberitahu akhbar Indopos bahawa beliau tidak mempunyai kaitan dengan kumpulan militan seperti yang didakwa. "Saya telah dianiaya. Saya tidak tahu dan tidak terlibat dengan sebarang pergerakan serta latihan di Aceh. Dari segi organisasi dan aktiviti, JAT berbeza dengan kumpulan-kumpulan pengganas di Aceh. Tetapi JAT masih dikaitkan dengan pergerakan militan," katanya seperti yang dipetik akhbar terbabit.- AFP
 
Penangkapan Jamaah Ba'asyir Tak Terkait Dengan JAT
May 11th, 2010
JAKARTA (Berita SuaraMedia) – Ahmad Michdan dari Tim Pembela Muslim (TPM) usai bertemu perwakilan Densus 88 di Bareskrim Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel menjelaskan, Densus 88 mengatakan bahwa penangkapan tersebut tidak terkait dengan JAT. Padahal sebelumnya penyidik Densus 88 telah melakukan rekonstruksi di markas JAT, di mana penyidik menggunakan pameran figuran yang dikalungi tag name bertuliskan Abu Bakar Ba'asyir.
 
***
 
Densus Salah Tangkap 13 Aktivis Pengajian Dilepas Diam-Diam
JAKARTA (voa-islam.com) - Penangkapan 16 orang aktivis Islam di lokasi pengajian JAT, 6 Mei 2010 lalu ternyata salah tangkap. Polisi sudah melepaskan korban salah tangkap secara diam-diam. Mereka dibebaskan karena tidak terbukti terlibat dalam pendanaan aktivitas kelompok teroris di Aceh yang dikatakan oleh Mabes Polri sebagai tim supporting. Pembebasan didampingi oleh TPM dan pihak keluarga sekira pukul 21.00 WIB, Kamis (13/5/2010). Ketua Pengurus TPM Guntur Fatahilah menjelaskan, proses pembebasan tidak serentak tapi dilakukan secara diam-diam. Satu per satu dikeluarkan dengan kendaraan pribadi dari Rutan Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (13/5/2010) malam. Buntut salah tangkap Densus 88 terhadap para aktivis pengajian itu, TPM akan melayangkan gugatan praperadilan terhadap Mabes Polri.
 
***
 
Dagelan Penggerebegan Teroris di Solo
http://fb.me/yuVc2IAe
Kesaksian seorang produser berita sebuah stasiun televisi indonesia.
Oleh : Hanibal Wijayanta
Hari ini, Kamis (13/5) polisi langsung bergerak ke Solo, di mana komandan lapangan Densus 88 Kombes Muhammad Syafei sempat memberikan clue kepada tim liputan kami bahwa, "Akan ada gunung meletus di Solo." Kemarin di Solo Densus 88 menangkap tiga orang tersangka, dan hari ini menyerbu sebuah rumah bengkel.
 
Namun ada yang menarik dalam penggerebegan teroris di Solo kali ini. Sebab, sebelum penggerebegan itu, polisi sempat menggelar briefing secara terbuka terlebih dahulu dan persiapan-persiapan seperlunya di sebuah rumah makan. Di tempat itu pula –di pinggir jalan— mereka baru memakai rompi anti peluru, memasang sabuk, penutup kepala, senjata api dan persiapan-persiapan lain. Acara persiapan pra penyerbuan yang sangat terbuka seperti ini jarang terlihat pada penggerebegan sebelumnya, yang biasanya polisi sudah memakai pakaian tempur lengkap dan masuk ke lokasi di malam hari atau pagi buta.
 
Setelah bergerak hanya sebentar, tiba-tiba mobil-mobil Densus 88 itu berhenti dan mengepung sekitar lokasi dan kemudian memasuki rumah yang dipakai menjadi bengkel. Para wartawan yang mengikuti mereka sampai tergopoh-gopoh. Mereka tidak mengira rumah sasaran sedekat itu, yang hanya 200 meter, dan terlihat jelas dari restoran tadi!
 
Maka drama penggerebegan yang tidak lucu itu pun terjadi. Para wartawan bisa mendekat ke TKP bahkan sampai ke pintu rumah bengkel tadi. Para anggota Densus 88 itu pun bisa diambil gambarnya dalam jarak dekat. Meskipun demikian mereka juga sempat disuruh keluar terlebih dahulu, "Nanti dulu-nanti dulu, belum siap," kata seorang anggota Densus 88. Para wartawan sempat bertanya-tanya, apanya yang belum siap. Namun ketika boleh masuk, para wartawan melihat bahwa barang bukti berupa sepucuk M-16, pistol, peluru, dan buku-buku jihad(!) sudah tersusun rapi di lantai. Hmmm. Sigap nian polisi kita.
 
Perilaku yang aneh tampak ketika para perwira Densus 88 termasuk komandan lapangan mereka, Kombes Muhammad Syafei datang ke rumah bengkel itu dan mau diambil gambarnya oleh para wartawan, bahkan dalam posisi close-up. Padahal selama ini dia dikenal paling alergi dengan kamera wartawan. Tak segan-segan ia menyuruh wartawan mematikan kamera atau menghapus gambar yang ada dirinya.
 
***
 
Kita tutup tulisan ini dengan Firman Allah:
-- YAYHA ALDzYN  aAMNWA AJTNBWA KTsYRA MN ALZhN AN B'ADh ALZhN ATsM WLA TJSSWA (S. ALhJRAT, 49:12), dibaca: ya-ayyhuhal ladzi-na a-manuj tanibu- katsi-ram minazh zhannni inna ba'dhazh zhanni ismun wala- tajassasu-, artinya:
-- Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah mengintip di belakang mereka (spy not behind their backs). WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
Makassar, 23 Mei 2010