Tatkala kapal sungai berlunas datar menepi sungai Mississippi, terdengarlah teriakan anak kapal yang sedang mengukur kedalaman sungai: "mark twain, mark one." Anak kapal itu mengukur kedalaman sungai dengan tali yang diberi tanda (mark) berupa simpul. Ujung tali diberi pemberat sehingga ujung tali dapat menyentuh dasar sungai. Dari ujung tali ke simpul satu (mark one) panjangnya 6 kaki (180 cm), dari simpul pertama ke simpul dua (mark twain) juga 6 kaki, demikianlah seterusnya.
Seorang humorist sekali-gus pengarang yang produktif bernama Samuel Langhorne Clem'ens (1835 - 1910), lahir di kota kecil Hannibal, di lembah sungai Mississippi, memakai nama samaran Mark Twain dalam karya-karyanya. Sejumlah karyanya antara lain: The Adventures of Tom Sawyer, The Adventure of Hukleberry Finn, dan Tom Sawyer Abroad. Salah seorang pengarang Indonesia Angkatan Balai Pustaka yang bernama Aman Dt Madjoindo menyadur The Adventures of Tom Sawyer, memindahkan Hannibal di pinggir sungai Mississippi ke Betawi di muara Ciliwung. Maka The Adventures of Tom Sawyer tersadurlah menjadi Si Doel Anak Betawi, yang kemudian memberikan inspirasi atas lahirnya serial sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Hari Selasa yang lalu selesailah episode ke-3 Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan oleh RCTI. Episode ke-4 sedang dalam persiapan. Tom di lembah Mississippi dan Doel di pinggir Ciliwung, anak yatim yang nakal yang diasuh oleh bibinya bergelut dalam lingkungan budaya yang masih solid. Berbeda sekali dengan Doel Anak Sekolahan yang bertemakan pergumulan antara arus globalisasi budaya kota metropolitan yang pragmatis yang bersifat agresif melawan subkultur Betawi, yaitu tradisi Betawi yang bersendikan nilai Islam dalam posisi defensif.
Perbenturan kedua budaya itu dalam skala makro disimbolkan oleh terjadinya tabrakan dalam skala mikro antara sedan yang dikemudikan oleh Sarah dengan oplet yang dikemudikan oleh Si Doel. Dalam komunikasi antara Sarah yang berlatar belakang budaya metropolitan dengan Si Doel yang berlatar belakang subkultur Betawi, sosok Sarah larut ke dalam subkultur Betawi. Inti subkultur Betawi seperti apa yang ditanamkan Sabeni, sang ayah, kepada Si Doel, sang anak, yaitu kejujuran, harga diri, keadilan dan solidaritas. Keempat pesan nilai dari sang ayah kepada sang anak membentuk akhlaq Si Doel. Dalam sosok Si Doel secara mikro tergambarlah masyarakat ideal subkultur Betawi secara makro.
Akhlaq Si Doel diilustrasikan tatkala Si Doel menjadi pegawai dalam perusahaan Oom Wisnu. Roy mencak-mencak karena proposalnya yang penuh dengan manipulasi angka-angka dikoreksi Si Doel, pada hal dalam perusahan tersebut manipulasi angka-angka itu sudah lumrah. Paraf Si Doel hanya sebagai formalitas saja, tidak perlu dikoreksi segala. Si Doel meninggalkan perusahaan Wisnu karena dua hal, pertama tidak mau berlaku tidak jujur, dan kedua harga dirinya tersinggung setelah ia mengetahui bahwa ia diterima di perusahaan itu karena jasa Sarah, tidak perduli walaupun Sarah mencintainya dan dicintainya. Harus dapat dipilah antara cinta dengan harga diri. "Saya masih merasa kuat untuk tidak dikasihani", demikian kata Si Doel kepada Sarah.
Si Doel mulai renggang dengan keluarga Jenab, karena tidak dapat menerima tawaran ayah Jenab untuk menjadi manajer dalam perusahaan ayah Jenab. Di sini dilustrasikan benturan antara nilai keadilan dan solidaritas melawan pandangan pragmatisme. Menurut Si Doel tidak perlu membeli mesin-mesin baru yang mengehemat jumlah operator. Si Doel mendisain mesin cetak batu-bata yang sederhana, yang dapat dioperasikan oleh karyawan yang ada dalam perusahaan itu yang rata-rata rendah pendidikannya. Dengan mesin hasil disain Si Doel tidak perlu ada karyawan yang di-PHK-kan. Ayah Jenab tidak setuju berdasar asar pragmatisme perhitungan ekonomis. Membuat mesin disain Si Doel membutuhkan waktu. Mem-PHK-kan karyawan dengan memberikan pesangon lebih ekonomis ketimbang hilangnya keuntungan akibat menunggu mesin disain Si Doel selesai dibuat. Demikianlah Si Doel menolak tawaran ayah Jenab, pertama menurutnya tidak adil mengambil karyawan baru dengan mem-PHK-kan karyawan lama yang telah berjasa selama ini. Kedua, karena solider terhadap teman-temannya yang akan di-PHK-kan itu.
Dalam Episode ke-3 Si Doel Anak Sekolahan diakhiri dengan adegan melepas Si Doel ke Swis. Apa yang akan terjadi kelak setelah Si Doel kembali, kita tunggulah episode yang berikutnya. Masalah yang menggelitik kita sambil menunggu, yaitu bagaimana kesudahan keluarga Si Doel nantinya. Kalau Si Doel sudah berumah tangga apa pula jika ditempatkan di luar p. Jawa, Lela menerima lamaran dari pengusaha yang bermukim di Arab Saudi, Atun juga sudah kawin dengan Karyo, kemudian pindah tempat bermukim, karena Karyo selalu berselisih dengan Mandra, maka akhirnya tinggallah Mandra sendirian. Dan itulah akhir turunan keluarga Sabeni. Maka akan terjadilah apa yang dikuatirkan Si Doel dalam renungannya, bahwa kelak rumah dan pekarangannya akan digilas oleh roda besi perkembangan kota.
Sebenarnya Sabeni tidak perlu dimatikan pula, walaupun almarhum Benyamin S. telah mendahului kita semua ke alam baqa. Sabeni cukup diceritakan menderita cacat berat pada wajahnya dan suaranya berubah dalam kecelakaan itu, sehingga wajahnya dioperasi plastik. Jadi orang lain dapat memerankan Sabeni, sehingga sejemput keluarga itu dapat bertahan sebagai simbol bertahannya pula subkultur Betawi. Seperti dalam kenyataannya hingga dewasa ini subkultur Betawi masih tetap bertahan di Condet, lebih-lebih lagi setelah kawasan Condet dijadikan cagar budaya atas prakarsa Bang Ali.
Lalu bagaimana nasib cinta segitiga Jenab, Doel, Sarah? Biasanya pengarang mengorbankan salah satunya. Maka sudah dapat dibayangkan bahwa Jenablah yang akan dikorbankan dengan rumus: Jenab akan belajar mencintai orang lain. Padahal menurut saya penyelesaiannya yang adil dalam cinta segitiga itu adalah polygami. Modal dasarnya sudah ada. Sarah berpegang tangan seusai melepas si Doel di lapangan terbang. Sudah saling mengerti mereka berdua mencintai Si Doel. faNkihuw Ma- Tha-ba laKum min nNisa-i Matsnay wa tsulatsa wa Ruba'a, fa in Khiftum Alla- Ta'diluw fa Wa-hidatan (S. An Nisa-', 3), maka nikahilah perempuan-perempuan yang baik bagimu, berdua, bertiga, atau berempat, apabila engkau khawatir tidak dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja atau nikahilah apa yang kamu peroleh dengan tangan kananmu (4:3). Insya-Allah akan menyusul pembahasan tentang poligami. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 15 Juni 1997