24 Mei 1998

323. MensucikanNya, MemujiNya dan Minta Ampun KepadaNya

Firman Allah:

ADZA JAA NSHR ALLH WALFTh.
WRAYT ALNAS YDKHLWN FY DYN ALLH AFWAJA.
FASBh BhMD RBK WASTGHRH
ANH KAN TWABA.
(S. ALNSHR, 310:1-3)

dibaca:
idza- ja-a nasruLla-hi walfathu.
waraaitan na-sa yadkhulu-na fi- di-niLla-hi afwa-jan.
fasabbih bihamdi rabbika wataghfirhu
innahu- ka-na tawwa-ban.

Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan.
Dan engkau lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.
Maka sucikanlah serta pujilah dan minta ampunlah kamu kepada Maha Pemeliharamu
sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.

Surah tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam hubungannya dengan pendudukan kota Makkah secara damai oleh pasukan Islam dari Madinah. Dalam pendudukan itu sekaligus penduduk kota Makkah ditaklukkan hatinya, sehingga mereka masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong. Hal itu disebabkan oleh karena akhlaqu-lkarimah yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan seluruh pasukan Islam yang memaafkan segala kezaliman penduduk Makkah terhadap ummat Islam sebelum hijrah ke Madinah. Perisitwa bersejarah ini telah dibahas pada tgl.5 Januari 1996 dalam Seri 256 yang berjudul: Penaklukan dalam Nuansa Kedamaian.

Sedangkan kepada Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah untuk bertasbih (mensucikan), bertahmid (memuji) dan istighfar (minta ampun) setelah mencapai kemenangan, apatah pula kita ini, sebagai manusia biasa. Surah tersebut yang merupakan petunjuk berakhlak dalam menyikapi kemenangan yang dicapai hendaknya kita aktualisasikan dalam kontex tercapainya kemenangan gerakan reformasi damai yang ujung tombaknya anak-anak kita para mahasiswa, yang diikuti dari belakang para pendukung reformasi yang betul-betul ikhlas.

Dikatakan di atas yang betul-betul ikhlas, oleh karena ada pula yang pada zhairnya menyatakan mendukung reformasi hanya karena merasa terdesak, ataupun hanya karena ingin memanfaatkan gerakan moral yang murni ini untuk kepentingan golongannya. Ini antara lain dapat dilihat misalnya pada sisa kelompok mahasiswa yang masih bertahan sampai malam Sabtu, ke tempat mana mereka minta dievakuasi oleh pasukan keamanan, yaitu kampus Atmajaya.

Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tasbih, mensucikan Allah, hanya Allah Yang Mahasi Suci, suci dari kesalahan. Manusia tidak luput dari kesalahan, terutama yang berwatak impulsif emosional. Walaupun gerakan moral reformasi damai telah tercapai dengan mundurnya H.M. Soeharto, namun karena seorang profesor dari UI merasa tidak setuju H.B.J. Habibie yang menjadi Presiden, tatkala diwawancarai oleh wartawan televisi, profesor tersebut secara impulsif emosional mengatakan bahwa Soeharto dan Habibie bersama-sama diangkat oleh MPR menjadi Presiden dan Wapres, maka kalau Soeharto mundur, Habibiepun harus mundur, sehingga pengangkatan Habibie menjadi Presiden tidak sah. Rupanya profesor kita ini tidak pernah membaca UUD-1945. Ada pula seorang profesor yang mengatakan bahwa pengunduran diri H.M Soeharto tidak sah karena tidak di hadapan MPR. Karena pengunduran itu tidak sah, maka pengangkatan Habibie juga tidak sah. Rupanya profesor kita ini tidak dapat membedakan antara yang seharusnya dengan yang sebaiknya. Yaitu seharusnya dilaksanakan di hadapan Mahkamah Agung, sebaiknya di hadapan MPR. Presiden Habibie disumpah di hadapan Mahkamah Agung, sehingga terpenuhilah yang seharusnya. Coba bayangkan kalau yang sebaiknya ini ngotot untuk dipenuhi, bagaimana caranya Presiden Soeharto dengan pasukan pengawal dapat menembus ribuan mahasiswa yang mengepung gedung MPR, tanpa bentrokan. Profesor kita ini rupanya tidak biasa berpikir situasi lapangan. Ada pula seorang profesor di Makassar ini yang bermata seperti kuda bendi. Ia tidak puas karena tidak ada pakar ekonomi yang duduk dalam Kabinet Reformasi Pembangunan. Ada pula yang tidak dapat memilah antara yang prinsip dengan yang teknis. Mengubah bahkan menghapus dan membuat yang baru mengenai paket undang-undang di bidang politik, ekonomi dan hukum itu prinsip, sedangkan berapa lamanya itu teknis. Ada yang secara arogan memberi waktu 3 bulan, pada hal waktu itu nama-nama kabinet baru saja diumumkan. Emangnya ini permainan sepak bola, harus dinyatakan selesai dalam waktu 2 x 45 menit!

Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tahmid, memuji Allah. Inilah ajaran berakhlak terhadap Allah SWT. Bahwa yang patut dipuji dalam hasil kemenangan reformasi ini adalah Allah SWT, tidak boleh memuji manusia, apa pula memuji menyombongkan diri sendiri: "Kalau bukan jasa si anu, kalau bukan jasa saya, kemengan ini tidak mungkin tercapai."

Setelah mencapai kemenangan disuruh istighfar, minta ampun kepada Allah SWT, berhubung dalam proses mencapai kemenangan itu memperbuat kesalahan-kesalahan yang antara lain seperti yang dikemukakan di atas itu. Terutama kesalahan yang dapat mengaburkan tujuan reformasi ini, yaitu dengan membelok pada kesibukan pro dengan kontra terhadap Presiden Habibie.

Yang terakhir setelah mencapai kemenangan disuruh tawbat kepada Allah SWT, karena dirinya telah dimanfaatkan oleh golongan yang mencoba mengeruhkan kemurnian gerakan moral reformasi damai ini. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Mei 1998