3 Oktober 1993

097 Teori Evolusi

Apabila teori evolusi menyangkut bumi atau benda-benda langit yang lain misalnya, tidak ada masalah. Akan tetapi apabila menyangkut dunia binatang barulah ada masalah. Mengapa? Teori evolusi mengatakan bahwa binatang bersel satu sebagai awal evolusi dan manusia sebagai akhir evolusi. Bagaimana mungkin evolusi menyangkut manusia itu dapat diterima, jika diperhadapkan pada kejadian Hawa dari tulang rusuk Adam. Lagi pula dalam S.Al Baqarah 35 dapat kita baca: Wa qulna ya adamu skun anta wa zawjuka ljannata wa kula minha raghadan haytsu syi'tuma,... dan Kufirmankan ya Adam tinggallah engkau dan pasanganmu dalam jannah dan makanlah yang ada di dalamnya buah-buahan, bersenang-senanglah sekehendakmu berdua,...Kalau Adam dan Hawa diciptakan dalam jannah, bagaimana mungkin proses evolusi itu menjangkau ke sana?

Secara common sence teori evolusi ini menghina manusia yang diciptakan Allah sebaik-baik kejadian. Sampai hatilah Darwin mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet. Itu menghina nenek moyang kita Nabi Adam dan Hawa. Betulkah menurut teori evolusi Darwin manusia itu berasal dari monyet?

Di kepulauan Galapagos, yang terletak di Pasifik, sebelah barat Amerika Selatan, Charles Darwin (lahir dalam tahun 1809 di Shrewsbury, Inggeris) mendapatkan di sana burung pekicau bentuknya menyimpang dengan yang di daratan Amerika. Pada setiap pulau terdapat bentuk yang berbeda dari jenis yang sama. Kepulauan ini sudah lama terisolasi, sehingga burung-burung itupun juga sudah lama terisolasi. Begitupun keadaannya dengan penyu-penyu laut, terdapat pula penyimpangan dengan yang sejenisnya di pesisir Amerika Barat. Ia tiba kepada kesimpulan, bahwa burung-burung ataupun penyu-penyu yang berbeda itu berasal dari jenis yang sama, terjadinya perbedaan itu karena mengalami proses evolusi, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.

Maka mulailah ia menarik kesimpulan dengan generalisasi, bahwa setiap binatang yang sekarang ada persamaannya berasal dari jenis yang sama. Dengan mempergunakan hasil penelitian tentang fosil oleh Cuvir, lahir 1769, berkebangsaan Perancis, jadi lahir sebelum Darwin, generalisasi itu ia tarik terus, lalu tiba kepada kesimpulan bahwa binatang itu dimulai dari bentuk yang paling bersahaja, berangsur-angsur menjadi bentuk yang lebih komplex hingga yang paling komplex, manusia. Manusia dan monyet itu berasal dari jenis yang sama. Jadi Darwin tidak mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet.

Sebenarnya Darwin tidak sendirian, karena sebelumya secara terpisah Chevalier de Lamarck, lahir 1744, berkebangsaan Perancis juga tiba kepada kesimpulan yang sama dengan Darwin tentang evolusi. Menurut Lamarck perubahan secara evolusi itu terjadi, karena bagian tubuh dalam penggunaannya menyesuaikan diri dengan alam lingkungan hidupnya. Seamsal anjing laut kakinya sudah berbentuk sirip, karena berlama-lama turun temurun dipakai untuk berenang. Sedangkan Darwin menekankan perubahan itu disebabkan oleh seleksi alam berupa struggle for existence, perjuangan untuk mewujud, dan survival of the fittest, yang tertangguh bertahan hidup.

Perubahan eksternal (variasi phaenotypis) yang dikemukakan Lamarck dan Darwin ini dibantah oleh Ilmu Genetika, yaitu variasi phaeotypis itu tidak menurun ke generasi berikutnya, karena perubahan yang menurun itu (variasi genotypis) ditentukan oleh khromosom sebagai pusat kelestarian (heredity), jadi bersifat internal. Biarpun ekor kucing dipotong terus dari generasi ke generasi, tidak akan pernah menghasilkan kucing tanpa ekor, karena sudah terpola dalam khromosom, kucing itu punya ekor.

Pada mulanya duel antara teori evolusi variasi phenotypis ini dengan Ilmu Genetika seperti akan dimenangkan oleh Ilmu Genetika. Namun keadaan jadi terbalik setelah Hugo de Vries, berkebangsaan Belanda pada tahun 1903 memperkenalkan proses mutasi, perubahan bersifat internal, variasi genotypis, bahwa khromosom dapat berubah baik secara alami, maupun secara paksa. Mutasi yang alami terjadi oleh suhu dan kelembaban yang berubah mendadak secara tajam, sedangkan mutasi secara paksa, adalah dengan cara penyinaran. Dalam dunia pertanian dewasa ini mutasi secara paksa itu dilakukan dengan radiasi dari zat yang radioaktif. Bibit unggul padi misalnya didapatkan secara mutasi paksa ini. Setelah de Vries mengemukakan proses mutasi ini, maka duel antara teori evolusi dengan Ilmu Genetika dimenangkan oleh teori evolusi, bahkan Ilmu Genetika itu berbalik menjadi alat untuk menguatkan teori evolusi.

Dalam babak-babak terakhir teori evolusi mendapat bantuan lagi dengan ditemukannya Serelogi, ilmu perihal perseruman. Dengan Serelogi ini secara experimental didapatkan bahwa reaksi serum menunjukkan adanya hubungan kekerabatan sedikit antara manusia dengan kera berhidung pesek, hubungan kekerabatan yang lebih nyata antara manusia dengan orang utan, dan yang paling dekat kekerabatannya dengan manusia adalah chimpanze.

Nah, ini bukanlah hal yang dapat dianggap sepele, bukan perkara main-main. Bagi kita yang bukan dari bidang disiplin Biologi dengan mudah kita katakan coretlah itu teori evolusi, atau sekurang-kurangnya buanglah jauh-jauh dalam benak yang menyangkut dengan evolusi. Itu bertentangan dengan Kitab Suci. Namun bagi mereka dari bidang disiplin Biologi, tidak semudah itu untuk mencoret, karena dilatarbelakangi dengan pemahaman teori evolusi oleh trio Lamarck, Darwin, de Vries dengan bantuan Ilmu Genetika dan Serelogi seperti yang dikemukakan di atas. Saya masih teringat seorang teman dari disiplin Biologi, Wld Lbs. yang sempat guncang imannya. Wld ini bingung atau ikut Kitab Suci, atau ikut teori Darwin. Saya katakan kepadanya, tinggalkanlah itu Biologi, pindah jurusan. Tetapi dia itu kepala batu juga. "Saya tidak mau melarikan diri dari masalah," demikian ucapnya.

Cora Reno menulis: One cannot accept both Bible and evolution as truth. They are contradictory (Orang tidak dapat menerima kebenaran keduanya sekaligus, Bible dan evolusi sekaligus. Keduanya itu bertentangan), ["Evolution, Fact or Theory?", The Moody Bible Institute of Chicago, kaca 115]. Inilah latar belakang penulisan teori evolusi dalam kolom ini. Kita tidak ingin agar saudara-saudara kita dari disiplin Biologi seperti Wld Lbs yang terpecah kepribadiannya menjadi dua, di satu saat sebagai orang beriman dan di saat yang lain sebagai orang berilmu. Sebagai orang beriman harus menolak teori evolusi, sebagai orang berilmu ia harus menolak Kitab Suci. Mereka yang pecah kepribadiannya karena teori evolusi ini tidak memerlukan pelayanan ataupun santapan ruhaniyah dalam masalah ini, melainkan memerlukan santapan yang bersifat intelektual. Maka dimintalah kesabaran menunggu santapan intelektual ini hingga hari Ahad yang akan datang, insya Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar 3 Oktober 1993