-- WLQD SHRFNA LLNAS FY HDzA ALQURAN MN KL MtSL FABY AKTsR ALNAS ALA KFWRA (S.ALASRY, 17: 89), dibaca: walaqad sharrafna- linna-si fi- ha-dzal qur.a-ni ming kulli matsalin faaba- aktsaran na-si illa- kafu-ran, artinya:
-- Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, namun kebanyakan manusia enggan (mengambil ibarat), (karena) mereka itu kafir.
Pengikisan tanah di lereng-lereng gunung oleh air bah yang mengalir dengan ganas disebut erosi. Di dalam Al Quran fenomena alam yang berupa erosi ini dinformasikan sebagai bahan bandingan perumpamaan untuk erosi amal sedekah seseorang.
-- YAsYHA ALDzYN AMNWA LA TBThLWA ShDQTKM BALMN WALADzY KALDzY YNFQ MALH RaAa ALNAS WLA YWaMNWA BALLH WALYWM ALAKhR FMtSLH KMTsL ShFWAN 'ALYH TRAB FAShABH WABL FTRKH ShLDA LA YQDRWN 'ALY SyYa MMA KSBWA WALLH LA YHDY ALQWM ALKFRYN (S. ALBQRt, 2:264), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- la- tubthilu- shadaqa-tikum bilmanni wal a-dza- kalladzi- yunfiqu ma-lahu- ria-an na-si wala- yu'minu- biLla-hi walyawmil a-khiri famatsaluhu- kamatsali shafwa-nin 'alayhi tura-bun faasha-bahu- wa-bilun fatarakahu- shaldan la yaqdiru-na 'ala- syaiim mimma- kasabu- waLla-hu la- yahdil qawmal ka-firi-na, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, janganlah kamu batalkan amal sedekahmu, dengan cara menyiarkan (kepada umum) dan melukai perasaan (yang diberi sedekah), seperti cara menyumbang dengan penampilan (riya) dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat; adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang licin yang di atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang lebat yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah batu karang licin yang gundul, maka demikian pulalah keadaan amal sedekahnya hilang tidak ada yang tinggal.
Perbuatan batil diibaratkan sebagai buih dalam fenomena alam.
-- FASALT AWDYt BQDRHA FAhTML ALSYL ZBDA RABYA WMMA YWQDWN 'ALYH FY ALNAR ABTGhAa hLYt AW MTA'A ZBD MTsLH KDzLK YDhRB ALLH ALhQ WALBAThL FAMA ALZBD FYDzHB JFAa WAMA YNF'A ALNAS FYMKtS FY ALARDh KDzLK YDhRB ALLH ALAMTsAL (s. ALR'AD, 13:17), dibaca: fasa-lat awdiyatun biqadariha- fahtamaks sailu zabadar ra-biyan wamimma- yu-qidu-na 'alaihi finna-rib tigha-a hilyatin aw mata-'in zabzdun mitsluhu- kadza-lika yadhribu Lla-hul haqqa walba-thilun faammaz zabdu fayadzhabu jufa-an wamma- ma- yanfaqun na-sa fayamkutsu fil ardhi kadza-lika yadhribu Lla-hul amtsa-la, artinya:
-- maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Untuk penjelasan lebih lanjut perlu terlebih dahulu dibahas dua kata-kunci: syaithan dan rajm.
Syaithan; antara lain ialah pemimpin kaum munafiq yang memusuhi Nabi Muhammad SAW, seperti Firman Allah:
-- WADzA KhLWA ALA SyYTHYNHM QALWA ANA M'AKUM (S. ALBQRt, 2:14), dibaca: waidza- khalau ila- syaya-thi-nihim qa-lu- inna- ma'akum, artinya:
-- Dan ketika mereka berkhalwat (menyendiri) bersama setan-setan (pemimpin) mereka, mereka berkata kami bersama kalian.
Dalam hal ini setan-setan itu ialah anak buah iblis yang memusuhi Nabi Muhamamd SAW yang terdiri dari dua golongan dalam hal politik dan dalam hal perdukunan ramal-meramal.
Rajm; umumnya berarti melempar dengan batu. Kalau Al-Quran dijadikan kamus maka kata rajm berarti pula ramalan, ini dapat dilihat dalam ayat:
-- RJMA BALGhYB (S. ALKHF, 18:22), dibaca: rajman bil ghaybi, artinya:
-- meramal tentang yang ghaib
dan rajm berarti juga mengeluarkan umpatan, seperi ucapan ayah Ibrahim kepada Ibrahim AS. Ini dapat dilihat dalam ayat:
-- LARJMNKM (S. MRYM, 19:46), dibaca: laarjumannakum, artinya:
-- kuumpat engkau
Dan rajm juga berarti usir, yaitu setan atau iblis diusir Allah keluar dari alam malakut.
-- WLQD ZYNA ALASMAa ALDNYA BMShABh WJ'ALNHA RJWMA LLSyYThYN (S. AlMLK, 67:5), dibaca: walaqad dzayyannas sama-id dunya- bimasha-biha waja'alnaaha- rujumal lisysyaya-thi-ni, artinya:
-- Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan pelita-pelita dan Kami menjadikannya pelempar setan.
-- MN KhThF ALKhFThFt FATB'AH ShHAB TsAQB (S. ALShFAT, 37:10), dibaca: man khathifal khathfata faatba'ahu- shiha-bu tsa-qibun, artinya:
-- Bagi siapa (setan) yang menangkap tangkapan (di langit) maka ia segera dikejar oleh suluh api (tahi bintang) yang cemerlang.
Setan-setan anak buah iblis kontemporer berupa pemilik mesin perang satelit mata-mata yang mendata negeri-negeri Islam (seperti Aghanistan dan Iraq) dari atas angkasa, dalam rangka melumatkan negeri-negeri yang dibenci oleh setan-setan itu. Satelit mata-mata itu dikejar oleh tahi bintang berupa meteor-meteor yang terbakar karena bergesek dengan atmosfer bumi. Itu adalah fenomena alam sebagai perumpamaan perbuatan sesat dukun-dukun peramal yang ramalan dan umpatannya diusir oleh cahaya Islam yang yang mengusir kebohongan ramalan dan umpatan para dukun peramal tersebut.
Yang terakhir Firman Allah:
-- MTsL ALJNt ALTY W'AD ALMTQWN TJRY MN ThTHA ANHAR AKLHA DAaM WZhLHA TLK 'AQBY ALDzYN ATQWA AW 'AQBY ALKFRYN ALNAR (ALR'AD, 13:35), dibaca: matsalul jannatul lati- u'idal muttaqu-na tajri- min tahtaihal anha-r ukuluha- da-imuw wa'uqbal ka-firi-nan naari, artinya:
-- Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang taqwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di bawahnya ; makanannya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula); itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertaqwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.
Adapun surga itu tak terkira jauh lebih menyenangkan dari perumpamaan fenoma alam yang dijadikan pembanding. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 25 Desember 2005
25 Desember 2005
[+/-] |
708. Fenomena Alam Dijadikan Perumpamaan |
18 Desember 2005
[+/-] |
707. Melayari Laut dalam Konteks Nilai Sub-Kultur Bugis Makassar |
Kita buka perbincangan ini dengan kelong (syair Makassar) yang menggambarkan nilai semangat istiqamah (konsisten), baik dalam hal prinsip maupun dalam hal operasional:
Takunjungaq bangun turuq
Takuginciriq gulingku
Kualleanna
Tallanga natoaliya
Tak kumau angin buritan
Kemudi takkan kuputar
Kendatipun akan tenggelam
Pantang aku urung berlayar
Yang berikut adalah nilai keberanian yang bersinergi kecakapan berlayar.
Saya masih ingat waktu kecil ketika bermain-main sampan layar, saya yang sedang memegang kemudi di bagian belakang sampan berteriak jagako kepada teman yang bertugas mengimbangi kemiringan sampan, yang berdiri dipinggir sampan pada sisi yang berlawanan dengan layar. Biasanya sampan mempunyai cadik/kengkeng, semacam tangkai yang menganjur keluar kiri kanan sampan untuk keseimbangan sampan. Tetapi waktu saya masih anak-anak dalam soal sampan layar mempunyai nilai tersendiri: Anak-anak/remaja yang melayarkan sampan layar yang memakai cadik dicap penakut. Teriakan jagako itu saya ucapkan untuk memperingatkan teman tadi agar siap siaga akan datangnya angin, karena melihat kerutan kecil air laut yang melaju ke arah sampan layar kami itu. [Cuplikan dari Seri 029, bertanggal 17 Mei 1992]
Yang berikut adalah nilai "pandangan berisi" dan kecekatan berlayar menggergaji menghadapi angin sakal, yaitu dengan mengoperasionalkan tujuan taktis yang kelihatannya menyimpang dari tujuan strategis.
Pada zaman Jepang seorang heitai (serdadu Jepang) membentak nakhoda perahu sambil meludahi kedua telapak tangannya: "Bagero, kunapa purahu kusituka?". Tentera Jepang kalau membentak dengan bagero disertai dengan meludahi telapak tangan itu berarti siap-siap untuk menempeleng. Ia marah besar kepada nakhoda perahu, oleh karena tujuan perahu menyimpang sekitar 45 derajat ke kiri dari arah pulau yang akan dituju, p.Jampea. Melihat gelagat tentera Jepang yang menyandang samurai itu, nakhoda perahu dengan tenang menatap mata heitai Jepang itu dengan sinar mata yang tajam dengan "pandangan berisi", yang mengandung pengaruh sirap. Hasilnya, Jepang itu tertunduk, sikapnya melemah, butir-butir keringat menyembul di keningnya. Dahulu para nakhoda perahu bukan hanya terampil melayarkan bahtera saja, melainkan harus pula menguasai ilmu "pandangan berisi" sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi nakhoda. "Tuan, kita menggergaji, kita mendapat angin sakal, bukan angin buritan", nakhoda itu menjelaskan. Sungguhpun serdadu Jepang itu kurang begitu mengerti penjelasan sang nakhoda, ia mangguk-mangguk saja, maklumlah hatinya sudah kecut oleh sinar mata sang nakhoda. Apa sesungguhnya yang terjadi ialah perahu itu harus menempuh lintasan seperti mata gergaji, zig zag, oleh karena angin tidak bertiup dari belakang perahu. Itu biasa dalam dunia pelayaran, yang belum difahami oleh serdadu Jepang itu. [Cuplikan dari Seri 096, bertanggal 26 September 1993]
Yang berikut adalah nilai musyawarah dan kebersamaan dalam membina negeri:
Malam Jumat, 4 Agustus 1994, di lantai 3 Gedung Harian Fajar itu tatkala mendengarkan alunan suara budayawan Mappaseleng Dg Maqgauq, menyanyikan "Minasa ri Boritta", saya bernostalgia, ingat tempo doeloe, ketika saya masih kecil di kampung halaman, sewaktu lagu-lagu daerah masih sangat dominan, oleh karena belum terjadi akulturasi budaya kita dengan budaya luar. Waktu itu setiap ada "paqgaukang", pesta kenduri, tidak pernah ketinggalan acara kesenian Rambang-Rambang, yaitu nyanyian solo diiringi oleh empat atau lima biola dan rabbana (rebana). Sebelum Perang Dunia kedua kalau ada Pasar Malam di Makassar, Parambang-Rambang Silayaraq (Selayar) tidak pernah absen. Mengapa nyanyian solo yang diiingi dengan perangkat bunyi-bunyian biola dan rebana itu dinamakan apparambang-rambang, menggelar rambang-rambang, oleh karena senantiasa lagu pertama yang dinyanyikan ialah lagu/kelong Rambang-Rambang. [Cuplikan dari Seri 139, bertanggal 7 Agustus 1994).
Kata dasar rambang menjadi kata kerja aqrambangang, itu terkhusus istilah yang digunakan dalam kalangan pelaut, artinya berbanjar mengembang layar. Dalam bahasa Makassar kata kerja ditasrifkan. Untuk orang pertama tunggal aqrambangang. Orang pertama jamak kiqrambangang. Orang pertama jamak waktu yang akan datang (future tense) nakiqrambangang. Tasrif (konyugasi) terakhir ini dapat dilihat dalam kelong Rambang-Rambang di bawah.
Pakabajiki boritta
Kimassing massamaturuq
Nakiqrambangang
Ansombali mateqneya
Benahilah negeri kita
Masing-masing bersepakat
Berbanjar mengembang layar
Berlayar mencapai sejahtera
Karena nakiqrambangang dalam bentuk future tense, maka berbanjar mengembang layar baru dikerjakan setelah terjadi kesepakatan. Jadi nilai filosofis kelong Rambang-Rambang, yaitu pekerjaan membenahi negeri barulah dilakukan setelah terjadi kesepakatan, bukanlah tiba masa tiba akal.
***
Hasil istinbath (penggalian) nilai Sub-Kultur di atas itu utamanya nilai musyawarah/kesepakatan dan kebersamaan serta istiqamah dalam membenahi negeri mestilah berutumpu pada paradiqma Nilai Al-Furqan dari Syari'at Islam. yaitu bertawakkal kepada Allah, seperti FirmanNya:
-- WSyAWRHM FY ALAMR FADzA 'AZMT FTWKL 'ALY ALLH AN ALLH YhB ALMTWKLYN (S. AL'AMRAN, 3:159), dibaca: wasya-wirhum fil amri faidza- 'azamta fatawakkal 'alaLla-hi inaaLla-ha yuhibuul mutawakkli-na, artinya: Dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan (negara dan kemasyarakatan), maka apabila engkau telah menetapkan cita-cita, bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tawakkal. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 18 Desember 2005
11 Desember 2005
[+/-] |
706. Sepuluh Ribu dari Faran |
Berdasar atas Perjanjian Gencetan Senjata Hudaibiyah selama sepuluh tahun di antara Madinah dengan Makkah, maka qabilah Banu Bakr bergabung ke dalam aliansi kaum kafir Quraisy Makkah, sementara Banu Khuza'ah ke dalam aliansi kaum Muslimin Madinah. Ternyata dua tahun kemudian Banu Bakr dengan dukungan pihak Makkah menyerang Banu Khuza'ah. Dalam penyerangan itu banyak penduduk Banu Khuza'ah yang terbunuh. Utusanpun dikirim ke Madinah melaporkan pihak Makkah telah melanggar Perjanjian Hudaibiyah. RasuluLlah SAW segera mengumpulkan pasukan, lalu bergerak menuju Makkah, dan dalam perjalanan beberapa qabilah lain datang bergabung dengan RasuluLlah SAW. Tatkala pasukan itu tiba di FARAN jumlahnya telah mencapai SEPULUH RIBU orang. RasuluLlah SAW yang memimpin pasukan SEPULUH RIBU orang dari FARAN ini dinubuwatkan jauh sebelumnya oleh Nabi Musa AS. Kita kutip dari The Holy Bible, King James (authorize) Version:
"And this is the blessing, where-with Moses the man of God blessed the Children of Israel before his death. And he said the LORD came from Sinai, and rose up from Seir unto them; he shined forth from mount PARAN and he came with TEN THOUSANDS of saints; from his right hand sent a fiery law for them" (Deuteronomy 33:1-2). Dan inilah berkat atas Bani Israil yang diberikan oleh Musa orang kepercayaan Tuhan sebelum wafatnya. Dan ia berkata: Tuhan datang dari Thursina dan terbit dari Seir atas mereka; ia terus bersinar gemerlapan dari bukit FARAN dan ia datang dengan SEPULUH RIBU pasukan syuhada; dari tangan kanannya datang syari'at yang cemerlang untuk mereka.
Bunyi nubuwat tersebut bersinergi dengan nubuwat Habakkuk dan Isaiah. Tidak seorangpun bangsa Israel termasuk Yesus, yang ada hubungannya dengan Paran. Bukit Faran berlokasi di pegunungan Siraat yang mengelilingi Makkah. Hajar, dengan anaknya Ismail AS, berkelana di padang gurun Birsheba, yang kemudian menetap di padang gurun Paran (Genesis, 21:14,21). Ismail AS mengawini perempuan Mesir dan dari kelahiran anak sulungnya, Haidar (Kedar), memberikan keturunan kepada bangsa Arab, yang juga merupakan garis lurus silsilah: Haidar - Jamal - Sahail - Binta - Salaman - Hamyasa - 'Adad - 'Addi - Adnan - Ma'ad - Nizar - Mudhar - Ilyas - Mudrikah - Khuzaimah - Kinanah - Nadhar - Malik - Fihir - Ghalib - Luaiy - Ka'ab - Murrah - Kilab - Qushay - 'Abdul Manaf - Hasyim - 'Abd.Muththalib - 'Abdullah - NABI MUHAMMAD SAW.
Inilah nubuwat dalam (Habakkuk 3:3):
-- The Holy One from Mount Paran. His glory covered the heavens and the earth was full of his praise. Esa yang Suci dari gunung Paran. Kemuliaannya meliputi langit dan bumipun penuh dengan pujiannya.
Dan inilah nubuwat dalam Isaiah mengenai Kedar, para penghuni padang gurun FARAN.
-- The oracle concerning Arabia. In the thickest in Arabia you will lodge, O caravans of De'danites . For they have fled from the swords, .... from the bent bow, ... For thus the Lord said to me, "Within a year, according to the years of a hireling, all the glory of Kedar will come to an end . And the remainders of the archers of the mighty men of Kedar will be few (Isaiah 21:13,15-17). Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar Arabia engkau akan bermalam, wahai kafilah-kafilah orang Dedan . Karena mereka melarikan diri dari pedang ... dan dari busur yang dilentur, .... Karena beginilah Tuhan berfirman kepadaku: "Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka semua kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tersisa sejumlah kecil saja.
-- "For behold darkness shall cover the earth, .... but the LORD will arise upon you, and the glory will be seen upon you .... All the flocks of Kedar shall be gathered to you, .... and I will glorify My Glorious House" (Isaiah, 60:2,7). Karena sesungguhnya kegelapan akan meliputi bumi, .... namun (terang) Tuhan akan terbit atas kamu, .... Semua kawanan domba Kedar akan berhimpun kepadamu, .... dan Aku akan menyemarakkan Rumah KeagunganKu."
Kaitkanlah nubuwat-nubuwat dalam Isaiah itu dengan nubuwat dalam Deuteronomy dan Habakkuk. Kedar runtuh dan jumlah pemanah, orang-orang kuat dari anak-anak Kedar, lenyap dalam setahun setelah mereka itu melarikan diri dari pedang-pedang dan dari busur-busur yang dibentang (Isaiah). Maka "sinar gemerlapan dari bukit FARAN" (Deuteronomy) adalah Muhammad SAW. Dalam Habakkuk, praise from Mount Paran adalah Muhammad SAW, karena secara harfiah Muhammad berarti praise. Terang Tuhan yang terbit atas bani Kedar yang dalam kegelapan adalah Muhammad SAW, karena beliau adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa kegelapan jahiliyah.
Dan tak lebih dari setahun setelah hijrah, anak cucu keturunan Kedar yaitu pasukan dari Makkah berjumpa dengan pasukan mujahidin Muhajirin dan Anshar dari Madinah dalam Perang Badar. Maka tumbanglah kemuliaan Bani Kedar, yaitu kafir Quraisy penduduk Makkah, kalah telak dalam Perang Badar. Muhammad SAW mensucikan kembali itu "Glorious House, Rumah Keagungan Tuhan, BaituLlah" di Makkah dengan membersihkannya dari patung-patung berhala. Setiap sekeping berhala tumbang, RasuluLlah SAW mengucapkan ayat:
-- WQL JAa ALhQ WZHQ ALBAThL AN ALBARhL KAN ZHWQA (S ISRAa, 17:81), dibaca: waqul ja-al haqqu wazahaqal ba-thilu innal ba-thila ka-na zahu-qan. Katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya kebatilan itu niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 11 Desember 2005
4 Desember 2005
[+/-] |
705. Gayung Bersambut, Kata Berjawab |
Baru-baru ini saya menerima "surat panjang" dari yang menyatakan dirinya "Imam" Majlis Al-Munajah Al-Ardh dengan tembusan kepada segala macam, yang tebalnya cukup lumayan 28 halaman. Pada pokoknya sang "Imam" memprotes apa yang saya tulis dalam Seri 699 mngenai bagian ceramahnya, bahwa itu sudah menyeleweng dan keluar jalur ajaran Islam, karena sang "Imam" menyatakan ada Al-Quran rahasia, dan untuk dapat mengetahui Al-Quran rahasia itu haruslah mengetahui rahasia titik nun dan titik ba, yang ujung-ujungnya sang "Imam" menyatakan: "Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk." Anehnya dalam "surat panjang" itu sama sekali sang "Imam" tidak menyinggung sedikitpun tentang "Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk."
Pengasuh kolom ini, yang Wakil Ketua Majlis Syura KPPSI, menjadi "kesal" dengan pernyataan sang "Imam" bahwa Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk. Mengapa "kesal", karena pernyataan itu "menantang/menyalahkan" yang diperjuangkan KPPSI menegakkan Syari'at Islam menurut AL-Quran yang 114 Surah dan 30 Juz. Seperti diketahui, berdasarkan hasil jajak pendapat dari Tim Pengkajian Konsep Syari'at Islam (TPKSI) yang dibentuk atas dasar SK Gubernur Sul-Sel No.601/X/2001, tgl.2 Oktober 2001, masyarakat di Sul-Sel 91% yang setuju pelakanaan Syari'at Islam. Perlu ditabayyun kata "Konsep" dalam TPKSI itu bukan "Konsep" tentang Syari'at islam, karena Syari'at Islam itu bukan "Konsep" manusia, melainkan dari Allah SWT. Alhasil yang dimaksud ialah "Konsep" tentang PELAKSANAAN Syari'at Islam.
***
Saya fokuskan jawaban saya pada titik Nun dan titik Ba yang dijadikan paradigma, karena dengan tertebasnya paradigma tersebut, maka tertebaslah pula pandangan sang "Imam" yang keluar dari Jalur Syari'at Islam tersebut, yaitu "Al-Quran yang dikodifikasikan / dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup / penentu / penunjuk."
Dalam "surat panjang" itu, sang "Imam" menulis:
-- "Pernyataan tuan ini, yaitu tidak ada titik Nun dan titik Ba, dengan sendirinya membantah keotentikan Al-Quran yang tuan maksudkan. Jika menurut tuan awal turunnya quran itu tidak mempunyai titik dan sekarang sudah mempunyai titik dan tanda baca berarti secara logika sederhana dengan sendirinya Al-Quran telah dirubah (mestinya diubah-HMNA-) dengan adanya campur tangan manusia." Sang "Imam" menguatkan pendapatnya itu dengan ayat yang sama sekali tidak relevan dengan apa yang dibantahnya itu.
-- Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Quran itu sebagai peraturan (yang) benar dalam bahasa Arab ... (S. Ar-Ra'd: 37).
Ini lucu, sang "Imam" memakai ayat dari "Al-Quran yang dikodifikasikan / dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah", padahal sang "Imam" bilang itu "tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup / penentu / penunjuk." Rupanya sang "Imam" hanya memakainya untuk "berdebat" saja.
Dalam museum di Al Qahirah (Cairo) ada tersimpan surat asli Nabi Muhammad SAW kepada Pembesar Qibthi, kita kutip kalimat pertama dari surat itu:
-- MN MhMD 'ABD ALLH WRSWLH ALY ALMQWQS 'AzhM ALQBTh dibaca min muhammadin 'abdiLla-hi warasu-lihi ilal muqawqisi 'azhi-mil qibthi. Artinya: Dari Muhammad hamba Allah dan RasulNya, kepada Muqawqis pembesar Qibthi. Dalam surat asli tersebut ada huruf-huruf Nun, Ba, Ya, Qaf dan Zha yang semuanya tidak pakai titik.
Pemberian titik dan tanda baca tidak mengubah Rasm 'Utsmaniy, tidak menambah ataupun mengurangi jumlah huruf. Kalimah Basmalah; terdiri atas huruf-huruf: (1)Ba, (2)Sin, (3)Mim, (4)Alif, (5)Lam, (6)Lam, (7)Ha, (8)Alif, (9)Lam, (10)Ra, (11)ha, (12)Mim, (13)Nun, (14)Alif, (15)Lam, (16)Ra, (17)ha, (18)Ya, (19)Mim, jumlahnya 19. Angka 19 ini tidak berubah baik sebelum maupun sesudah huruf Ba dan Nun dalam kalimah Basmalah diberi titik.
-- Atas perintah Nabi SAW, Al-Quran ditulis oleh penulis-penulis wahyu di atas pelepah kurma, kulit binatang, tulang dan batu. Semuanya ditulis teratur seperti yang Allah wahyukan dan belum terhimpun dalam satu mushhaf. Semuanya ditulis dalam huruf gundul belum ada titik dan belum diberi baris.
-- Atas anjuran 'Umar ibn Khattab RA, maka Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA, memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an dari para penulis wahyu, kemudian di simpan oleh Hafshah bt. 'Umar.
-- Di masa Khalifah 'Usman bin 'Affan, untuk pertama kali Al Qur'an ditulis dalam satu mushhaf. Penulisan ini disesuaikan dengan tulisan aslinya berupa huruf gundul yang terdapat pada Hafshah. 'Usman bin 'Affan RA memberikan tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid Bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Sa'id bin 'Ash dan Abdur-Rahman bin Al Haris bin Hisyam. Mushhaf tersebut ditulis masih tetap tanpa titik dan tanpa baris. Hasil penulisan tersebut satu disimpan oleh 'Usman bin 'Affan RA dan sisanya disebar ke berbagai penjuru wilayah Khilafah.
-- Abul Asad Ad-Dualy, yang ditugaskan Mu'awiyah bin Abi Sufyan, meletakkan titik pada tiap akhir kalimat dari ayat. Abdul Malik bin Marwan menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf supaya huruf-huruf Ba, Ta, Tsa, dst dengan mudah dapat dibedakan. Al Hajjaj minta bantuan kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar, maka pada Ba diberi satu titik di bawah, Ta dua titik di atas, Tsa tiga titik di atas dst. Peletakan baris atau tanda baca (i'rab) seperti: Dhammah, Fathah, Kasrah, Sukun dan tanda panjang, dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy.
Alhasil dengan belum adanya titik Nun dan titik Ba pada zaman RasuluLlah SAW, tertebaslah paradigma yang di atasnya bertumpu pandangan sang "Imam" yang keluar dari Jalur Syari'at Islam, yaitu yang katanya: "Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk." Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 4 Desember 2005
27 November 2005
[+/-] |
704. Anak Yatim dan Orang Miskin |
Sesungguhnya Seri ini telah dipersiapkan sebagai no.urut 700, yaitu urutan/lanjutan Seri 699. Namun tertunda karena lebih dahulu melayani pertanyaan tentang angka 19 dan 17 (Seri 700), 'Iyd al-Fithri (Seri 701), memenuhi janji saya kepada Ketua MUI Makassar mengenai Motto IMMIM (Seri 702) dan akar dari terrorisme (Seri 703).
Mengapa Seri 704 ini merupakan urutan Seri 699, karena masih menyangkut pernyataan penceramah Isra-Mi'raj, di mana dalam Seri 699 telah saya bahas pernyataan penceramah tersebut yang bertitik tolak bahwa ada Al-Quran rahasia yang ujung-ujungnya keluar jalur ajaran Islam dengan menyatakan bahwa Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup/penentu/penunjuk.
Adapun yang disorot dalam Seri 704 ini adalah pemahamannya tentang anak yatim dan orang miskin dalam S. ALMA'AWN (dibaca: al ma-'u-n), seperti berikut:
-- Yang dimaksud dengan menghardik, yaitu "tidak mengenal/tidak mau mengenal" sedangkan yang dimaksud anak yatim adalah karena tidak berayah sejak awal kejadiannya. Yang dikatakan miskin, yaitu karena tidak berpakaian apalagi mengenakan perhiasan, sebagai manusia adanya. Si yatim/miskin itulah perbendaharaan Allah yang ada di dalam setiap diri manusia yang dikenal/disebut dengan RUH.
Ada dua hal yang mengusik batin saya sehubungan pernyataan di atas itu, sehingga saya merasa perlu kedua hal itu dibahas dalam kolom ini.
Yang pertama, tentang RUH. SubhanaLlah, penceramah sangat berani untuk menjelaskan apa itu RUH, merasa lebih pintar dari Nabi Muhammad SAW. Pada waktu orang Yahudi bertanyakan tentang RUH kepada Nabi Muhammad SAW, beliau tidak segera menjawab, karena menantikan wahyu dahulu. Maka turunlah ayat:
-- WYSaLWNK 'AN ALRWh QL ALRWh MN AMR RBY WMA AWTUTM MN AL'ALM ALA QLYLA (S. ASRY, 17:85), dibaca: wayas.alu-na 'anir ru-hi qulir ru-hu min amri tabbi- wama- u-ti-tum munal 'ilmi illa- qali-lan, artinya: Mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang ruh, katakan: ruh itu sebagian dari urusan Rabbku, tiadalah kamu diberi ilmu (ttg ruh) kecuali sedikit.
Yang kedua, karena pembicara itu hanya mentafsirkan yatim dan miskin itu diperciut menjadi yang ada dalam diri manusia (ilalanganna tauwa), maka pembicara menjadikan ajaran Islam itu menjadi kerdil, hanya berwawasan pribadi manusia saja, tidaklah difahamkan oleh pembicara bahwa Syari'at Islam itu juga berwawasan yang operasional dalam bidang kemasyarakatan, pemahaman pembicara sangatlah egois, ia mengabaikan anak yatim dan orang miskin dalam arti yang sebenarnya.
Syari'at Islam menuntun manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial supaya manusia itu beroleh kehidupan yang selamat di dunia menuju akhirat. Sebagai makhluk individu dibutuhkan petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang taktis yaitu ajaran akhlaq. Sebagai makhluk sosial di butuhkan petunjuk yang bersifat operasional yaitu hukum-hukum syari'at.
Dalam S. ALMA'AWN dapat kita lihat petunjuk strategis, taktis dan operasional itu bersinergi.
-- ARaYT ALDzY YKDzB BALDYN(1). FDzLK ALDzY YD'A ALYTYM(2). WLA YhDh 'ALY Th'AAM ALMSKYN(3). FWYL LLMShLYN(4). ALDZYNHM 'AN ShLATHM SAHWN(5). ALDzYNHM YRAaWN(6). WYMN'AWN ALMA'AWN(7)
dibaca:
ara.aital ladzi- yukadzdzibu biddi-n . fadza-likal ladzi- yad''ul yatim . wala- yahudhdhu 'ala- tha'a-mil miski-n . fawailul lilmushalli-n . alladzi-nahum 'am shala-tihim sa-hu-n . alladzi-nahum yura-u-n . wayana'u-nal ma-'u-n.
artinya:
(1)adakah engkau ketahui orang yang mendustakan addin? (2)itulah dia orang yang mengusir anak yatim. (3)dan tiada menghimbau orang untuk memberi makan orang miskin. (4)maka azab-wail bagi yang shalat. (5)yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya. (6)Yaitu mereka riya/suka pamer. (7)Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Perhatikan: Dalam ayat(1) bersinergi antara petunjuk strategis dan taktis. Dalam ayat (2,3) bersinergi antara petunjuk taktis dan operasional. Dalam ayat (4,5) bersinergi antara petunjuk strategis dengan taktis. Dalam ayat (6,7) bersinergi antara petunjuk taktis dan operasional.
Demikianlah S. ALMA'AWN menunjukkan akhlaq dalam kehidupan sosial yang populis menyantuni anak yatim dan orang miskin (sayang saya tidak hafal dan tidak sempat menanyakan kepada orang yang tahu Lagunya Bimbo: Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim, Rasul menyuruh kita menyantuni orang miskin, sebab kalau saya hafal baik sekali jika saya tuliskan pula).
Terakhir mengenai ejaan. Dalam S. ALMA'AWN ayat (107:5), kata Shalat dituliskan: Shad-Lam-Alif-Ta. Sedangkan dalam ayat berikut:
-- WAQYM ALShLWt WAT ALZKWt WARK'AWA M'A ALRAK'AYN (S. ALBQRy, 2:43), dibaca wa aqi-mus shala-ta wa a-tuz zaka-ta warka'u- ma'ar ra-ki'i-n, artinya: Tegakkanlah shalat dan keluarkanlah zakat dan ruku'lah bersama dengan orang-orang yang ruku', kata shalat dituliskan: Shad-Lam-Waw-Ta.
Apabila ejaan itu diseragamkan yaitu diubah hurufnya, yakni kata shalat dalam ayat (2:43), yaitu Shad, Lam, Waw, Ta, diubah menjadi Shad, Lam, Alif, Ta, supaya seragam dengan tulisan kata shalat dalam ayat (107:5), maka sistem 19 akan mengontrol. Jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam Surah 2, 3, 7, 13, 29, 30, 31, 32, yaitu 12312 + 8493 + 5871 = 26676 = 1404 x 19. Kalau Waw diganti dengan Alif dalam kata shalat, maka akan rusaklah sistem 19 dalam jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam ke-8 Surah yang di atas itu.
Sampai sekarang tetap kata shalat dalam dua ejaan, Shad-Lam-Alif-Ta dan Shad, Lam, Waw, Ta. Itu menunjukkan tidak ada tangan-tangan gatal untuk mengubah Rasm (ejaan) 'Utsmany, artinya Al-Kitab, teks Al-Quran sampai kepada ejaannyapun otentik. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 27 November 2005
20 November 2005
[+/-] |
703. Menegakkan Benang Basah |
Ini disadur oleh Muslim In Suffer dari The Age. Kemudian kita edit kembali, di mana sang ayah kita lihat sebagai personifikasi dari Bush, Blair dan Howard yang menegakkan benang basah.
Anak: apa sih teroris itu?
Ayah: Seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan kekerasan dan intimidasi serta kadang-kadang sampai membunuh.
Anak: Mengapa teroris membunuh mereka?
Ayah: Karena teroris benci mereka atau negara mereka.
Anak: Seperti orang Irak yang menculik orang dan mengatakan akan membunuh mereka jika seluruh pasukan asing tidak segera pergi?
Ayah: Tepat sekali! Itulah perbuatan jahat yang dinamakan 'pemerasan'. Orang-orang tak bersalah itu menjadi sandera, dan teroris yang mengatakan bahwa bila pemerintah tidak melakukan apa yang mereka inginkan, para sandera akan dibunuh.
Anak: Jadi itu disebut 'pemerasan'. Bila kita mengatakan akan menyerang Irak dan membunuh rakyat tak bersalah, kecuali mereka mengatakan dimana semua persenjataan mereka?
Ayah: Bukan! Um ... iya, saya kira. Tetapi itu adalah sebuah 'ultimatum', sebut saja sebagai 'pemerasan yang baik'.
Anak: Pemerasan yang bertujuan baik? Apa itu?
Ayah: Itu adalah bila dilakukan untuk tujuan baik. Persenjataan itu sangat berbahaya dan bisa mencelakai banyak orang di seluruh dunia. Sangat penting untuk menemukan dan menghancurkannya.
Anak: Tetapi ayah, persenjataan itu tidak ada.
Ayah: Betul. Kita tahu itu sekarang. Tetapi siapa yang bisa yakin pada saat sebelumnya. Kita mengira persenjataan itu ada.
Anak: Jadi pembunuhan seluruh korban tak bersalah di Irak hanya sebuah kesalahan?
Ayah: Tidak. Itu adalah tragedi, tapi kita juga menyelamatkan banyak nyawa. Bisa kamu lihat, kita berhasil menghentikan seseorang yang sangat kejam yang disebut Saddam Hussein, dalam usahanya membantai sangat banyak rakyat Irak, atau memberikan siksaan yang mengerikan, bahkan anak-anak.
Anak: Seperti anak laki-laki yang saya lihat di TV itu? Seorang anak yang hancur tangannya karena bom?
Ayah: Betul, seperti anak itu.
Anak: Tapi ayah, kita yang melakukan itu. Bukankah ini berarti pemimpin kita teroris?
Ayah: Ya Tuhan, bukan! Itu hanyalah sebuah ketidak sengajaan. Malangnya, rakyat tak bersalah menjadi korban di dalam perang.
Anak: Jadi di dalam peperangan, hanya tentara yang semestinya terbunuh?
Ayah: Benar, tentara dilatih untuk berjuang demi negara. Ini tugas mereka, semenjak mereka mengenakan seragamnya, mereka menjadi sasaran tembakan musuh.
Anak: Seragam apa yang dipakai oleh teroris?
Ayah: Itulah masalahnya ... mereka tidak punya! ... teroris tidak mengikuti aturan peperangan.
Anak: Apakah perang ada aturannya?
Ayah: Oh ya. Tentara harus memakai seragamnya. Dan kamu tidak dapat begitu saja menyerang seseorang kecuali mereka melakukannya kepadamu lebih dahulu. Maka kamu dapat membela diri.
Anak: Jadi, itukah kenapa kita menyerang Irak? Karena Irak menyerang kita terlebih dulu dan kita sekedar membela diri.
Ayah: Itu kurang tepat. Irak tidak menyerang kita ... tetapi punya kehendak itu. Kita memutuskan untuk melakukannya lebih dahulu. Ini pencegahan, kalau-kalau Irak bermaksud mempergunakan persenjataan yang kita maksud.
Anak: Yaitu yang mereka tidak punyai? Jadi kita telah melanggar aturan peperangan?
Ayah: Secara teknis, ya. Tapi ...
Anak: Jadi jika kita melanggar aturan itu lebih dahulu, mengapa bangsa Irak yang tidak berseragam itu tidak diperbolehkan malakukannya juga kemudian?
Anak: Wah itu masalahnya berbeda. Kita sedang melakukan sesuatu kebaikan saat kita melanggar aturan itu.
Anak: Tapi ayah ... bagaimana kita tahu bahwa kita sedang melakukan itu demi kebaikan?
Ayah: Bush dan Blair dan Howard ... mereka mengatakan bahwa itu demi kebaikan. Mereka mengatakan bahwa perlu mengambil tindakan tertentu untuk membuat Irak menjadi tempat yang lebih baik.
Anak: Apakah Irak menjadi 'tempat yang lebih baik' sekarang?
Ayah: Saya mengharapkannya begitu, saya tidak tahu pasti. Orang tak bersalah masih menjadi korban penculikan itu adalah hal yang mengerikan. Saya ikut prihatin kepada keluarga para sandera yang malang itu, tetapi kita jangan mudah menyerah kepada para teroris. Kita harus tegar menghadapinya.
Anak: Apakah ayah tegar juga bila saya diculik oleh teroris?
Ayah: Um ... ya ... tidak ... maksud saya, ini masalah yang sungguh rumit.
Anak: Kalau saya, jika ada seseorang menyerang kita dan mengebom rumah kita dan membunuh ayah dan ibu dan adikku, saya tahu pasti, apa yang akan saya lakukan.
Ayah: Apa itu?
Anak: Saya akan cari siapa orang yang telah melakukannya dan kemudian membunuhnya. Dengan cara apapun yang saya bisa. Saya benci mereka untuk selama-lamanya. Dan kemudian saya terbangkan sebuah pesawat dan jatuhkan bom ke kota-kota mereka.
Ayah: Tapi ... tapi ... kamu bisa membunuh banyak orang tidak bersalah.
Anak: Saya tahu. Tapi ini khan perang, ayah. Dan seperti itu khan peperangan terjadi, seperti yang ayah katakan tadi, masih ingatkah?
Ilustrasi dalam bentuk dialog itu menunjukkan kepada kita, bahwa Bush, Blair dan Howard termasuk dalam hizb (kelompok) yang disebutkan dalam Al-Quran:
-- FY QLWBHM MRDh FZADHM ALLH MRShA WLHM 'AdZAB ALYM BMA KANWA YKDzBWN . WADzA QYL LHM LA TFSDWA FY ALARDh QALWA ANMA NhN MShLhWN (S. aLBQRt, 2:10,11), dibaca: fi- qulu-bihim maradhun faza-da humuLla-hu maradhan walahum ;adza-bun 'ali-mum bima- ka-nu- yakdzibu-n. wa idza- qi-la lahum la- rufsidu- fil ardhi qa-lu- innama- nahnu mushlihu-n, artinya: Dalam hati mereka ada penyakit (syak wasangka), lalu ditambah Allah penyakit itu, dan untuk mereka itu siksa yang pedih, karena mereka berdusta. Apabila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu merusak di muka bumi, maka jawab mereka, kami sebenarnya berbuat baik. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 20 November 2005
13 November 2005
[+/-] |
702. Motto IMMIM vs Relativisme Epistemologis |
Belum lama ini, ada sebuah buku yang terbit yang membahas tentang Pluralisme. Judulnya sangat indah: "Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam". Penerbitnya didanai oleh Ford Foundation. Paham Pluralisme Agama merupakan proyek yang sangat mudah menyedot dana dari lembaga asing yang bergelimang uang seperti Ford Foundation. Fatwa MUI sudah menjelaskan tentang definisi paham ini dengan lugas dan jelas. Yakni, menurut MUI, Pluralisme Agama yang difatwakan haram hukumnya itu, adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar.
Para penyebar paham ini seperti tidak perduli dengan kerusakan berpikir dan kerusakan iman yang disebabkan oleh paham Pluralisme Agama utamanya dalam hal relativisme epistemologis. Maksudnya, pada wilayah ini maka yang selayaknya menjadi pegangan adalah bahwa kita tidak dapat mengetahui kebenaran absolut. Kita dapat mengetahui kebenaran hanya sejauh itu absah bagi kita. Artinya, kebenaran yang selama ini kita pahami tak lain adalah kebenaran sepihak. (hal. 58).
Rektor UIN Jakarta, Azyumardi Azra, dalam buku ini, mengungkap tentang konsep "Islams" (banyak Islam). Keceknya, Islam itu memang pluralis, Islam itu banyak, dan tidak satu. Kata Azra: "Memang secara teks Islam adalah satu tetapi ketika akal sudah mulai mencoba memahami itu, belum lagi mengaktualisasikan, maka kemudian pluralitas itu adalah suatu kenyataan dan tidak bisa dielakkan." (hal. 150).
Uzair, eh Azra menunjuk pada contoh perbedaan pemahaman di antara para imam mazhab dalam memahami Al-Quran dan hadits. Ia juga menegaskan bahwa Al-Quran sekalipun bisa disebut punya bias kultural. "Kenapa Al-Quran harus dengan berbahasa Arab, bukan berbahasa Indonesia, bahasa Jawa? Dan ketika Al-Quran itu di-frame, disampaikan kepada manusia, dalam hal ini orang Arab, maka ketika itulah kerangka cultural Arab juga masuk." (hal. 150-151).
Cara berpikir relativisme dengan alat hermeneutika semacam itu, apakah itu benar? Tentu saja produk hermeneutika itu tidak benar dan jelas-jelas salah. Cara berpikir relativisme dengan memakai tool hermeneutika ini muncul dari cara pandang yang salah, yang menyamakan antara Islam sebagai agama wahyu dengan agama-agama lain yang tumbuh dari kultur manusia. Cara berpikir Rektor UIN Jakarta itu juga salah dilihat secara epistemologis, pelurunya ibarat bumerang dikembalikan kepadanya.
Kepada para santri Pesantren Pendidikan Al-Quran IMMIM diajarkan:
-- "Bersatu dalam 'Aqidah, toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah." Azra mengabaikan klasifikasi 'Aqidah dengan Khilafiyah-Futu'iyah. Karena Islam adalah agama wahyu, maka tafsir dan pemahaman terhadap Islam dan Al-Quran ada yang bersifat tetap (tsawabit) dan ada yang berubah (mutaghayyarat). Tafsir juga ada yang qath'iy dan ada yang zhanniy, yang ijtihadi. Ada yang sama dan ada yang berbeda, tanpa pandang latar belakang kultural penafsir. Semua penafsir al-Quran akan sama dalam memahami dan menafsirkan ayat `Qul HuwaLla-hu Ahad`. Bahwa, Allah adalah satu. Bukan tiga, atau tiga dalam satu. Semua mufassir akan memahami seperti itu, di manapun dia berada dan di waktu kapanpun ia hidup, serta apa pun latar belakang kebangsaan dan budayanya. Bahwa para mufassir itu, akan sama berpaham bahwa ibadah haji harus dilakukan di Tanah Suci, bukan di Washington atau Moskwa. Yang berbeda, yang plural adalah dalam hal yang zhanni, yang ijtihadi, yang Khilafiyah-Furu'iyah.
Karena itu, sepanjang sejarah Islam, masalah perbedaan kultural tidaklah dijadikan sebagai hal yang signifikan. Para mufassir dan ulama Islam dari berbagai belahan dunia memahami Al-Quran dengan cara yang sama untuk hal-hal yang pokok dalam Islam. Imam Bukhari bukanlah orang Arab, tetapi cara pemahamannya terhadap Islam sama dengan Imam Syafi'i yang Arab. Menyatakan bahwa Islam itu banyak, dengan contoh perbedaan fiqhiyyah di kalangan Imam Mazhab yang dicontohkan oleh Rektor UIN Jakarta tersebut, adalah hasil kesesatan berpikir secara 'Aqidah dan kesalahan telak secara epistemologis.
Alhasil, pemahaman bahwa Islam adalah banyak (Islams), bahwa kebenaran setiap agama adalah relatif, adalah hasil hermeneutika yang effeknya mendustakan ayat-ayat Allah. Na'udzubiLlah pemahaman hasil hermeneutika itu perlu dibuang jauh-jauh, karena ke atas ia tidak berpucuk, ke bawah ia tidak berakar, di tengah-tengan ia dimakan kumbang.
Firman Allah:
-- WATL 'ALYHM NBA ALDzY aATYNH aAYTNA FANSLKh MNHA FATB'AH ALSyThN FKAN MN ALGhAWYN . WLW SyaNA LRF'ANH BHA WLKNH AKhLD ALA ALARDh WATB'A HWH FMTsLH KMTsL ALKLB AN ThML 'ALYH YLHTs AW TTRKH YLHTs DzLK MTsL ALQWM ALDzYN KDzBWA BaAYTNA FAQShSh ALQShSh L'ALHM YTFKRWN (s. ALA'ARAF, 7:175,176), dibaca: watlu 'alaihim nabaa a-taina-hu a-ya-tina- fansalakha minha- faatba'ahusy syaitha-nu faka-na minal gha-wi-n . walaw syi'na- lafa'na-hu biha- wala-kinnahu akhlada ilal ardhi wattaba'a hawa-hu famatsuluhu- kamatsalil kalbi intahmil 'alaihi yalhats aw tatrukhu yalhats dza-lika matsalul qawmil ladzi-na kadzdzabu- bia-ya-tina- faqshushil qashasha la'allahum yatafakkaru-n, artinya: Dan bacakanlah kepada mereka pekabaran orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, maka syaitanpun menjadikan dia pengikutnya, lalu jadilah dia (di antara) orang-orang yang tersesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka dia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 13 November 2005
6 November 2005
[+/-] |
701. Bulan Ramadhan Dikunci oleh 'iyd al-Fithri dan Menegakkan Syari'at Islam |
Alla-hu Akbar 2x, laa ila-ha illaLla-hu
Alla-hu Akbar 2x, wa liLla-hilHamd!
Maha besar Allah! Di tanganNya tergenggam segala kekuasaan dan keadilan. DitinggikanNya hambaNya yang taat. DirendahkanNya mereka yang asyik dalam ma'shiyat. Tercurah pahala kepada mereka ahli puasa, tertindih penyesalan bagi mereka yang melalaikan puasa. Hebat sungguh kalimah Takbir ini, sampai menyentuh hati dan membuai perasaan, menimbulkan nostalgia masa lampau. Terbayang wajah orang tua, kasih sayang ayah bunda. Mereka berdua telah bersusah payah mengasuh kita dalam keadaan masih kecil dan lemah. Lalu diberinya kita nama sehingga kita dikenal, dididiknya, sehingga kita menjadi besar dan dewasa dengan berbagai sebutan kehormatan di tengah-tengah masyarakat pergaulan. Ya, Ila-hi, curahkanlah kasih sayang kepada keduanya seperti mereka memelihara dan mengasuh kami semasa kecil. Sungguh belum apa-apa bakti yang telah sempat kita tunaikan kepada kedua orang tua kita, ketimbang curahan kasih sayang keduanya kepada kita. Kepada guru-guru kita, kepada masyarakat sekeliling kita, mereka semuanya telah berjasa membentuk kita menjadi manusia.
Bulan suci Ramadhan sudah berlalu. Bulan yang telah dianugerahkan Allah sebagai pinjaman sekali setahun kepada hambaNya. Betapa tidak, bukankah di dalamnya terletak kewajiban ibadah puasa?
-- FMN SyHD MNKM ALSyHR FLYShMH (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: faman syahida mingkumusy syahra falyashumhu, artinya: Barangsiapa yang menyaksikan di antara kamu bulan (Ramadhaan) itu, maka berpuasalah. Ibadah puasa yang menjadi pembentuk jiwa yang ikhlas, penempa jujur dan perangai yang mulia, pengikis riya, pembersih dari semua akhlaq yang rendah. Bukankah ibadah puasa yang mengangkat derajat insan beriman ke derajat yang lebih mulia, yaitu derajat taqwa?
-- YAaYHA ALDzYN AMNWA KTB 'ALYKM ALShYAM KMA KTB ALDzYN MN QBLKM L'ALKM TTQWN (S. ALBQRt, 2:183), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba 'alaikumush shiya-mu kama- kutiba 'alal ladxi-na ming qablikum la'allakum tattaqu-n, artinya: Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, seperti telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, supaya kamu taqwa.
Taqwa yang memberikan bekas di dalam jiwa. Taqwa yang melahirkan potensi sifat-sifat yang baik, yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri dari segi negatifnya penguasaan dan perebutan serta ketamakan dalam bidang harta dan ekonomi. Taqwa yang menumbuhkan potensi mengendalikan diri dari kecenderungan kepada demoralisasi. Taqwa mampu menghiasi tingkah laku kita dalam pergaulan sesama manusia.
Ya, para Muttaqin, mereka yang senantiasa mensyukuri karunia ni'mat Ila-hi dengan membayarkan zakatnya, mengeluarkan infaq dan sadaqahnya kepada kaum yang lemah, dhu'afa, fukara dan masaakin di tengah-tengah manusia tamak egois. Mereka yang senantiasa terpelihara dari segala macam malapetaka. Bukankah taqwa yang akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf : Waw, Qaf, Ya, berarti terpelihara? Mereka inilah yang menikmati 'IydulFithri. Mereka inilah yang telah mempunyai kemampuan menaburkan kegembiraan dan kebahagiaan di perladangan hidup ini. Allahu Akbar, alangkah ni'matnya 'IydulFithri.
Bulan Ramadhaan, bukankah di dalamnya itu dinuzulkan Al-Quran menjadi:
-- HDY LALNAS WBYNAT MN AKHDT WALFRQAN (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: hudal linna-si wabayyina-tim minal huda- wal furqa-n, artinya: petunjuk manusia, keterangan nyata dari petunjuk itu dan Al-Furqan.
Al-Quran petunjuk bagi manusia bermakna bahwa manusia itu baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial membutuhkan petunjuk Al Quran, jika menginginkan kehidupan yang selamat di dunia menuju akhirat. Sebagai makhluk individu dibutuhkan petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang taktis yaitu ajaran akhlaq. Sebagai makhluk sosial di butuhkan petunjuk yang bersifat operasional yaitu hukum-hukum syari'at. Aqidah, akhlaq dan hukum-hukym syari'at dipelihara kemurniannya dengan "yatafaqqahu fiddiyn":
-- FLWLA NFR MN KL FRQT MNHM THA^FT LYTFQHWA FY ALDYN (S ALTWBt, 9:122), dibaca: falawla- nafara ming kulli firqatim minhum tha-ifatal liyatafaqqahu- fid di-ni, artinya: mengapakah tidak sebagian di antara mereka yang tinggal berfiqh (memahami) addin. Makanya jangan pandang enteng ulama fiqh, hai Ainun Najib dan Gus Dur.
Al-Furqan maknanya pemisah antara yang haq dengan bathil. Berasal dari akar kata yang dibentuk oleh Fa, Ra, Qaf, artinya membelah, memisahkan, ibarat pisau yang membelah sebuah bongkah menjadi dua bagian yaitu bagian positif (baik, benar) dengan yang negatif (buruk, salah).
Al-Quran dalam fungsinya sebagai Al-Furqan berhubungan dengan petunjuk yang taktis, yaitu pembinaan akhlaq. Seorang muslim harus tahu betul mana yang positif, mana yang negatif, yaitu antara benar dengan salah, baik dengan buruk, adil dangan zalim, istiqamah dengan munafik, menyejukkan dengan meresahkan, sabar dengan beringas, sopan dengan brutal, lemah lembut dengan vulgar, terpuji dengan tercela, rendah diri dengan arogan, membujuk dengan menterror, mau mendengar pendapat orang lain dengan memaksakan kehendak, tasamuh dengan tidak toleran, jujur dengan curang, ikhlas dengan ada pamrih, cermat dengan ceroboh, menolong dengan mencelakakan, bermanfaat dengan merugikan, membangun dengan merusak, menghormati dengan melecehkan, beradab dengan jahil/biadab.
Kombinasi petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang taktis yaitu ajaran akhlaq, serta petunjuk yang bersifat operasional yaitu hukum-hukum syari'at, diaplikasikan dalam membumikan Nilai Wahyu di atas bumi Indonesia. Yaitu mentransfer Nilai Wahyu sebagai rahmatan lil'alamiyn menjadi konsep dasar dalam menyusun sistem politik, ekonomi, dan pemerintahan. Itulah yang kita kenal selama ini dengan menegakkan Syari'at Islam. Dengan tegaknya Syari'at Islam dapatlah dibumikan Nilai Wahyu yang berwujud hukum positif, menjadi peraturan perundang-undangan dalam Negara Republik Indonesia. Itulah hakekat Penegakan Syari'at Islam di bumi Indonesia yang kita cintai ini untuk merealisasikan Islam sebagai rahmatan lil'a-lamiyn. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 6 November 2005
30 Oktober 2005
[+/-] |
700. Pertanyaan Tentang Angka 19 dan 17 |
Salahuddin Husein dari milis Lautan-Quran menulis:
Saya punya satu pertanyaan terkait dengan angka 19 ini. Apakah ada cerita ketika Baginda Rasul dan para ulama sahabat generasi salaf dahulu menjumpai orang-orang kafir yang tidak percaya pada kebenaran Quran kemudian bersusah payah menggali makna ayat-ayat tersembunyi (bahasa arabnya apa ya, mutasyabihat?) hanya untuk membuktikannya? Yang saya pahami Baginda Rasul mensyiarkan Quran adalah dengan meleburkannya ke dalam kepribadian beliau, bukan dengan mengutak-atik misteri ayat-ayatnya.
Tentu saja RasuluLlah SAW faham betul tentang makna angka 19 ini. Namun pada zaman Rasul SAW dan para sahabat, tabi'in (generasi sesudah sahabat) tab'ittabi'in (generasi sesudah tabi'in) dan generasi selanjutnya, tidak ada orang kafir yang mengganggu, mengusik keotentikan Al-Quran. Tetapi setelah itu, dalam perjalanan waktu, dengan hermeneutika, berbilang orang kafir dan pseudo-Muslim telah dengan sengit menyerang keotentikan Al Quran. Pseudo-Muslim dipelopori oleh Nasr Hamid Abu Zayd dari Mesir, yang mengakui pengalamannya belajar di Amerika sungguh-sungguh membawa hasil. Ia berucap: "Hermeneutics, the science of interpreting texts, opened up a brand-new world for me. I owe much of my understanding of hermeneutics to opportunities offered me during my brief sojourn in the United States".
Seperti anak kecil yang baru dapat pistol mainan, ia segera mencari sasaran tembak di sekitarnya. Kalau pisau hermeneutika bisa dipakai untuk membedah Bibel, maka tentu itu dapat pula digunakan untuk mengkritisi Al Quran. Bukankah keduanya itu sama, sama-sama kitab suci. Demikian logika Abu Zayd yang memakai asas paralelisme. Dengan pengungkapan mathematical interlock system kelipatan 19, maka itu merupakan senjata yang sangat ampuh untuk melumpuhkan dan menyungkurkan serangan peluru hermeneutikan itu. Sedikit ilustrasi di bawah:
Arthur Jeffery, orientalis campuran Australia-Amerika menulis:
Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text..... [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The Text of the Qur'an Answering Islam Home Page]
Luthfi Asysyaukani, dosen di Universitas Paramadina, Jakarta, dan editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal menulis:
Al-Quran mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Kaum Muslim meyakini bahwa Al-Quran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam.
Taufik Adnan Amal, dosen di IAIN (sekarang menjadi UIN) Alauddin Makassar, aktivis jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal, menulis:
Bagi rata-rata sarjana Muslim, "keistimewaan" rasm utsmani merupakan misteri ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini lebih merupakan mitos.
Asumsi spekulasi intelektual dari mendiang Fazlur Rahman, gurunya mendiang Nurcholis Madjid, yaitu bahwa Al Quran adalah "both the Word of God and the word of Muhammad". Asumsi ini bernuansa hermeneutika filosofis. Asumsi ini berpijak pada paradigma (kerangka dasar) bahwa Al Quran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang disaring melalui Nabi Muhammad SAW dan sekaligus diekspresikan dalam tapal batas intelek dan kemampuan linguistiknya. Nabi Muhammad SAW diposisikan sebagai "pengarang" teks Al Quran.
Kalau S. Al Fatihah bukan bagian dari Al Quran, maka jumlah Surah, demikian pula jumlah Basmalah, bukan lagi 114 = 6 x 19, melainkan cuma 113. Alat kontrol sistem 19 dengan mudah melumpuhkan Arthur Jeffery.
Satu kata saja yang diubah hurufnya, seperti kata shalat menurut Rasm 'Utsmaniy: Shad, Lam, Waw, Ta, yang sangat rawan untuk diubah menjadi Shad, Lam, Alif, Ta, seperti dalam teks adzan di layar kaca (siaran TV), maka sistem 19 akan mengontrol. Jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam Surah 2, 3, 7, 13, 29, 30, 31, 32, yaitu 12312 + 8493 + 5871 = 26676 = 1404 x 19. (Ini telah disajikan dalam bentuk tabulasi dalam Seri 699 ybl. Ada salah salin dalam tabulasi tsb, mestinya di Surah 2, jumlah Mim 2195, bukan 2175). Kalau Waw diganti dengan Alif dalam kata shalat, maka akan rusaklah sistem 19 dalam jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam ke-8 Surah yang di atas itu. Sampai sekarang angka 26676 = 1404 x 19, masih tetap bertahan. Itu artinya tidak pernah terjadi copy editing. Angka-angka itu hasil observasi huruf-huruf, jadi bukan mitos dan tidak dijangkau oleh hermeneutika yang hanya membedah kata-kata. Alhasil kegenitan Luthfi Asysyaukani, Taufik Adnan Amal dan Fazlur Rahman secara telak disungkurkan oleh mathematical interlock system kelipatan 19.
Melalui Japri Hamba Allah menulis:
Menurut Ustad dalam Seri 699, saya salin: "Pada umumnya ditafsirkan, bahwa Al-Quran diturunkan pada Hari Al-Furqan, hari bertemunya dua pasukan, yaitu pada Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan, sehingga Nuzul Al-lQur^an adalah pada 17 Ramadhan." Ustad, ini mana ayatnya yang ditafsirkan itu. Dan dimana pula letak kesalahan angka 17 itu menurut Ustad.
Bukan Ustad (dal), tetapi Ustadz (dzal, dal pakai titik). Ini ayatnya:
-- WMA ANZLNA 'ALY 'ABDNA YWM ALFRQN YWM ALTQAY ALJM'AN (S. ALAMFAL, 8:41), dibaca: wa ma- anzalna- 'ala- 'abdina- yawmal furqa-na yawmal taqal jam'a-n, artinya: dan (beriman kepada) apa yang kuturunkan kepada hambaku (Muhammad) pada Hari Al Furqaan, hari bertemunya dua pasukan.
Letak salahnya, yang di Indonesia ini secara resmi "ngotot" dianut angka 17 itu, ialah pada orang yang mencatat kejadian Perang Badar, entah siapa orangnya pencatat itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 30 Oktober 2005
23 Oktober 2005
[+/-] |
699. Al-Quran dan Al-Kitab |
Kolom ini bertitik tolak dari Peringatan Isra-Mi'raj di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dan Acara Milad ke-5 KPPSI Sulsel, dirangkaikan dengan Peringatan Nuzul Al-Quran di Masjid Raya Makassar. Ada kontradiksi di antara kedua peringatan itu. Mengapa? Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh dalam uraiannya ttg Isra-Mi'raj, sempat menyatakan: Al-Quran yang diturunkan pada 17 Ramadhan di Gua Hira adalah Al-Quran rahasia, dan hanya dapat ditafsirkan setelah mengetahui rahasia titik Nun dan titik Ba. Al-Quran tahasia itu katanya sama sekali bukan Al-Quran yang kemudian dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, yaitu yang tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup/penentu/penunjuk. Sedangkan KPPSI sesuai dengan nama yang disandang organisasi ini adalah menegakkan Syari'at Islam menurut AL-Quran yang 114 Surah dan 30 Juz.
Tidak ada itu rahasia titik Nun dan titik Ba, itu omong kosong. Pada zaman Nabi SAW dan Al-Khulafa Al-Rasyidun Nun dan Ba belum punya titik, baru mempeoleh titik, jauh di belakang hari. Abdul Malik bin Marwan menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf untuk memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya (misalnya Ba; dengan satu titik di bawah, Ta; dengan dua titik di atas, Tsa; dengan tiga titik di atas, Nun; dengan satu titik di atas, dsb). Pada masa itu Al Hajjaj minta bantuan kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar. Peletakan baris atau tanda baca (i'rab) seperti: Dhammah, Fathah, Kasrah, Sukun, Tasydid dan tanda panjang, mengikuti cara pemberian baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy.
Pembicara di Masjid Al-Munajah Al-Ardh sudah menyelewengkan dan keluar jalur ajaran Islam dengan menyatakan ada Al-Quran rahasia, sama berat dengan penyelewengan Ahmadiyah Qadiyan yang keluar jalur ajaran Islam dengan mengatakan ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Tidak ada itu Al-Quran rahasia, seperti juga tidak ada itu nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Apa itu Al-Quran, apa itu Al-Kitab? Al-Quran artinya bacaan, akar katanya [Qaf-Ra-Alif = baca]. Al-Quran adalah bacaan, yaitu wahyu berupa ayat verbal yang dibacakan berupa suara yang didengar oleh telinga. Al-Kitab artinya tulisan, teks, akar katanya [Kef-Ta-Ba = tulis]. Nabi SAW setelah menerima wahyu berupa ayat verbal, dibaca oleh Nabi SAW, kemudian beliau memetintahkan kepada para juru tulis beliau untuk dituliskan, dan itulah Al-Kitab atau Teks yang dapat dilihat oleh mata. Jadi Al-Quran didengar oleh telinga dan Al-Kitab dilihat oleh mata. Itulah sebabnya dikatakan Nuzul Al-Quran, karena Nabi SAW mendengarkan Jibril AS memperdengarkan S. Al-'Alaq ayat 1-5 kepada telinga beliau di Gua Hira pada waktu malam dalam bulan Ramadhan, bukan pada malam ke-17. Akan dijelaskan di bawah.
Baik Al-Quran maupun Al-Kitab dijaga Allah keotentikannya. Al-Quran diingat dalam kepala oleh para Qari Penghafal Al-Quran. Di Pesantren Putera IMMIM Tamalanrea ada seorang, yaitu Al-Ustadz Junaid Marjuni. Jadi Al-Quran terpelihara keotentikannya dalam kepala para Penghafal Al-Quran. Al-Kitab dijaga keotentikannya oleh alat kontrol sistem keterkaitan matematis kelipatan 19.
- A-L-M[1] . DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN[2] (S. ALBQRt 2:1-2), dibaca: alif, lam, mim . dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqiyn, artinya: Alif, lam, mim[ayat-1]. Itulah Al Kitab tiada keraguan di dalamnya petunjuk bagi para muttaqin[ayat-2].
Ayat (2:1) alif-lam-mim adalah kode matematis
Surah | mim | lam | alif |
Al Baqarah | 2195 | 3204 | 4592 |
Ali 'Imran | 1251 | 1885 | 2578 |
Al A'raf | 1165 | 1523 | 2572 |
Ar Ra'd | 260 | 479 | 625 |
Al 'Ankabut | 347 | 554 | 784 |
Ar Rum | 318 | 396 | 545 |
Luqman | 177 | 298 | 348 |
As Sajadah | 158 | 154 | 268 |
Jumlah | 5871 | + 8493 + | 12312 |
= 26676 = 1404 x 19 |
Dalam ayat (2:2) ada tanda tiga titik (seperti titik pada huruf 'tsa' dan 'syin') terletak diatas kata "RYB" dan "FYH". Tanda tiga titik diatas dua kata tsb dalam ayat (2:2) menunjukkan mu'jizat lughawiyah, yaitu ayat (2:2) dapat bermakna dua yg keduanya mempunyai keutamaan masing-masing. Ada dua cara dalam membaca ayat (2:2) tersebut, yaitu dapat berhenti pada kata RYB, dan dapat pula berhenti pada kata FYH. Kedua cara bacaan tersebut menghasilkan penekanan dalam bobot yang berbeda, namun yang satu dengan yang lain saling bersinergi, saling mengisi. Kita fokuskan pada cara membaca yang pertama ini. Cara membaca yang pertama, berhenti pada kata RYB: Dza-likal kita-bu la- rayba, berhenti sebentar kemudian dilanjutkan dengan fi-hi hudal lil muttaqi-n. Cara membaca yang pertama ini bobotnya pada penegasan dari Allah SWT bahwa tiada keraguan bahwa Al Kitab bersumber dari Allah SWT. Mustahil ada manusia yang sanggup menulis buku yang menghasilkan seperti tabulasi di atas itu. Dan adalah suatu fakta bahwa tabulasi itu dapat bertahan hingga sekarang ini dan yang akan datang. Ada saja perubahan kata bahkan huruf dalam Al-Kitab, maka tabulasi di atas itu akan rusak. Itulah caranya Allah SWT memelihara keotentikan Teks Al-Kitab.
Pada umumnya ditafsirkan, bahwa Al-Quran diturunkan pada Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan, yaitu pada Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan, sehingga Nuzul Al-lQur^an adalah pada 17 Ramadhan. Mari kita test penafsiran ini terhadap ayat yang lain dan Hadits shahih. Bahwa Al Qur^an diturunkan dalam bulan Ramadhan itu benar, sebab hal itu dibenarkan oleh ayat:
-- SyHR RMDhAN ALDzY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBQRt, 2:185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil Qur^a-n, artinya: Bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al-Quran.
-- ANA ANZLNH FY LYLt ALQDR (S. ALQDR, 97:1), dibaca: inna- ansalna-hu fi- lailatil qadri, artinya: Sesungguhnya Kami turunkan dia (Al-Quran) pada malam Qadr.
-- Taharraw Laylata lQadri fi l'Asyri lAwaakhir Min Ramadhaan [Rawahu Bukhariy], artinya: Carilah olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan [HR Bukhari].
Bilangan 17 tidak termasuk dalam daerah antara 21 dengan 30, kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30 hari, atau di antara 20 dengan 29, kalau bulan Ramadhan itu hanya terdiri dari 29 hari. Hasil test menolak penafsiran tanggal 17 Ramadhan. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 23 Oktober 2005
16 Oktober 2005
[+/-] |
698. Gerhana Matahari Cincin dan Rukyah |
Kita saksikan pada bola langit matahari dan bulan ibarat dua orang atlet berlomba lari. Dalam perlombaan itu matahari lebih cepat sedikit dari bulan. Pada waktu atlet matahari sedang berpapasan dengan bulan dalam ilmu falak disebut dalam keadaan ijtima' atau conjuction. Atlet matahari bergeser ke utara dan selatan, sehingga jarak titik terbenam bulan dengan titik terbenam matahari bervariasi. Kalau titik terbenam matahari berimpit dengan titik terbenam bulan pada waktu terjadi ijtima' maka bulan menutup matahari, terjadilah gerhana matahari penuh. Inilah yang terjadi pada hari Senin 3 Oktober 2005 dan dapat disaksikan gerhana berbentuk cincin yang lama. Mengapa berbentuk cincin?, karena pada waktu itu bulan sedang pada jarak yang cukup jauh dari bumi (orbit bulan agak lomjong), sehingga bulan tampak menjadi kekecilan, tidak dapat seluruhnya menutup matahari. Namun bagi penduduk di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) belumlah sempat kelihatan bentuk cicin itu, karena kedua benda langit tersebut keburu tenggelam, sehingga hanya sebagian piringan matahari bagian bawah yang ditutup oleh buian atas piringan bulan. Maka bagi penduduk di NAD bulan lebih dahulu terbenam dari matahari, sehingga tatkala bulan terbenam seluruhnya, matahari masih ada sebahagian di atas ufuk, itu berarti belum wujud bulan baru (hilal) di NAD. Pada malam Selasa itu di NAD masih bulan Sya'ban. Inilah yang unik. Di NAD orang dapat meru'yah bulan, namun hilal belumlah wujud. Malam Rabu barulah masuk 1 Ramadhan.
Makin ke barat atlet matahari makin mempunyai kesempatan mendahului atlet bulan terbenam. Maka di Makkah atlet matahari sudah meninggalkan atlet bulan di belakangnya. Atlet matahari lebih dahulu terbenam, meninggalkan atlet bulan di atas ufuk, maka wujudlah hilal di Makkah. Malam Selasa masuklah 1 Ramadhan. Maka demikianlah di Makkah orang lebih dahulu satu hari berpuasa.
Adapun di sebelah timur NAD, termasuk di Makassar ini atlet matahari belumlah menyusul atlet bulan, artinya atlet matahari masih ada di belakang, sehingga atlet bulan lebih dahulu terbenam, hilal belumlah wujud, malam Selasa masih bulan Sya'ban, maka malam Rabu barulah masuk 1 Ramadhan. Kita yakin betul para pakar dalam Lembaga rukyah dan hisab di Makassar ini, sangat faham betul bahwa pada malam Selasa itu di Makassar ini hilal belum wujud, karena gerhana matahari itu sudah dipublikasikan secara luas oleh media grafika, di NAD orang sudah merukyah bulan, namun hilal belumlah wujud, seperti dipaparkan di atas.
***
Sabda RasuluLlahi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: Man Shaama Ramadhaana Iymanan waHtisaaban Ghufiralahu Maa Taqaddama min Dzanbihi. Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan introspeksi diampuni dosanya yang telah lalu.
Maka introspeksi itu antara lain, buat apa kita di Makassar ini pergi merukyah bulan, pergi makan-makan dan membagi-bagi emplop, bukankah anggaran untuk merukyah itu lebih patut dialihkan oleh Panitia menjadi "subsidi rukyah" mengikuti jejak kebijakan "subsidi BBM" bagi fakir muskin? Dalam konteks melacak fakir miskin yang berhak memperolah "subsidi BBN" ini, saya menyatakan protes kepada yang bertugas melacak daerah sebelah belakang (timur) STM jalan Sunu. Mengapa saya protes, karena saya tahu berul seorang hamba Allah yang malang bernama Bacok Bassek, yang rumahnya antara STN dengan Masjid Syura, ia miskin, buta kedua matanya, kaki kanannya telah buntung bekas amputasi, kaki kirinya sudah hampir lumpuh seluruhnya, bukan pensiunan, tidak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan rezeki dari "subsidi BBM". Oleh sebab itu wahai para petugas yang melacak fakir miskin dalam konteks "subsidi BBM", perlulah introspeksi, hindarkanlah diri dari YKDzB BALDYN, dibaca yukadzdzibu biddi-n, artinya mendustakan agama, karena salah satu kriteria mendustakan agama adalah:
-- WLA YhDh ALY Rh'AAM ALMSKYN (S. ALMA'AWN, 107:3), dibaca: wala- yahudhdhu 'ala- tha'a-mil miski-n (s. alma-'u-n), artinya: Dan tiada menyuruh memberi makan orang-orang miskin. "Tiada menyuruh", artinya membiarkan fakir miskin yang berhak mendapatkan rezeki dari "subsidi BBM", tidak terlacak. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 16 Oktober 2005
9 Oktober 2005
[+/-] |
697. Sekali Lagi Fatwa MUI |
Fatwa MUI no.7, mengharamkan pluralisme, sekularisme dan iberalisme. Adapun pengusung pluralisme, sekularisme dan liberalisme adalah kelompok yang menamakan dirinya Islam Liberal, yang dalam kolom ini saya sebutkan Firqah Liberal. Apa yang diharamkan itu dalam kolom ini dipebincangkan dalam tataran akademik. Penulis kolom ini menantang para pengusung JIL untuk menulis artikel tandingan. Tidak melayani tanggapan sporadis.
Gagasan-gagasan Firqah Liberal dengan pendekatan non-literal yang kontekstual hanya terhadap situasi kontemporer tidak menghasilkan yang konseptual. Mengapa? Karena para pemikir Firqah Liberal, tidak memakai pendekatan nizam (sistem). Para pemikir Firqah Liberal mengangkat isu-isu seperti demokrasi, kebebasan individual, sekulerisme (pemisahan agama dari partai politik), kesetaraan gender dan pluralisme, hanya secara parsial dan sporadis. Seharusnya pendekatan kontekstual itu bukan hanya terhadap situasi yang kontemporer, dengan isu-isu yang disebutkan itu melainkan harus kontektual terhadap sistem dunia. Situasi kontemporer hanya sub-sistem dari sistem dunia. Itulah sebabnya para pemikir Firqah Liberal tidak mampu menghasilkan yang konseptual. Karena tidak konseptualnya itu membuahkan antara lain gagasan yang serampangan dan memberi dampak negatif pada masyarakat.
Metode berpikir para pemikir Firqah Liberal dengan pendekatan kontekstual terhadap isu-isu kontemporer seperti disebutkan di atas yang dilempar secara parsial dan sporadis tidak mampu diterapkan secara kontekstual terhadap Sistem Dunia seperti yang dipaparkan di bawah:

- AS = Alam Sekitar
- SA = Sumberdaya Alam
- LH = Lingkungan Hidup
- IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
- Tek = Teknologi
- SS = Sistem Sosial
- 1-2 = informasi untuk IPA
- 3-4 = SunnatuLlah untuk Tek
- 5-6 = pelayanan untuk SS
- 7-2 = pemberian nilai pada IPA
- 8-9 = pemanfaatan untuk SS
- 5-10 = dampak negatif pada LH
Alam Sekitar (AS) adalah alam yang belum dijamah manusia, kecuali untuk sumber informasi bagi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tetapi itu tidak berarti bebas nilai, oleh karena sudah menyentuh keinginan manusia, yaitu dipilih sebagai sumber informasi untuk IPA. Jadi sejak semula IPA itu tidaklah bebas nilai. Awan di udara adalah AS, sumber informasi, diungkapkan oleh IPA bagaimana terjadinya hujan. Tidak bebas nilai oleh karena dipilih untuk dikaji. Di sini ada aliran informasi dari AS ke IPA (aliran 1-2) yang hasilnya adalah pengungkapan TaqdiruLlah. Selanjutnya aliran 3-4 dari IPA ke Teknologi (Tek) bermakna bahwa luaran IPA berupa pengungkapan TaqdiruLlah menjadi masukan Tek untuk meningkatkan efisiensi, unjuk-kerja dan kekuatan konstruksi. Misalnya pengungkapan TaqdiruLlah termodinamika dan pengantar kalor dapat meningkatkan efisiensi mesin-mesin kalor serta unjuk-kerja mesin-mesin pendingin; ilmu logam dan metalurgi dapat meningkatkan daya tahan konstruksi terhadap beban mekanis maupun beban kalor.
Sumberdaya Alam (SA), adalah alam yang sudah sarat dengan nilai, dengan keinginan manusia untuk memanfaatkannya. Awan yang bergumpal-gumpal di udara yang ditabur dengan es kering atau iodida perak adalah SA, hujan dimanfaatkan untuk kebutuhan air manusia. Di sini terjadi aliran pemanfaatan (8-9) dari SA ke Sistem Sosial (SS), atau lengkapnya Sistem Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan Keamanan (Poleksosbudhankam).
Lingkungan Hidup (LH), adalah alam yang mempunyai ciri yang disebut hidup. Pengertian hidup di sini jangan dikacaukan dengan makna hidup yang hakiki. Sangat sederhana pengertiannya, yaitu makhluk Allah yang dapat makan (termasuk minum dan bernafas), mengeluarkan kotoran, bertumbuh dan berkembang biak. Maka termasuklah di dalamnya tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Di sini terjadi aliran dampak negatif, perusakan, dari Tek ke LH (aliran 5-10). Perusakan itu berupa pencemaran antara lain misalnya seperti pencemaran udara oleh hasil pembakaran yaitu CO2, yang mengakibatkan efek rumah kaca, yaitu terperangkapnya panas matahari dalam ruang antara permukaan bumi dengan lapisan CO2 itu, ibarat terperangkapnya panas dalam rumah kaca. Ini mengakibatkan suhu global naik, gumpalan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair, yang dampak terakhirnya permukaan laut naik.
Di samping aliran-aliran yang disebut di atas, ada pula aliran pelayanan dari Tek ke SS (aliran 5-6), yang bermakna mempermudah dan meningkatkan kwalitas kehidupan material. Terdapat pula aliran pemberian nilai dari SS ke IPA (aliran 7-2). Aliran terbalik dari SS ke Tek (aliran 6-5) yang sifatnya mengubah Tek menjadi apa yang kita sebut Teknologi Tepat Guna (TTG). Mengapa aliran 6-5 yang bermakna memodifikasi Tek agar menjadi TTG itu perlu, oleh karena Tek itu dapat memberikan dampak negatif terhadap SS, yaitu dapat menjadi penyebab terjadinya jurang antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil, yang besar tambah meraksasa, yang kecil makin kerdil. Aliran terbalik dari Tek ke IPA (aliran 4-3) sifatnya sebagai tekanan dari Tek terhadap IPA, artinya Tek membutuhkan pengungkapan TaqdiruLlah oleh IPA untuk efisiensi. Misalnya setelah ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dibutuhkan ilmu baru untuk efisiensi mesin uap itu. Lalu didapatkanlah termodinamika dan pengantar kalor, yang kemudian aliran berbalik pula dari 3 ke 4 seperti telah diterangkan di atas itu. Aliran terbalik dari IPA ke SS (aliran 2-7), berupa pengaruh. IPA yang maju dapat memberi pengaruh kepada masyarakat untuk menjadi masyarakat ilmiyah. Makin maju IPA makin meningkat kecenderungan suatu masyarakat menjadi masyarakat ilmiyah, minimal masyarakat kampus.
Demikianlah, dengan model di atas itu kita perkenalkan tiga macam aliran. Pertama, aliran satu arah yang terbuka: AS ke IPA ke Tek ke LH (1-2-3-4-5-10). Kedua, aliran satu arah yang tertutup: SA ke SS (8-9). Ketiga, aliran tertutup yang melingkar: SS ke IPA ke Tek kembali ke SS ((7-2-3-4-5-6-7) dan arus baliknya dari SS ke Tek ke IPA kembali ke SS. Diagram aliran dalam gambar di atas itu dapat memberikan penjelasan yang lebih terang.
Aliran-aliran itu saling berkorelasi, saling mempengaruhi. Contohnya, makin terarah nilai yang diberikan oleh SS pada IPA, makin selektif pemilihan materi AS yang dikaji oleh IPA, makin relevan jenis TaqdiruLlah yang diungkapkan untuk meningkatkan mutu Tek yang dihasilkan, makin berguna Tek itu bagi SS dan makin kurang pula dampak negatif Tek terhadap LH. Contoh ini menunjukkan korelasi aliran 7-2, aliran 1-2, aliran 3-4, aliran 5-6 dan aliran 5-10. Makin serakah SS menghabiskan SD yang berupa bahan bakar (termasuk balap mobil dalam olah raga), makin menebal lapisan CO2, yang berakibat makin memuncaknya globalisasi pencemaran thermal oleh efek rumah kaca, makin besar dampak negatif Tek terhadap LH. Contoh itu memperlihatkan korelasi antara aliran 8-9 dengan aliran 5-10.
Di manakah letak manusia dalam model Sistem Dunia di atas itu? Pertama, manusia menempati Alam Sekitar sebagai sumber informasi bagi Ilmu Pengetahuan Alam. Misalnya pengkajian pembuahan sperma terhadap sel telur di luar rahim manusia, yang menghasilkan teknologi bayi tabung. Kedua, manusia menempati Sumberdaya Alam, karena tenaga otak dan ototnya dimanfaatkan untuk Sistem Sosial. Ketiga, manusia menempati Lingkungan Hidup, karena manusia adalah makhluk hidup yang menderita dampak negatif dari Teknologi. Keempat, manusia menempati Sistem Sosial, karena manusia adalah anggota sistem tersebut. Dan yang kelima, inilah yang terpenting, manusia menempati aliran tertutup yang melingkar. Di situlah manusia yang Ulu lAlba-b, yang berdzikir dan berpikir, berfungsi sebagai Khalifah Allah di atas permukaan bumi, memberikan nilai pada aliran tersebut. Misalnya dalam pemilihan tentang sumber informasi dari Alam Sekitar yang mana sajakah yang bernilai untuk dikaji. Apakah ada nilainya pengkajian pembuahan sel telur oleh sperma di luar rahim, yang menghasilkan Teknologi bayi tabung dan Teknologi bank sperma. Sikap hidup yang bagaiamana yang harus dipilih sehingga Sistem Sosial dapat berhemat Sumber Daya Alam. Teknologi yang bagaimana yang harus diterapkan sehingga dampak negatifnya terhadap Lingkungan Hidup dapat diperkecil sekecil-kecil mungkin. WaLlahu a'lamu bosshawab.
*** Makassar, 9 Oktober 2005
1 Oktober 2005
[+/-] |
696. Virus Influenza Burung dan Babi Sebagai Bioreaktor |
Seperti diketahui dari pemberitaan di mas media, virus flu burung ini menyerang saluran pernapasan. Sehingga elok kiranya perbincangan dimulai dengan seluk-beluk virus bersangkutan ala kadarnya. Maraji' (reference) perbincangan virus ini diambil dari makalah seminar "Virusinfektionen : Respirationstrakt, Nervensystem, Haut" oleh para mahasiswa jurusan Ilmu Virus (Virologie) di Universitätklinikum Heidelberg, Jerman.
Syahdan, virus yang menyerang saluran pernapasan ada beberapa macam, antara lain seperti berikut:
- Grippale Infekt (Influenza biasa disertai demam) : Rhino Virus, Corona Virus, Adeno Virus.
- Influenza (Virusgrippe) : Influenza Virus.
- Organ yang diserang oleh virus-virus kategori no.1 meliputi hidung dan tenggorokan, sedangkan virus kategori no.2 menyerang seluruh organ.
- Tahap awal penyakit akibat virus kategori no. 1 lazimnya perlahan lahan dan bertahap, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh virus kategori no.2 adalah secara spontan.
- Suhu badan si penderita yang terinfeksi virus kategori no.1 lazimnya perlahan-lahan naik sampai 38°C. Sedangkan penderita penyakit akibat virus kategori no.2 panasnya relatif tinggi hingga melewati 38° sampai 41°C.
- Dan yang paling membedakan adalah penyakit akibat virus no.1 jarang disertai dengan komplikasi, namun penyakit akibat infeksi virus kategori no.2 disertai dengan bronchitis, pneumonie, otitis media, biokarditis.
Adapun morfologie dan struktur serta jenis-jenis virus influenza secara singkat dapat dipaparkan sbb: Virus influenza berasal dari Famili Orthomyxovirida. Virus ini berdiameter 80 - 120 nanometer. Di dalamnya mengandung RNA yang di kelilingi oleh lapisan Nukleoprotein. Lapisan luarnya terdiri atas lipida yang terdiri atas Haemaglutinin (H: H1,H2 etc.) dan Neuraminidase (N: N1,N2 etc.). Sedangkan jenis-jenisnya:
- Influenza A: Virus yang paling sering muncul, sangat variable (bervariasi, dapat bermutasi).
- Influenza B: Perantara virus ini hanya manusia, lebih sedikit variable di banding virus A.
- Influenza C: jarang, hanya terjadi pada manusia, tidak berbahaya.
Virus jenis seperti yang terakhir disebut di atas (H5N1), yaitu yang timbul dari proses reassortment itulah yang akhir-akhir ini menjadi pandemi di Hongkong, Vietnam dan di negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia muncul karena proses tersebut. Itulah dia influenza burung, disingkat Flu Burung.
Menurut penelitian Universitätsklinikum Heidelberg, virus influenza A pada unggas (H1N1 thn 1979) dan virus influenza A pada manusia (H3N2 thn 1968) berubah bentuk dengan proses reassortment genetik yang berlangsung di dalam kerongkongan babi. Itulah dia babi sebagai Bioreaktor tempat virus bermutasi/dimutasikan, maka muncullah jenis virus baru, yang mutan dan immun terhadap segala macam serum yang kita miliki. Virus jenis baru ini yang patogen (merugikan) pada manusia dan hewan, itulah dia virus Flu Burung yang semenatara ini berjaya menjadi mekanisme Malak a-Naut, menyebabkan kematian pada manusia.
***
Sebenarnya babi sebagai Bioreaktor atau Mixing Vessel telah diperbincangkan dalam Seri 591, berjudul "Hikmah Haramnya Babi". Baiklah kita cuplik paragraf pertama dan akhir:
Paragraf pertama, Firman Allah:
-- ANMA hRM 'ALYKM ALMYTt WALDM WLhM ALKHNZYR (S.ALBQRt, 173), dibaca: innama- harrama 'alaykumul maytata waddama walahmal khinzi-r (s. albaqarah), artinya: Sesungguhnya diharamkan bagimu bangkai dan darah dan daging babi (2:173). Yang dimaksud dengan lahmul khinzi-r (lahmun = daging, al khinzi-ru = babi) adalah babi yang telah dipotong-potong (pork) dan al khinzi-r adalah babi seutuhnya (pig). Jadi jangan pula ada yang mau bersilat kata, bahwa yang haram cuma dagingnya, sedangkan jangat, sum-sum dan tulangnya tidak.
Paragraf akhir, Alhasil, perlu diinternasionalisasikan, dan setiap negara mensosialisasikan diagram di bawah ini:

Semua perintah dan larangan Allah ada hikmahnya. Oleh sebab itu walaupun tidak/belum tahu hikmah perintah dan larangan Allah itu, maka kerjakanlah semua perintah Allah, hindarilah semua yang diharamkan Allah, itulah yang disebut TAQWA (dari akar Waw-Qaf-Ya, artinya terpelihara). Bagaimana caranya berupaya agar menjadi taqwa? Modalnya adalah Iman. Firman Allah:
-- YAaYHA ALDZYN AMNWA KTB 'ALYKM ALSHYAM KMA KTB 'ALY ALDZYN MN QBLKM L'ALKM TTQWN (S. ALBQRt, 2:184), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba 'alaikumush shiya-mu kama- kutiba 'alal ladzi-na ming qablikum la'allkum tattaqu-n, artinya: Hai orang-orang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.
Jadi menurut ayat (2:184) dengan bermodalkan iman, taqwa bisa dicapai dengan jalan berpuasa.
Secara diagram dapat disajikan sbb:

Malam Rabu, begitu matahari terbenam masuklah 1 Ramadhan 1426, sehingga besoknya 5 Oktober 2005, dimulailah berpuasa. Selamat berpuasa bermodalkan iman menuju taqwa. Taqabbala Lla-hu minnaa wa minkum. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 1 Oktober 2005
25 September 2005
[+/-] |
695. Sangkuriang, Oedipus dan Anjing |
Pada hari Senin, 12 September 2005, TVRI menayangkan semacam sendra tari adegan dalam dongeng Sunda Sangkuriang membunuh ayahnya si Tumang dan ingin mengawini Dayang Sumbi, yaitu ibunya. Dayang Sumbi menolak keinginan Sangkuriang dengan dalih persyaratan yang menurut hemat Dayang Sumbi tak akan mungkin dapat dipenuhi Sangkuriang, yaitu sebelum terbit matahari keesokan harinya, Sangkuriang harus membuat perahu dan membendung Citarum supaya terjadi danau tempat mereka kelak berlayar dengan perahu dalam danau buatan itu. Bagi Sangkuriang itu hal yang mudah karena Sangkuriang bersahabat dengan para dedemit. Walhasil perahu sudah dibuat, bendungan akan selesai sebelum matahari terbit. Menyaksikan hal itu Dayang Sumbi menyuruh bakar hutan sehingga menjadi terang. Sangkuriang merasa gagal karena dikiranya hari sudah siang, dan karena marahnya, disepaknya perahu itu sampai terlempar dan jatuh terbalik, batu-batu pembendung Citarum diobrak abrik. Perahu terbalik itu menjadi gunung dan itulah dia sekarang dikenal sebagai gunung Tangkuban Perahu, artinya perahu terbalik, yang dari jauh memang kelihatan perahu tertelungkup, lunasnya pada bagian atas. Penafsiran secara geologis, memang kota Bandung srkarang ini adalah dasar sebuah danau di zaman purba, kemudian tatkala gunung berapi (yang kini bernama Tangkuban Perahu) itu meletus, danau bobol, lalu mengalirlah Citarum.
Kalau dalam dongeng Sangkuriang itu incest tidak sampai terjadi, namun dalam mitologi Yunani Kuno incest itu terjadi, yaitu Oedipus mengawini ibunya dan membunuh bapaknya. Kalau dalam dongeng Sangkuriang terjadi penafsiran geologis, maka dalam mitologi Yunani itu bukan hanya sekadar penafsiran, melainkan dijadikan semacam "Kitab Suci" oleh Sigmund Freud -diucapkan froid- [1856 - 1939], untuk menjadi landasan ia punya doktrin libido "komplex Oedipus". Semua impuls dari id menurut doktrin Freud diisi oleh tenaga psikis (psychic energy) yang disebutnya libido, berkarakteristik seksual. Suatu doktrin spekulatif yang sangat kontroversial dari psikoanalisisnya Freud, adalah pertumbuhan perasaan seksual anak terhadap orang tuanya. Dimulai dari kesenangan bayi mengisap dari puting susu ibunya, dalam diri anak laki-laki perasaanya berkembanglah hasrat seksual terhadap ibunya, membenci ayahnya sebagai saingan, itulah dia komplex Oedipus.
Dongeng Sangkurian berbeda dengan tayangan sendra tari di layar kaca TVRI itu, yakni tentang si Tumang. Digambarkan dalam sendra tari itu si Tumang sebagai budak jelek rupa yang serba tuna, dia bungkuk tuna daksa dan bisu tuli tuna rungu, sebagai pesonifikasi si Tumang dalam dongeng Sangkuriang yaitu seekor anjing.
Bahwa orang yang dimisalkan anjing ini dapat pula kita baca dalam MATHTHEW 15: 24He (Jesus) answered: "I was sent only to the lost sheep of the house of Israel." 25But she (Canaanite woman) came and knelt before him (Jesus), saying: "Lord, help me." 26And he (Jesus) answered: "It is not fair to take the children's bread and throw it to the dogs."
Perhatikan, itu Matius memplintir kata Nabi 'Isa AS, tidak mungkin seorang Nabi akan berkata sekasar itu, yang bilang kepada perempuan Canaan itu anjing. Dan juga tidak mungkin Nabi Musa AS bilang dalam Kitab Tawrah keturunan Nabi Ismail AS dikatakan kelakuannya seperti keledai liar. Tidak mungkin Luth ber-incest dengan kedua anak gadisnya, tidak mungkin Nabi Ya'qub AS menipu ayahnya dan mengecoh kakaknya. Bahkan tidak mungkin Cerita Porno Ohola dan Oholiba dipikulkan kepada nabi Yehezkiel dll, dsb, etc.
Kita yakin dan percaya bahwa Nabi 'Isa AS hanya berkata: "I was sent only to the lost sheep of the house of Israel." Sedangkan bumbu kata-kata pedas: "It is not fair to take the children's bread and throw it to the dogs," itu adalah kalimat sisipan berupa Israiliyat yang berbau rasist yang dibubhkan penulis Injil yang orang Yahudi, yang mengaggap bangsa-bangsa yang tidak termasuk the house of Israel, adalah semuanya hanya anjing belaka. Sekali lagi, Nabi 'Isa AS adalah salah seorang di antara 5 otang Nabi pilihan Allah SWT, tidak mungkin mengeluarkan kata-kata atau ungkapan yang rasist semacam itu. Sekali lagi beliau hanya mengucapkan "I was sent only to the lost sheep of the house of Israel." Sebagaimana Firman Allah dalam Al Quran:
-- WADzQAL 'AYSY ABN MEYM YBNY ASRAaYL ANY RSWL ALLH ALYKM ALYKM MShDQA LMA BYN YDY MN ALTWRt WMBSyRA BRDWL YAaTY MN B'ADY ASMH AhMD (S. ALShF, 61:6), dibaca: waidzqa-la 'iysabnu maryama ya-bani- isra-i-la inni- rasu-luLla-hi ilaikum mushadiqal lima- baina yadayya minat taura-ti wa mubasysyiram birasu-liy ya'ti- mim ba'dis muhu- ahmad, artinya: Ingatlah, tatkala 'Isa anak Maryam berkata: Hai, Bani Israil sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu sekalian membenarkan apa yang sebelumku yaitu Taurah dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 25 September 2005
18 September 2005
[+/-] |
694. Gus Dur dkk vs DR. Husaini Hasan cs |
Pada hari Kamis, 15 September 2005 ybl Aceh Monitoring Mission, AMM (Misi Monitoring Aceh) telah mulai bekerja, penyerahan persenjataan GAM telah dimulai, dan bersamaaan dengan itu relokasi tentara dan polisi non-organik telah dimulai pula.
***
Namun sebelumnya muncul batu-batu kerikil, yaitu mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hari Jumat, 9 September 2005 pagi memimpin unjuk rasa untuk menentang penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka. Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa ini berada di baris paling depan dengan menggunakan kursi roda. Gus Dur (Gus adalah gelar yang diberikan kepada anak kiyai) memimpin longmarch para mahasiswa antara lain berasal dari Front Aksi Mahasiswa UI, Front Aksi Mahasiswa Trisakti, dan Front Kota. Unjuk rasa itu dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Kepresidenan. Gus Dur turun ke jalan membawa bendera Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu (GNBB), organisasi yang dia deklarasikan bersama mantan wapres Try Soetrisno, mantan ketua DPR Akbar Tandjung, dan suami mantan presiden Megawati, Taufik Kiemas. Selama berdemo, Gus Dur tidak banyak berkomentar. Gus Dur hanya menjelaskan maksud demonstrasi. Katanya, demonstrasi ini bukan anti-siapa-siapa. Bukan untuk gerakan oposisi, MoU Helsinki telah membuka peluang Aceh lebih cepat merdeka. Sudah itu Gus Dur naik ke mobil Toyoto Land Cruisher hitam dengan nomor polisi B 1926 AW untuk istirahat.
***
Ibarat dua sisi mata-uang, ukiq dan ballang (istilah judi tradisional Makassar "campalleq"), jika Gus Dur dkk adalah sisi mata uang ukiq, maka sisi ballang adalah The Coalition of the Voice of International Achehnese for Democracy (Koalisi Suara Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi) telah lebih dahulu mengadakan Press Release pada 16 Agustus 2005 (satu hari setelah penanda-tangan MoU) sambil mengibarkan bendera Koalisi Suara Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi yang dijahit di Stockholm pada tanggal 14 Agustus 2005. Inilah inti Press Release tersebut:
We, the voice of International Achehnese for Democracy, who are concerned about justice and ever lasting peace in Acheh, here declare that we absolutely do not agree with the process in making decisions between GAM and the Indonesian government that has been signed on August 15 2005 in Helsinki. We make this important decision after deep analysing of how the meeting process and the decision have been reached between GAM (who claimed them selves as the only representative of the people of Acheh) and RI on the other side. (Kami, suara dari Koalisi Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi yang prihatin mengenai keadilan dan kedamaian yang berkesinambungan di Aceh, dengan ini menyatakan bahwa kami tidak dapat menerima proses pengambilan keputusan yang melahirkan kesepakatan antara GAM-RI yang ditanda tangani pada 15 August 2005. Kami mengambil pendirian ini setelah mengamati proses perundingan dan pengambilan keputusan dalam negosiasi antara pihak GAM--yang mengklaim dirinya sebagai representative rakyat Acheh--dengan RI pada pihak yang lain.
For and behalf of coalition
Untuk dan atas nama koalisi
DR. Husaini Hasan, Sweden
Eddy Suheri, USA,
Dr. Lukman Thaib, Malaysia,
Ir. Harun Chaiyal Julana, Quwait,
Ir. Teuku Asnawi Ali, USA,
***
Demonstrasi pada pihak ukiq dipimpin oleh Gus Dur dan Koalisi pada pihak ballang dikepalai oleh DR. Husaini Hasan, maka inilah yang melatar-belakangi lahirnya judul Seri 694 ini: "Gus Dur dkk vs DR. Husaini Hasan cs."
Pada sisi ukiq Gus Dur dkk menaruh rasa curiga bahwa MoU Helsinki telah membuka peluang Aceh lebih cepat merdeka, sedangkan pada sisi ballang Husaini Hasan cs tidak dapat menerima proses pengambilan keputusan yang melahirkan MoU tersebut. Gus Dur dkk dan Husaini Hasan cs difasilitasi alat fikir dan hati nurani oleh Allah SWT. Gus Dur dkk cs lebih mendahulukan rasa curiga dan Husaini Hasan cs lebih mendahulukan kerisauan teknis proses ketimbang semua orang Aceh menyambut kesepakatan Helsinki dengan sangat antusias. Sekarang saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Aceh yang telah lama menderita sedang mendambakan perdamaian, keamanan, kejujuran, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Kok begitu sampai hati Gus Dur dkk dan Husaini Hasan cs lebih mendahulukan rasa curiga yang tak beralasan dan teknis prosedur tersebut, Masya-Allah!
Hidup di dunia hanya untuk sementara, ingatlah akan Firman Allah:
-- WLQD DzRaANA LJHNM KTsYRA MN ALJN WALANS LHM QLWB LA YFQHWN BHA WLHM A'AYN LA YBShRWN BHA WLHM aADzAN LA YSM'AWN BHA AWLaK KALAN'AM BL HM ADhL AWLaK HM ALGhFLWN [S. ALA'ARAF, 7:179], dibaca: walaqad dzara'na- lijahannma katsi-ram minal jinni wal insi lahum qulu-bun la- yafqahu-na biha- walahum a'yunun la- yubshiru-na biha- walahum a-dza-nun la- yasma'u-na biha ula-ika kal an'a-m bal hum adhallu ula-ika humul gha-filu-n [s. al a'ra-f], artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari golongan jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak berapresiasi dengannya, mereka mempunyai mata, tetapi tidak melihat dengannya, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 18 September 2005
11 September 2005
[+/-] |
693. Baju Luar Dirancukan dengan Telekung |
1. Perintah Memakai Khimar-Panjang
Firman Allah:
-- WLYDHRBN BKHMRHN 'ALY JYWBHN (S. ALNWR, 24:31), dibaca: walyadhribna bikhumurihinna 'ala- juyu-bihinna (s. annu-r).
WLYDHRBN - walyadhribna dalam ayat (24:31) terdapat Lam Al Amr (Lam yang menyatakan perintah), maka kata tersebut berarti: Diperintahkan kepada mereka menutupkan, sehingga ayat (24:31) terjemahannya adalah: Diperintahkan kepada mereka menutupkan khumur mereka ke atas dada mereka.
Khumur adalah bentuk jama' (plural) dari khimar, artinya tutup kepala. Ummu l-Mu'minin Sitti Aisyah RA menceritakan bahwa sesaat setelah turunnya ayat (24:31) perempuan-perempuan Islam segera mengambil kain selubung mereka, kemudian merobek sisinya dan memakainya sebagai khimar. Al-Allamah Ibnu Katsir menulis di dalam tafsirnya: "Perempuan pada zaman jahiliyah memakai khimar yang tidak menutupi lekuk buah dadanya serta bertelamjang leher untuk memperlihatkan semua perhiasannya. Oleh karena itu, maka segera diperintahkan untuk mengulurkan khimar di bagian depan agar bisa menutup lekuk buah dada mereka".
Informsi dari Ummu l-Mu'minin Sitti Aisyah RA tersebut dan tafsir Al-Allamah Ibnu Katsir menggambarkan bahwa perempuan Arab yang beragama Islam sebelum turun ayat (24:31) dari segi budaya sudah mengenal khimar, namun khimar itu tidak menutup lekuk buah dada dan juga tidak menutup leher sehingga perhiasannya kelihatan baik yang dileher maupun di sebelah luar dadanya. Khimar yang menjulur panjang ke bawah (selanjutnya diperpendek dengan sebutan "khimar-panjang") belumlah dikenal sebelum ayat (24:31), buktinya, mereka merobek kain selubung mereka untuk dialihfungsikan menjadi khimar-panjang. Jika mereka sudah biasa memakai khimar-panjang tentunya itu telah tersedia dan tak perlu lagi menyulap kain selubung menjadi khimar-panjang "darurat". Jelaslah, khimar-panjang yang menutup lekuk buah dada bukan tradisi dan budaya Arab, yang bermuatan lokal, tetapi ajaran yang disyariatkan Islam. Inilah penjelasan secara normatif maupun secara historis budaya khimar yang tidak menutup leher dan tidak menutup lekuk buah dada disempurnakan dengan perintah syari'at: WLYDHRBN BKHMRHN 'ALY JYWBHN (menutupkan khumur mereka ke atas dada mereka), sehingga perhiasan dan lekuk buah dada mereka ditutup oleh khimar-panjang. Di Indonesia khimar-panjang ini dikenal sebagai "jilbab", yang dahulu disebut telekung, yang dipakai untuk shalat, yang model telekung ini dipakai oleh Jama'ah Islamiyah dari Asia tenggara yang menunaikan ibadah haji sebagai pakain ihram. Kata "jilbab" ditaruh di antara dua tanda petik, oleh karema bahasa Al Quran jilbab mempunyai pengertian lain, seperti dijelaskan berikut di bawah ini.
***
2. Jalabib
Hirman Allah:
-- YAaYHA ALNBY QUL LAZWAJK WBNTK WNSAa ALMWaMNYN YDNYN 'ALYHN JLABYBHN DzLK ADNY AN Y'ARFN FLA YWaDzYN WKAN ALLH GHFWRA EhYMA (S. ALAhZAB, 33:59) dibaca: ya-ayyuhan nabiyyu qul liazwa-jika wabana-tika wanisa-il mu'mini-na yudni-na 'alaihinna min jala-bi-bihinna dza-lika adna- ay yu'rafna fala- yu'dzaina wa ka-na Lla-hu ghafu-rar rahi-man (s. al ahza-b), artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan para Mu'minin supaya mereka menutupkan pada tubuh mereka dengan jalabib mereka, (sebab) hal itu lebih mudah untuk mengenal mereka tidak diganggu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jalabib adalah bentuk jama' dari jilbab, yaitu pakaian longgar untuk menutup seluruh tubuh. Dipakai sebagi pakaian luar. Di Arab Saudi dikenal sebagai abaya dan jalabiyyah, di Mesir galabiyyah (huruf jim di Mesir dibaca gim, jadi menulisnya sama, hanya berbeda kalau ditulis pakai huruf Latin), di Marokko jellabah, orang Tuareg menyebutnya tegelmoust, di Afghanistan dikenal sebagai burqa, di Pakistan disebut gamis dikombinasi dengan celana panjang di kawasan Asia tenggara dikenal sebagai jubbah. Seperti diketahui, di beberapa negeri jilbab ini dipakai oleh laki-laki maupun perempauan (pakaian unisex).
Jadi pada pokoknya jilbab itu adalah pakaian luar yang longgar, sehingga menutup lekuk-lekuk tubuh perempuan. Demikianlah pakaian menurut syari'at Islam adalah pakaian luar yang longgar (jilbab) dan dikombinasi dengan kerudung panjang, atau telekung yaitu khimar-panjang. Demikianlah model jilbab itu bervariasi di negeri-negeri Islam, namun dengan kriteria yang sama, yaitu baju luar yang longgar, yang menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh.
***
Alhasil, apa yang disebut jilbab di Indonesia, sebenarnya adalah khimar-panjang, sehingga dalam perbincangan tentang jilbab menjadi rancu, karena baju luar yang longgar dirancukan dengan kerudung, atau tutup kepala. Dengan adanya Lam Al Amr (Lam yang menyatakan perintah) pada walyadhribna dalam ayat (24:31), maka dengan mudah dilakukan istimbath status hukum kombinasi jilbab dengan khimar adalah wajib hukumnya atas Muslimaat. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 11 September 2005