Kita semua sudah sering mendengar ungkapan proses output-input, juga tidak salah jika dibalik, proses input-output dan akan lebih tepat jika dikatakan input-proses output. Ungkapan yang sering dipakai dalam fenomena sosial ini berasal dan teknik mengatur. Ada suatu metode berpikir yang efisien, yaitu membuat gambaran dalam pikiran, seakan-akan melihatnya dalam kenyataan. Bayangkanlah sebuah anakpanah mendatar, ujungnya sebelah kanan, menancap pada titik tengah bagian sisi kiri dari sebuah segi empat yang juga mendatar. Berikut sebuah anak panah pula yang mengarah ke kanan, pangkalnya bermula dari titik tengah sisi kanan gambar segi empat itu. Maka anak panah sebelah kiri melambangkan input, segi empat melambangkan proses dan anak panah sebelah kanan melambangkan output. Kalau input berupa kopra maka proses berupa pabrik minyak dan output berupa minyak kelapa. Kalau input berupa lulusan SMA, proses berupa aktivitas belajar-mengajar dalam lembaga perguruan tinggi, maka output bèrupa sarjana.
Lalu bagaimana kàlau anak panah sebelah kiri, atau input itu adalah informasi? Maka segi empat atau proses itu adalah proses olah otak yang disebut berpikir, dan anak panah sebelah kanan atau output itu berupa keputusan yang berwujud hasil pemikiran. Kalau informasi itu berupa Al Quran dan Hadits dan keadaan berupa budaya setempat, maka proses berpikir itu disebut Yatafaqqahu fly dDiyni, dan keputusannya adalah fatwa tentang hukum. Makin lengkap informasi yang didapatkan makin bermutu fatwa yang diberikan.
Adakalanya fatwa seorang faqih (pakar hukum Islam) berubah, seperti misalnya fatwa lmam Syafi'i. Ada yang dikategorikan dengan Qawlu IQadiym, ucapan atau fatwa lama dan Qawlu iJadiyd, fatwa baru. Imam Syafi'i sebagai pakar sosiologi hukum (jadi sudah sejak zaman mujtahid yang faqih, para peletak dasar sistem Ilmu Fiqh sudah mengenal sosiologi hukum) dalam ber-yatafaqqahu fiy ddiyni, memakai informasi yang berwawasan sosial-budaya sebagai informasi tambahan dari Al Quran dan Hadits. Maka fatwa Imam Syafi'i yang dikategonikan dalam fatwa lama disebabkan oleh keadaan sosial-budaya pada tempat yang lama di Iraq berbeda dengan keadaan sosial-budaya pada tempat yang barn di Mesir, yang menghasilkan fatwa yang dikategorikan dalam fatwa barn.
Dalam Simposium Evolusi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu, tanggal 18 Desember 1993 yang lalu, ada informasi yang baru didengar bagi orang yang tidak berkecimpung benar-benar dalam Biologi, khususnya perihal Embriyologi. Saya sendiri terus terang terperanjat mendengarkan informasi tersebut yang saya belum pernah dengar sebelumnya, yaitu salah satu penjelasan tentang pemahaman mekanisme kerja spiral. Selama ini saya menyangka bahwa mekanisme kerja spiral memperpanjang jalur sperma dalam rahim sehingga sperma yang tiba di ujung saluran indung telur sudab lemas tidak cukup tenaga lagi untuk menembus sel telur guna mengadakan proses pembuahan. Singkatnya spiral itu mencegah pembuahan. Adapun informasi yang baru saya dengar dalam simposium itu adalah demikian. Spiral yang dimasukkan dalam rahim itu adalah benda asing yang bergetar karena ujungnya bebas. Tubuh manusia akan bereaksi terhadap spiral, benda asing yang bergetar itu, yang dalam hal ini yang mengadakan reaksi adalah dinding bahagian dalam dari rahim mengadakan gerakan kontraksi. Akibat gerakan kontraksi itu maka sel yang telah dibuahi dan melekat pada dinding rahim akan terlepas dan lembaga yang embriyo itu tidak tumbuh ber-evolusi menjadi janin atau bayi. Jadi mekanisme kerja spiral yang baru saya dengar infonmasinya ini adalah: Membunub emriyo, bibit janin yang telah dibuahi, bukan mencegah pembuahan.
Informasi mi perlu diketahui oleh para aiim ulama sebagai infonmasi atau bahan tambahan dalam ber-yatafaqqahu fiy ddiyni, untuk menghasilkan fatwa yang berkategon Qawlu lJadiyd. Saya mempunyai asumsi bahwa para ulama kita belum mendapatkan infonmasi tentang hal ini. Mengapa saya punya asumsi itu? Jawabannya adalah pentanyaan pula. Mengapa fatwa tentang penggunaan spiral dibolehkan? Mengapa berbeda dengan fatwa melanang penyedotan isi rahim? Apa bedanya menyedot isi rahim dengan melepaskan sel telur yang telah dibuahi dan dinding rahim, karena memasukkan spiral?
WaLlahu a'lamu bishshawab
*** Makassar, 26 Desember 1993
26 Desember 1993
[+/-] |
109. Spiral |
19 Desember 1993
[+/-] |
108 'Umar ibn Khattab dan Khalid ibn Walid, Dialog antara Kahalifah dengan Panglima Perangnya |
Keduanya sebaya, teman bergelut pada waktu masih anak-anak. Setelah Nabi Muhammad RasuluLlah SAW membawakan risalah, keduanya menjadi penantang sengit. Umar ibn Khattablah yang pergi menghadap Najasah (Negus) Raja Habasyah (Abessinia) meminta kepada raja itu untuk menyerahkan semua Ummat islam yang hijrah ke kerajaah itu, namun permintaan Umar itu ditolak oleh Najasah. Seperti diketahui dalam sejarah, hijrah yang pertama adalah ke Habasyah. 'Umar men4ahului Khalid masuk Islam, masih dalam perio Makkah.
Adapun Khalid ibn Walid masuk Islam pada periode Madinah. Ia adalah komandan pasukan berkuda angkatan perang Quraisy. Pasukan berkuda Khalid inilah yang mernusuk pasukan Islam dan belakang pada Perang Uhud. Matanya yang jeli dapat melihat pasukan pemanah yang menjaga barisan belakang pasukaln Islam di celah bukit Uhud meninggalkan posnya karena melihat pertempuran sudah dimenangkan pasukan Islam. Padahal RasuluLlah SAW telah memerintahkan kepada pasukan pemanah yang menjaga celah bukit Uhud tidak boleh meninggalkan posnya, apapun yang terjadi. Ketidak-disiplinan pasukan pemanah itu yang menyebabkan pasukan berkuda Khalid mengubah situasi pertempuran menjadi terbalik. Kini giliran pasukan Islam yang bertahan, padahal tadinya pasuk Quraisylah yang dikejar, dipukul mundur. Namun ibarat main bola pasukan Islam yang bertahan itu akhirnya dapat melakukan serangpn balik. Akan tetapi dari pihak pasukan Islam tak kurang yang syahid dan menderita luka. Hamzah syahid, bahkan RasuluLlah SAW sendiri luka dalam pertempuran yang sengit itu.
Setelah Perjanjian Perdamaian Hudaybiyah dua orang panglima perang Quraisy datang di Madinah menyatakan din masuk Islam. Keduanya adalah Khalid ibn Walid dan Amr ibn Al Ash, yang kelak menjadi Gubemur Mesir. Walaupun dalam Perjanjian Hudaybiyah ada diktum yang menyebutkan bahwa apabila ada penduduk Makkah yang ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah jika pihak Quraisy memintanya untuk dikembalikan, keduanya tidak dikembalikan ke Makkah, karena pihak Quraisy tidak memintanya.
Pada waktu Khalifah 'Umar ibn Khattab menjadi Khalifah, Khalid ibn Walid menjadi Panglima Perang. Kemana saja ia dikirim pasukannya selalu menang. Sekali waktu pasukan Khalid ada di Asia Kecil. Sebelum menyerbu pertahanan musuh Khalid mendapat SK dari Khalffah, yaitu SK pencopotan, dihentikan jadi panglima. Dalam penyerbuan itu, Kahlid sebagai tentera biasa masih menunjukkan kesungguhannya, bahkan masih berjasa dalam merebut kubu musuh. Waktu ditanya temannya sepasukan: "hai Khalid, buat apa engkau bersungguh-sungguh begitu, bukankah engkau telah dipecat 'Umar?" Khalid menjawab, "saya tidak berjuang untuk 'Umar, melainkan berjuang untuk Islam." Kemudian Khalid niinta izin dan panglima yang baru untuk ke Madinah minta penjelasan Khalifah.
Syahdan. inilah dialog secara terbuka antana 'Umar sebagai Khalifah dengan Khalid sebagai mantan Panglima.
"Mengapa saya dipecat, apa kesalahan saya?"
"Engkau saya pecat untuk mencegah tiga hal. Pertama, untuk Khalifah, Panglima tidak boleh lebih populer dari Khalifah. Yang kedua, untuk engkau sendiri, engkau adalah manusia biasa, kalau berhasil terus dalam memimpin engkau akan menjadi sombong. Yang ketiga untuk rakyat, rakyat harus dipelihara aqidahnya dan kemusyrikan memuja, mengkultus-individukan pahlawannya."
"Saya terima pemecatan itu dengan ikhlas".
"Engkau sekarang saya tugaskan membantu Sa'ad di front sebelah timur yang sedang mengalami kesulitan melawan pasukan bergajah angkatan perang Parsi."
Maka Khalid dikirimlah ke front sebeiah timur. Ia menyarankan kepada Panglima Sa' ad untuk menghadapi setiap ekor gajah perang dengan satu regu pasukan panah. Yang dipanah dahulu adalah penunggangnya. Setelah penunggangnya tewas baru memanah gajah pada bagian yang sensitif. Khalid sendiri menawarkan dirinya untuk menjadi kepala regu dari salah satu regu pemanah. Taktik Khalid ini berhasil memukul mundur tentera bergajah itu. Karena gajah itu sudah tidak ada yang mengendalikannya, dan kesakitan kena panah, para gajah itu berbalik haluan menginjak-injak tentera berkuda dan infanteri di belakangnya, maka kocar kacirlah pasukan Parsi itu.
Ada empat nilai yang masih relevan hingga kini dalam kehidupan bernegara dari dialog di atas. Yang pertama, sikap keterbukaan dan keikhlasan, sebab tanpa keterbukaan mudah terjadi kesalah fahaman, yang mengandung bibit perpecahan ibarat api dalam sekam, baik dalam kalangan pimpinan, maupun antara yang memimpin dengan yang dipimpin. Yang kedua, kepala negara tidak boleh kalah populer dari panglimanya. Betapa banyak terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh panglima suatu negara maupun kerajaan dalam sejarah. Yang ketiga, orang yang selalu sukses dalam bidang apa saja, akan menjadi empuk bagi iblis untuk masuk dalam perangkapnya bersifat seperti iblis sendiri, yaitu takbur, menyombongkan diri, balk kesombongan kepangkatan, maupun kesombongan intelektual dan jenis jenis kesombongan yang lain. Yang keempat, sikap mendewakan pemimpin, taat tanpa reserve, loyal tanpa batas dari rakyat, menyebabkan rusaknya aqidah rakyat di pihak yang satu, dan pada pihak yang lain pemimpin akan menjadi diktator. Contohnya banyak dalam sejarah seperti misalnya rakyat Jerman yang memuja Fuhrernya, Hitler, sang diktator.
*** Makassar, 19 Desember 1993
12 Desember 1993
[+/-] |
107. Israil, Baniy Israil dan Israiliyat |
Israil adalah nama lain dari Nabi Ya'qub 'Alayhissalam (AS), anak dari Nabi Ishaq AS, anak dari Nabi Ibrahim AS. Baniy Israil adalah puak etnis keturunan Israil. Israiliyat adalah cerita-cerita produk budaya dari kalangan puak etnis ini, karangan, imajinasi yang bersumber dari akar historis. Israiliyat ini perlu dibedakan dengan sumber yang nonhistoris. Yaitu wahyu yang diturunkan Allah SWT yang diterima oleh para nabi dari Baniy Israil dalam wujud secara verbal yang diucapkan oleh para nabi itu. Dalam bentuk tertulis secara otentik menjadi salah satu dari rukun iman yang enam, yaitu beriman kepada wa maa unzila min qablika, beriman kepada Kitab-kitab yang diturunkan sebelum engkau (hai Muhammad), (S.Al Baqarah 2:4). Para pakar sejarah yang tidak percaya wahyu, atau sekurang-kurangnya percaya wahyu akan tetapi melecehkan wahyu dalam menganalisa sejarah dengan pendekatan historis, tidaklah membedakan antara produk budaya Baniy Israil (Israiliyat), yang mempunyai akar historis, dengan yang bersumber dari akar yang nonhistoris, yaitu dari wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dari kalangan Baniy Israil tersebut. Perjanjian Lama adalah campuran antara sumber non-historis (wahyu) dengan sumber yang historis (Israiliyat). Tentu saja ummat Islam tidak diwajibkan beriman kepada Israiliyat ini, namun apabila Israiliyat itu mengandung pesan-pesan nilai akhlaq, seperti cerita tentang Nabi 'Isa AS yang di bawah itu, tidak ada salahnya diambil ibarat daripadanya, dengan keyakinan bahwa cerita itu bukan kejadian yang sesungguhnya.
Dalam kalangan Baniy Israil ada kelompok yang disebut sect of writers, sekte penulis yang bertugas untuk menuliskan hukum-hukum Musa bagi yang memerlukannya. Mereka para penulis itu terkadang dipanggil dengan nama Pendeta, terkadang dengan Tuan, terkadang dengan Rabbi. Mereka ini menjadi pendukung dari pemerintah asing dari bangsa-bangsa Parsi, Romawi dan Yunani. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam penulisan yang menyisipkan unsur Israiliyat ke dalam Perjanjian Lama.
Anehnya Israiliyat itu tidak kurang berisi dengan hal-hal yang melecehkan para nabi dalam kalangan Baniy Israil. Seperti misalnya Ya'qub mengecoh kakak dan ayahnya. Dalam Israiliyat itu Ya'qub digambarkan sebagai seorang yang licik terhadap Isu, kakaknya, yang dalam keadaan terdesak karena sangat lapar Isu menerima tawaran yang sangat tidak adil, yaitu makanan ditukar dengan kedudukan anak sulung. Demikian pula Ya'qub mengecoh ayahnya yang sudah rabun (atau katarak?) dengan menyamar sebagai Isu, memakai baju berbulu. Maksudnya agar sang ayah dapat terkecoh dengan meraba lengan Ya'qub, dan memang sang ayah terkecoh. Sebelumnya Ishaq menyuruh Isu pergi berburu dan hasil buruannya itu akan dimasak menjadi lauk yang enak. Akan tetapi Ya'qub mendahului Isu dengan mengambil domba peliharaan mereka. Tentu saja Ya'qub dapat mendahului Isu. Akhirnya Ya'qublah yang mendapatkan berkah dari Ishaq sang ayah, dan siapa saja yang melawan kepada yang diberkati itu, akan terkutuk. Di sinilah keanehan itu, Israiliyat tentang Ya'qub ini menimbulkan citra yang jelek tentang Ya'qub. Ada kemungkinan bahwa latar belakang sang Rabbi dari sect of writers ini mengarang cerita yang tak terpuji itu, untuk justifikasi tentang intrik yang pernah dilakukannya, karena seperti dikatakan di atas, sekte ini menjadi pendukung penguasa dari bangsa-bangsa asing. Artinya untuk memberikan kesan, apabila Ya'qub dapat berlaku licik, mengecoh, mengapa ia tidak boleh.
Sebagai ummat Islam yang diwajibkan beriman kepada para rasul, memuliakan rasul-rasul itu, haruslah menolak Israiliyat yang menyangkut pelecehan NabiyuLlah Ya'qub AS tersebut. Ada seorang pakar sejarah yang berlaku tidak fair dalam hal Ya'qub dan Baniy Israil secara keseluruhan. Seperti dikatakan di atas umumnya pakar sejarah tidak membedakan antara sumber nonhistoris dengan sumber yang historis. J.W.D. Smith dalam bukunya God and Man in Early Israel membuat rampatan (generalisasi) bahwa perangai Ya'qub yang ahli tipudaya ini mencerminkan perangai (behavior) dari Baniy Israil secara keseluruhan.
Sikap mereka yang exlusif di negeri orang ditambah dengan citra terhadap diri mereka itu yang digambarkan berperangai penuh dengan intrik, kelicikan, tipu daya yang menjadi batu sandungan terhadap Perjanjian Perdamaian PLO dengan Israil, bahkan kabarnya baru-baru ini di Sudan dalam perembukan negara-negara yang tergabung dalam OKI (Fajar, 6 Desember 1993) menolak Perjanjian Perdamaian tersebut.
Namun perlu kita ingat bahwa setiap bangsa, setiap puak etnis tidaklah seluruhnya akan baik, di antaranya tentu terdapat hati yang busuk. Demikian pula sebaliknya, tidaklah semuanya yang berhati busuk, tentu di antaranya terdapat pula mutiara-mutiara yang berhati mulia. Maryam Jamilah, sebelumnya bernama Margaret Marcus, dalam pernyataannya setelah menganut Islam, menyatakan ungkapan hatinya yang mengharukan dengan mengutip seperti apa yang telah diungkapkan oleh salah seorang Baniy Israil, Muhammad Asad, sebelumnya bernama Leopold Weiss (asad = leo = singa), seperti berikut:
I did not embrace Islam out of any hatret for my ancestral heritage or my people. ............... Thus I can say with another from the Bani Israil who chose to travel on the sama journey. ................. Saya menganut Islam bukanlah karena tidak senang kepada warisan leluhur ataupun bangsa saya. ............. Walhasil saya dapat berkata seperti ucapan dari seorang Bani Israel yang telah memilih bermusafir dalam perjalanan yang sama. Abraham that early ancestor of mine, would have understood why I am here (in Mecca) ...................... Abraham (Ibrahim) leluhur saya, tentu mengerti mengapa saya di sini (di Mekah). My coming to this land of Arabia; was it not in truth a homecoming? Homecoming of the heart that has spied its old home backward over a curve of thousands of years and now recognizes this sky - my sky- with painful rejoicing? Kedatangan saya ke negeri ini negeri Arabia; bukankah itu pada hakekatnya kembali ke rumah? Pulang ke rumah dari sekeping hati yang menelusuri masa silam ribuan tahun dan mengenal langit ini - langit saya - dengan kegembiraan yang mengharukan? WaLlahu a'lamu bishshawab.
---------------------------------------
(*)
saya baca dari Handbook saya punya kakek, dongeng-dongeng israiliyat itu antara lain:
1. dongeng Hajar putri Salitis dari Dinasti Hyksos Al-Malik difitnah sebagai budak
2. dongeng ttg Ibrahim meletakkan Ismail yang sudah berumur 16 tahun di atas bahu Hajar.
3. dongeng incest, yaitu Luth berzina dengan kedua anak perempuannya, yang keduanya mengandung dari hasil perzinaan itu.
4. dongeng perbuatan Ya'qub yang tidak terpuji mengecoh kakak-kembarnya (Isu) dan ayahnya (Ishaq) yang sudah buta.
5. dongeng Daud berzina dengan Betsyeba.
6. dongeng Absalom (anak laki-laki Daud) yang berzina dengan semua ibu-tirinya.
7. dongeng akhlaq Isa yang tak terpuji membentak ibunya, dan menyebut yang bukan Bani Israil itu sebagai anjing.
8. dongeng Isa melanggar salah satu Hukum Musa, yaitu Hari Sabbath.
9. dll., dll., dll..
Israiliyat yang disisipkan masuk ke dalam Injil, yaitu
12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan audara2-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau."
12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?"
Tidaklah mungkin Nabi 'Isa AS sekasar begitu kepada ibu beliau.
Kedua ayat itu adalah dongeng Israiliyat yang menghujat akhlaq mulia dari Nabi Isa AS menjadi tidak terpuji.
*** Makassar, 12 Desember 1993
5 Desember 1993
[+/-] |
106. Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka vs Karaeng Pattingalloang tentang Lima Perkara |
Di zaman pemerintahan Sultan Malikussaid Raja Gowa dengan gelar anumerta Tummenanga ri Papambatuna, tersebutlah dua orang tokoh sejarah yang terkenal yaitu Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka dan Karaeng Pattingalloang. Syaikh Yusuf adalah tokoh berkaliber internasional, dengan predikat ulama dalam kwalitas sufi, ilmuwan penulis puluhan buku, pejuang yang gigih di mana saja ia berada: di Gowa, di Banten, di Ceylon (Srilangka sekarang) dan di Tanjung Pengharapan, negaranya orang Boer (petani emigran Belanda, sekarang Negara Afrika Selatan). Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri kerajaan kembar Gowa-Tallo', negarawan, politikus, ilmuwan, yang publikasi karya ilmiyahnya belumlah ditemukan hingga dewasa ini.
Syahdan, inilah dialog di antara keduanya dalam Hikayat Tuanta Salamaka menurut versi Gowa, sebagaimana dituturkan oleh Allahu Yarham Haji Ahmad Makkarausu' Amansyah Daeng Ngilau'. Materi dialog itu ada lima perkara: anynyombaya saukang, appakala'biri' sukkuka gaukang, a'madaka ri bate salapanga, angnginunga ballo' ri ta'bala' tubarania, dan pa'botoranga ri pasap-pasaraka. Maka berkatalah Tuanta Salamaka: "Telah kulihat alamat keruntuhan Butta (negeri) Gowa. Oleh sebab itu, pertama, hentikan dan cegahlah rakyat menyembah berhala (saukang), yang kedua, hentikan menghormati atribut kerajaan (gaukang) secara berlebih-lebihan, yang ketiga, hentikan Bate Salapang bermadat, yang keempat, hentikan pasukan kerajaan minum tuak, dan yang kelima, hentikan perjudian di pasar-pasar." (bahasa aslinya seperti dituturkan Daeng Ngilau di atas itu).
Maka menjawablah Karaeng Pattingalloang:
"Pertama, susatongi nipamari anynyombaya saukang, susahlah menghentikan rakyat menyembah saukang, sebab melalui saukang itulah wibawa raja ditegakkan, yang kedua, sukarlah juga menghentikan penghormatan gaukang, karena di situlah letaknya kemuliaan sang raja, anjoreng minjo kala'biranna sombaya, yang ketiga, tidaklah gampang Bate Salapang menghentikan bermadat, karena jika demikian takkuleami nagappa nanawa-nawa kabajikanna pa'rasanganga, tidak akan timbul gagasan-gagasan baru mengenai konsep pembangunan, yang keempat, kalau pasukan kerajaan dihentikan minum tuak, lalu kedatangan musuh, inaimo lanisuro a'jjallo', siapalah yang akan dikerahkan membabat musuh, yang kelima, juga tidak mungkin menutup perjudian di pasar-pasar, karena tenamo nantama baratuwa, tidak ada lagi pajak judi yang masuk dalam perbendaharaan kerajaan, antekammamo lanibajiki pa'rasanganga, lalu bagaimana mungkin menggalakkan pembangunan?"
Setelah dialog selesai, Tuanta Salamaka mengeluarkan pernyataan: "Punna tenamo takammana lakupilari butta Gowa, kalau keputusan kerajaan sudah demikian itu, akan kutinggalkan Butta Gowa. Tamangeai nyawaku anciniki sallang sare-sarenna Butta Gowa. Tak sampai hati saya menyaksikan kelak keruntuhan Butta Gowa."
La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menjalankan Syari'at Islam dengan murni dan konsekwen dalam kerajaannya. Sebenarnya La Maddaremmeng ini perlu diangkat dalam sejarah, bahwa ia mendahului gerakan Paderi di Minangkabaw. La Maddaremmeng adalah Pahlawan Islam. Ia memberantas adat kebiasaan yang bertentangan dengan Syari'at Islam, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tuanta Salamaka kepada Karaeng Pattingalloang. Para bangsawan Bone yang tidak setuju dengan kebijaksanaan La Maddaremmeng minta bantuan Kerajaan Gowa, yang mengakibatkan pecah perang Gowa-Bone yang kedua. Bone kalah perang, sejumlah rakyatnya ditawan, dikerahkan ke Gowa untuk kerja paksa, membangun benteng pertahanan.
Perang Gowa-Bone ini memang unik dalam sejarah. Pada zaman pemerintahan I Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka Karaenga Matowaya Sultan Alawddin Awwalu lIslam Tummenanga ri Agamana terjadi perang Gowa-Bone pertama, yang penyebabnya sebaliknya dari perang yang kedua. Yaitu Kerajaan Gowa walaupun tidak memaksakan agama Islam pada Kerajaan Bone yang waktu itu belum Islam, Kerajaan Gowa menghendaki agar Bone menghentikan praktek tradisi yang bertentangan dengan Syari'at Islam.
Demikianlah Kerajaan Gowa kehilangan mutiaranya. Tuanta Salamaka akhirnya meninggalkan Kerajaan Gowa, merantau ke Banten. Menuntut ilmu ke Tanah Suci. Bersama-sama dengan mertuanya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan iparnya, Pangeran Purbaya, berperang melawan Belanda di Banten, di Parahyangan, sampai ke Ceribon. Melanjutkan perjuangan sambil menulis buku di pengasingan di Ceylon dan di Tanjung Pengharapan.
Apa yang diucapkan Tuanta Salamaka sebagai futurelog terbukti dalam sejarah. Arung Palakka, yang walaupun masa remajanya dibina dan dididik oleh Karaeng Pattingalloang, bangkit melawan kerajaan Gowa untuk memerdekakan Bone, mengakhiri kerja paksa itu. Dan selanjutnya dapat kita baca dalam sejarah bahwa apa yang diramalkan oleh Syaikh Yusuf tentang nasib kerajaan Gowa terbukti dalam satu generasi berikutnya pada zaman pemerintahan I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin Tummenanga ri Balla' Pangkana, ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Bungaya. Sepeninggal Sultan Hasanuddin pamor Kerajaan Gowa menjadi pudar.
Menurut berita insya Allah Syaikh Yusuf akan diperingati sepanjang tahun 1994 di Negara Afrika Selatan, yang mendapat dukungan kuat dari Nelson Mandela. Kolom ini ditulis untuk ikut sekelumit menyambut tahun kegiatan memperingati Syaikh Yusuf di rantau jauh itu. Adegan dialog itu menunjukkan perbedaan sikap berpikir antara orang berdzikir kemudian baru berpikir, berhadapan dengan orang yang berpikir saja tanpa berdzikir. Syaikh Yusuf, karena berdzikir, ingat kepada Allah dahulu sebelum berpikir, maka pemikirannya dituntun oleh wahyu. Sedangkan Karaeng Pattingalloang hanya berpikir saja tanpa dituntun wahyu, hanya mengandalkan akalnya belaka. Itulah barangkali latar belakangnya mengapa penulis sejarah di kalangan orang barat sangat memujinya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 5 Desember 1993
28 November 1993
[+/-] |
105. Mengendalikan Tiga Sekawan |
Di negara-negara maju dalam arti materiel yang ditakar dengan GNP, tiga sekawan modal - industri - teknologi saling pacu. Sebabnya ialah lebih banyak investasi modal di bidang industri akan menghasilkan kwantitas luaran industri yang lebih tinggi. Sebagian dari output itu dipakai untuk menambah investasi dan sebagiannya pula dipakai untuk biaya riset pengembangan teknologi. Maka tiga sekawan tersebut, ibarat roda yang berputar makin lama makin cepat. Keadaan saling pacu tersebut dinamakan umpan balik positif. Ungkapan ini dipinjam dari dunia permesinan. Keadaan umpan balik positif ini dalam teknik mengatur adalah keadaan yang tidak dikehendaki. Suatu poros yang berputar makin lama makin cepat akhirnya akan patah, karena poros itu dibebani momen puntir yang kian membesar. Dalam teknik mengatur didesainlah gabungan tiga jenis pengaturan PDI (proporsional, diferensial, integral) sehingga sistem itu tidak akan mengalami umpan balik positif.
Tiga sekawan yang saling pacu itu akan mengambrukkan sistem sosial, ibarat poros mesin yang patah. Adapun beban momen puntir dalam sistem sosial ini berupa kesenjangan sosial dalam bentuk makro yang berwujud pembagian dunia: utara - selatan, pengurasan sumberdaya alam, dan pencemaran global termasuk di dalamnya kesulitan dalam pembuangan limbah industri.
Tiga sekawan ini mulai berpacu dalam sejarah sejak peristiwa yang dikenal dengan revolusi industri. Metodologi keilmuan yang dipungut barat dari dunia Islam, yaitu menguji kebenaran teori secara experimental, menyebabkan kemajuan sains di barat mulai dari era Newton dalam abad ke-17. Kemajuan sains ini merambat dan memacu perkembangan teknologi dalam abad berikutnya tatkala James Watt mendapatkan mesin uap atau lebih tepat jika dikatakan mempermaju mesin uap Newcome (1712). Substitusi tenaga otot manusia dan binatang dengan tenaga mesin ini beserta dengan persediaan batubara yang banyak di Cornwall dan Lancashire melahirkan revolusi industri di Inggeris dan merupakan titik mula gerak saling pacu tiga sekawan modal - industri - teknologi.
Orang Yahudi yang hidup di Eropah dengan ciri khasnya yang eksklusif, menyebabkan mereka dilarang berdagang barang-barang pokok kebutuhan hidup. Untuk dapat bertahan hidup mereka itu berdagang uang, menjadi rentenir. Revolusi industri yang membutuhkan uang menjadikan perdagangan uang orang Yahudi menjadi subur yang meningkatkan mereka dari rentenir menjadi bankir. Dan dari sinilah asal muasalnya mengapa orang Yahudi menguasai pasar modal hingga kini, bahkan meraka juga memutar modal petro dollar dari negara-negara Arab.
Orang-orang barat memungut pengetahuan dari dunia Islam secara parsial, yaitu hanya memungut metodologi keilmuan. Sedangkan sistem sosial menurut ajaran Islam tidak dipungutnya. Ini dapat dimaklumi oleh karena mereka itu tidak beragama Islam. Sistem sosial yang sudah terlanjur dalam keadaan umpan balik positif dari tiga sekawan itu dewasa ini, tidak mempunyai alat kontrol semacam pengatur PDI dalam sistem permesinan.
Salah satu Rukun Islam ialah zakat, baik yang bersifat konsumtif yang disebut zakat fithri, maupun yang bersifat produktif yang disebut zakat tijarah atau zakat dagang. Bagaimana zakat dagang ini dikenakan pada industri? Sebenarnya dagang dengan industri tidak berbeda secara esensial, yaitu keduanya berkisar pada membeli dan menjual. Kalau orang membeli kayu gelondongan dan juga menjual kayu gelondongan disebut dagang kayu gelondongan. Tetapi kalau membeli kayu gelondongan dijadikan balok kayu dan papan lebih dahulu sebelum dijual disebutlah industri penggergajian kayu. Jadi membeli barang kemudian menjualnya tanpa mengolahnya maka itu dagang. Tetapi kalau beli - olah - jual maka itu industri. Walhasil perlakuan ataupun perhitungan zakat tijarah terhadap industri tidak berbeda dengan terhadap dagang.
Pertumbuhan modal dengan sistem kredit berbunga ibarat lilin cair yang menitik membentuk tumpukan-tumpukan ataupun gunung-gunung lilin. Tetapi sebaliknya dapat pula menjurus pada kredit macet yang berlanjut pada penyitaan barang jaminan di satu pihak atau ambruknya bank pada pihak yang lain. Pertumbuhan modal dapat terkendali dengan sistem zakat tijarah. Tidak seperti pada sistem kredit berbunga, sistem zakat tijarah ini potongan yang berupa zakat dari output industri itu dikelola oleh lembaga Baytu lMaal yang pegawainya disebut 'Aamil. Di sini tidak dikenal kredit berbunga dari nasabah melainkan sistem pemberian modal usaha kepada bakal pengusaha yang dididik oleh 'Aamil utamanya dalam hal manajemen sebelum diberi modal usaha. Kalau usahanya macet tidak ada penyitaan karena modal itu diberikan. Kalau usahanya maju maka ia harus mengeluarkan zakat mengisi Baytu lMaal. Sistem zakat tijarah ini ibarat cairan aspal yang menitik, tidak akan terbentuk tumpukan-tumpukan aspal, melainkan cenderung untuk merata.
Sistem perbankan Islam, yaitu sistim mudharabah, bank dengan nasabah berbagi keuntungan dan bersama menanggung risiko, yang diterapkan sekarang diharapkan dapat melepaskan diri dari sistem kredit berbunga yang mendominasi dunia sekarang ini. Tahapan selanjutnya adalah sistem perbankan Islam tersebut berjalan seiring dengan sistem Baytu lMaal, sistem pemberian modal usaha tersebut. Lalu siapa yang harus menjadi pemilik Baytu lMaal? Di negara-negara yang berdasar Islam, artinya hukum-hukum positifnya bersumber dari Al Quran dan Hadits, pemilik Baytu lMaal adalah negara. Di sini zakat tijarah itu dapat dianggap pajak. Sedangkan di negara-negara yang tidak berdasar Islam, yang hukum-hukum positifnya tidak bersumber dari Al Quran dan Hadits, pemilik Baytu lMaal adalah yayasan yang berbadan hukum, dengan komisaris Majelis Ulama. Dalam hal ini jelaslah pula bahwa zakat tijarah tidak boleh dianggap sama dengan pajak. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 28 November 1993
21 November 1993
[+/-] |
104. Tawhied, Nativisme dan Kepariwisataan |
Sudah sering didengar bahwa kita perlu selektif terhadap wisatawan manca negara jangan sampai mencemari lingkungan budaya dan fisik. Namun masih jarang diperdengarkan betapa perlunya pula selektif terhadap kebudayaan lama yang dipromosikan untuk menarik wisatawan, jangan sampai menjurus pada nativisme yang bententangan dengan nilai tawhied.
Dahulu kala orang mempertuhankan hantu penguasa hutan, bukit, lembah, rawa, sungai, danau yang disebutnya dengan Patanna Butta, yang empunya daerah. Menurut informasi yang pernah saya dengar dan E.A.Mokodompit konon menurut penduduk pedalaman di Sultra, hutan di sana dijaga oleh hantu yang bergelar Songko' Toroki. Tuhan kalau dibaca terbalik secara syllabic akan berubah bacaannya menjadi hantu, artinya hantu adalah lawan dari Tuhan. Jadi dilihat dan segi bahasa saja perbuatan mempertuhanl hantu ini adalah perbuatan yang kontradiktif. Perbegu, kepercayaan menyembah hantu ini melahirkan budaya sesembahan yang dianggap sakral. Hantu penguasa itu disuguhi sesembahan dalam upacara yang disebut accera', maccera', mendarah, yaitu menyembelih binatang, mengoleskan darah binatang itu, kepalanya ditanam, untuk persembahan yang sakral, yang dalam bahasa Inggeris disebut offering dan sacrifice (persembahan yang sakral). Dalam masyarakat tidak jarang binatang sesembahan itu dirancukan dengan istilah kurban. Maka kerancuan mi perlu dicerahkan.
Berfirman Allah dalam Al Quran S. Al Hajj 36,37 yang artinya:
-- Apabila gugur sembelihan-sembelihan itu makanlah sebagiannya dan selebihnya berilah makan kepada orang-orang miskin yang tidak meminta dan yang meminta. Tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya dan tidak pula darah-darahnya, akan tetapi yang sampai kepadaNya ialah ketaqwaan kamu. Jadi ajaran Islam menolak pemahaman kurban sebagai sesembahan yang sakral. Kurban bukanlah offering, bukan pula sacrifice. Kurban dipungut dari bahasa Al Quran, yaitu "Qurban", yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dan 3 huruf: qaf, ra, ba, artinya dekat. Menyembelih binatang kurban, dagingnya untuk dimakan sendiri dan untuk dimakan fakir miskin sebagai fungsi sosial. Darahnya dibu?ng, karena haram dimakan. Dan arti spiritualnya mendekatkan din, taqarrub kepàth Allah SWT sebagai tanda berbakti kepadaNya melaksanakan perintahNya dengan semangat taqwa.
Dalam wawasan yang Mu'amalah berlaku qaidah: "semua boleh kecuali yang dilarang. Artinya segala produk budaya pada dasarnya semuanya boleh, kecuali yang bertentangan nilai tawhied. Semua produk budaya yang dibangun di atas landasan kepercayaan yang menyimpang dari nilai tawhied disebut khurafat. Jadi kebudayaan boleh berkembang secara selektif: yang khurafat harus dihentikan. Dalam hubungannya dengan khurafat dan kemungkaran lain pada umumnya, Allah berfirman
-- Fa Dzakkir in Nafa'ati dzDzikra-, maka berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat (S. Al A'la- 9). Dan RasuluLlah bersabda: Jikalau melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangan, kalau tidak mampu ubahlah dengan mulut, dan kalau itupun tidak mampu juga, jagalah qalbu. Namun yang terakhir mi adalah sikap beriman yang selemah-lemahnya. Ayat dan Hadits di atas itu dinyatakan dalam ungkapan yang lebih pendek: Amar Ma'ruwf Nahie Munkar, menyuruh anif bijaksana mencegah penyelewengan, yang menjadi inti dan Kewajiban Asasi Manusia. Apabila dalam rangka promosi kepariwisataan disuguhkan tradisi yang bertentangan dengan nilai tawhied, maka penyelenggara hendaklah dengan niat menyuguhkannya hanya sekadar sebagai tayangan saja, supaya terhindar dan dosa karena mengerjakan yang khurafat itu. Dan sebelum ditayangkan kepada khalayak, hendaklah diinformasikan baik secara tertulis maupun secara lisan bahwa: Demikianlah konon kepercayaan nenek moyang kami dahulu yang masih memuja hantu yang dianggap penguasa. Apa yang ditayangkan ini cuma sekadar untuk dilihat-lihat, bukan untuk ditiru atas dasar meyakini kebenarannya. Takusahlah pula diberi justifikasi dengan memberikan arti yang kelihatannya filosofis tentang makna kepala binatang sesembahan itu, seperti misal otak, telinga, mata, hidung, lidah, makna ini, kemini (ke ini + mengini), itu, kemitu. Hindarkanlah itu nativisme yang bertentangan dengan nilai tawhied.
Tentang sesembahan ini dengarlah Firman Allah:
-- Ya- Ayyuha Lladziena A-manuw Innama lKhamru wa lMaysiru wa lAnshaabu wa lAzlaamu Rijsun Min 'Amali sySyaythaani fa Jtanibuwhu La'allkum Tuflihuwn (S. Al Ma idah, 9O).Hai orang-onangberiman, sesungguhnya minuman keras, judi, sesembahan untuk berhala, undian nasib, adalah kotor, termasuk hasil perbuatan setan, maka jauhilah akan dia, agar kamu mendapat keberuntungan.
Kalau pada hari Ahad yang lalu ayat ini dikutip untuk disorotkan pada al maysir + al azlam, judi + undian, yang diberi label sumbangan dalam SDSB, maka hari ini disorotkan pada al anshaab, sesembahan, yang dibeberapa daerah ditayangkan untuk promosi menarik wisatawan, yang antara lain seperti misalnya maccera' tappareng. WaLlahu a'almu bisshawab.
*** Makassar, 21 November 1993
14 November 1993
[+/-] |
103. Euphemisme Tanpa Bingkai? |
Dalam kesusasteraan lama biasa kita temui gaya simbolik untuk menghaIuskan ungkapan. Seperti misalnya dalam Kaba Cindue Mato dan dongeng Sangkuriang. Kaba adalah bentuk kesusateraan yang bergaya prosa berirama. Dalam prosa lirik Cindur Mata itu tersebutlah bahwa Bundo Kanduang, Ratu Pagarruyuang dan dayangnya diberi minum kelapa oleh sahaya istana. Keduanya lalu mengandung. Bunda Kandung melahirkan Dang Tuanku dan sang dayang melahirkan Cindur Mata. Ini adalah ungkapan penghalusan yaitu Dang Tuanku dengan Cindur Mata bersaudara tiri sebapak dengan yang sahaya istana. Keduanya masing-masing beribukan Ratu Kerajaan Pagarruyung dan dayang istana. Demikian pula dalam dongeng Sangkuriang tersebut seorang anak raja yang pergi berburu kencing di atas daun keladi, kemudian datang seekor babi ménjilat daun keladi yang basah dengan air kencing anak raja itu. Babi itu hamil, kemudian melahirkan Dayang Sumbi, ibu Sangkuriang. Ini adalah gaya penghalusan dilihat dan segi ukuran feodalisme. Anak raja yang berburu di hutan itu jatuh cinta kepada anak gadis orang utas, perambah hutan menurut istilah sekarang. Dari kacamata feodalisme, orang utas yang rakyat jelata itu dianggap hina disamakan dengan babi.
Kalau menyangkut kata, maka gaya penghalusan itu disebut euphemisme. Seperti misalnya ungkapan yang serba tuna, tuna wisma untuk gelandangan, tuna karya untuk penganggur, tuna daksa untuk cacat tubuh, tuna grahita untuk cacat mental, tuna rungu untuk bisu-tuli, tuna netra untuk buta, dan tuna susila atàu menurut H. Dg.Mangemba tunasila untuk pelacur. (Menurut H.Dg.M. su artinya baik, jadi susila artinya sila yang baik, jadi kalau digabung dengan tuna, maka su harus dihilangkan, lalu menjadilah Tunasila). Kelihatannya sudah menggejala euphemisme ini tanpa batas, sehingga sudah ada nada protes menyindir. Pemabuk disebut dengan sindiran tuna saqring. Ini bahasa daerah Makassar tu nasaqring, arti harfiahnya orang yang alergi. Nasaqringi doang artinya alergi terhadap udang, nasaqringi atau nabengoi ballo', artinya alergi terhadap tuak, mabuk karena tuak.
Terkadang euphemisme ini menjurus pada ketidak jujuran. Yaitu menyembunyikan sesuatu dengan label atau bungkusan. Bahkan perihal bungkus-membungkus yang mencerminkan sikap ketidak-jujuran ini sudah merambat ke wawasan yang formal. Apa yang dibungkus dibalik kata sumbangan dalam SDSB dan SPP? Bukankah istilah judi itu disembunyikan di balik kata sumbangan? Mengapa tidak sejara jujur saja dikatakan uang sekolah?
Seharusnya euphemisme ini ada batasnya. Yang jelek dalam hubungannya dengan kesusilaan tidak perlu gaya euphemisme. Pelacur, banci, tidak usah dihaluskan. Sebab kalau dihaluskan yang bersangkutan tidak akan merasa malu bertingkah demikian. Maka tetaplah dikatakan pelacur, tidak usah dihaluskan menjadi tuna susila atau tuna sila, kalau perlu yang vulgar, lonte, cabo. Tidak usalah dihaluskan menjadi hadam, eh wadam, waria, melainkan tetaplah banci, bencong, atau usahakanlah bahasa daerah calabai menjadi kosa kata bahasa Indonesia. Melanggar HAM? Yaitu melanggar hak untuk diperlakukan secara adil? Artinya kalau yang lain diperlakukan dengan penghalusan tuna, mengapa pelacur tidak boleh? Menurut saya gaya euphemisme yang menyangkut penyelewangan melanggar KAM, Kewajiban Asasi Manusia: Amar Ma'ruwf Nahie Munkar, menyuruh arif bijaksana, mencegah penyelewengan. Mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. Tidak menyembunyikan yang salah itu dibalik bungkusan kebenaran yang semu. Mengatakan judi itu judi, tidak menyembunyikannya di balik label sumbangan berhadiah.
Walhasil euphemisme itu perlu diberi berbingkài dengan nilai bayan, kejelasan, clarity. Dengarlah Firman Allah dalam Al Quran, tentang Al Bayan:
-- Ya- Ayyuha Lladziyna A-manuw Innama lKhamru wa IMaysiru wa lAnshaabu wa lAzlaamu Rijsun Min 'Amali sySyaythaani fa Jtanibuwhu La'allkum Tuflihuwn (S. Al Maaidah, 90). Hai orang orang beriman, sesungguhnya minuman keras, judi, sesembahan untuk berhala, undian nasib, adalah kotor, termasuk hasil perbuatan setan, maka jauhilah akan dia. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 14 November 1993
7 November 1993
[+/-] |
102. Lahan Kering |
Dari tahun ke tahun peminat jurusan matematika Perguruan Tinggi relatif kecil jumlahnya ketimbang jurusan yang lain. Maka timbullah kesan umum selayang pandang bahwa matematika itu kering. Benarkah kesan itu? Atau kita pinjam berondongan pertanyaan pakar matematika M. Arif Tiro dalam tulisannya yang berjudul Benarkah Matematika itu Kering? dalam harian Fajar, edisi Kamis 14 Oktober 1993: "Benarkah anggapan itu? Berapa banyak orang beranggapan demikian? Orang-orang pada tingkat apa saja yang memiliki anggapan seperti itu?"
Tentu saja kesan itu tidak dapat dijawab dengan sikap black and white thinking. Terhadap matematika itu sendiri sebagai disiplin ilmu tentu tidak ada sangkut-pautnya dengan kata kering. Namun ini apabila menyangkut para pakar matematika yang mencari rezeki dalam bidangnya di negara-negara yang sedang berkembang apatah pula di negara-negara terkebelakang, maka itu ibarat petani yang mencari rezeki, berkebun di lahan kering. Adapun di negara-negara maju matematika itu terhitung subur sebagai lahan untuk mencari rezeki. Itu tidak berarti karena lahan kering di negara-negara yang bukan negara maju, lalu matematika tidak ada peminatnya. Orang yang senang pada matematika tidak akan perduli walaupun lahan itu kering.
Matematika sebagai disiplin ilmu memegang peranan penting dalam perkembangan Iptek. Bahkan pernah terjadi pengungkapan TaqdiruLLah di bidang fisika tidak segera dapat dikomunikasikan dalam gelanggang yang ilmiyah, karena kebudayaan belum melahirkan matematika untuk menjabarkannya. Dalam usia 23 tahun pemuda Isaac (Sir Isaac Newton, 1642 - 1727) mempunyai cukup waktu untuk berhari-hari melihat buah-buah appel yang jatuh. Pada waktu itu Isaac mengungsi ke sebuah pertanian di Lincolnshire untuk menghindarkan diri dari wabah penyakit sampar yang menyerang London dalam tahun 1665. Wabah itu menyebabkan Cambridge University ditutup buat sementara. Di antara sekian banyaknya buah appel yang jatuh yang disaksikannya hanya sebuah appel yang mempunyai peranan dalam karirnya sebagai ilmuwan yang menemukan TaqdiruLLah gravitasi.
Penemuannya itu dipendam selama 20 tahun. Barulah dalam tahun 1687 The Theory of Universal Gravity dipublikasikan dalam wujud sebuah buku dengan judul Philosophiae Naturalis Principa Mathematika. Sebagai diketahui inti gravitasi adalah gaya tarik menarik di antara benda-benda. Besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda-benda itu. Kalau benda itu adalah bumi dan bulan tidak ada masalah. Pendekatan yang dipakai Isaac Newton ialah baik bumi maupun bulan dikonsentrasikan sebagai titik benda yang disebutnya dengan Center of Gravity. Jarak antara kedua titik benda bumi dengan bulan dapat dianggap tetap. Tetapi halnya tidak akan sederhana apabila diaplikasikan pada buah appel yang jatuh, yang jaraknya terhadap bumi tidak tetap, makin lama makin kecil.
Maka Isaac Newton berupaya membuat sendiri jenis matematika untuk dapat dipakai dalam teori gravitasinya, yang disebutnya dengan Calculus of Infinitesmals, disingkat Calculus dan istilah inilah yang dipakai hingga sekarang untuk jenis matematika ini. Dewasa ini kalkulus itu wawasannya sudah melebar ke kalkulus vektor dan kalkulus tensor, sehingga dapat memegang peranan penting dalam mengkaji serta sekaligus memperkembang ilmu fisika. The General Theory of Relativity dan The Unified Field Theory dari Einstein tidak akan lahir tanpa kalkulus tensor.
Dalam bidang management, khususnya pengelolaan proyek, jasa seorang pakar matematika C.A.Clark, tidaklah wajar untuk dilupakan begitu saja. Dalam tahun 1957 ia mengetuai team Project Evaluation Research Task (PERT) yang menghasilkan suatu metode dalam mengelola proyek Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi Polaris. Metode baru itu diberi bernama pula dengan PERT oleh team PERT ini, namun kepanjangannya lain: Program Evaluation and Review Technique, suatu bagian dalam Network Planning. Dewasa ini janganlah diharapkan seorang kepala proyek akan dapat menjadi profesional apabila tidak menguasai ilmu ini. Adapun proyek Polaris ini menghasilkan roket yang menjadi cikal-bakal roket pendorong pesawat Columbia ke bulan dan pendorong pesawat ulang-alik sekarang ini. Itulah sekelumit contoh kasus bahwa pakar matematika menikmati lahan subur dalam negara maju.
Bilakah lapangan hidup mencari rezeki di lahan matematika berubah menjadi lahan subur di Indonesia ini? Menjelang akhir tahun 70-han organisasi Universitas Hasanuddin Makassar berstruktur matrix, aliran sumberdaya dan aliran program. Aliran sumberdaya dipimpin Dekan Fakultas dengan ujung tombak Ketua Jurusan menjalankan tugas-tugas rutin. Aliran program dipimpin Dekan Kajian dengan ujung tombak Ketua Program memikirkan pengembangan akademik, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan aliran sumberdaya. Para dosen mempunyai dua bos, Dekan Fakultas dan Dekan Kajian. Bagi yang mengerti sejarah Kerajaan Makassar hal dua bos ini bukan hal yang aneh, yaitu kerajaan kembar Gowa-Talo', yang dalam lontara disebut rua karaeng se're joa', dua raja satu rakyat. Kerajaan Makassar mencapai puncaknya dengan struktur organisasi kerajaan kembar ini. Struktur organisasi matrix itu sifatnya dinamik. Program pendidikan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan kualitatif dan kuantitatif para konsumen atau pasar sumberdaya manusia tanpa merombak organisasi, tanpa menambah atau mengurangi jurusan. Organisasi matrix ini ditiru dari dunia industri, perubahan jenis-jenis produksi secara dinamik dapat dilakukan tanpa mengubah struktur organisasi pabrik, untuk dapat memenuhi gelombangnya pasar.
Dengan diterapkannya organisasi matrix itu, tiga serangkai modal, industri, teknologi dapat saling pacu, yang dalam teknik mengatur dikenal dengan ungkapan umpan balik positif. Dan apabila di Indonesia ini ketiga serangkai itu sudah saling pacu maka matematika insya Allah akan berubah dari lahan kering menjadi lahan subur. Hanya saja perlu diantisipasi, saling pacu tiga serangkai itu dapat menjurus ke arah pencemaran global yang sulit dikontrol. Maka perlu kita ingat peringatan Allah SWT dalam S.ArRuwm,41: Zhahara lFasaadu fiy lBarri wa lBahri Bimaa Kasabat Aydi nNaasi, muncullah kerusakan di darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 7 November 1993
31 Oktober 1993
[+/-] |
101. Air Mengalir Sampai Jauh |
Utilitarianisme adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa semua tindak tanduk mestilah bertumpu pada asas kemanfaatan. Bahwa yang asas kemanfaatan ini tidak selamanya seiring, bahkan lebih sering bertabrakan dengan Hak Asasi Manusia, itu banyak terjadi dalam pergolakan dunia.
Sebelum lanjut akan ditulis sedikit catatan pinggir yang menyangkut ejaan. Yaitu huruf A dalam HAM. Sering-sering kita dengar ataupun baca ucapan ataupun tulisan yang hiperkorek: azas, adakalanya azaz, sekali-sekali ajas. Tidak percaya? Bacalah makalah, reportase, artikel, dengarlah ucapan pemakalah, peserta diskusi dan the man on the street. Itu namanya hiperkorek,
keliwat korek. Dikiranya karena asas itu dari bahasa Arab, maka s itu mesti dikoreksi, menjadilah ia z. Padahal dalam bahasa Arab sendiri bukan z, melainkan terdiri atas akar kata yang dibentuk oleh huruf-huruf alif, sin, sin. Maka pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan azas, bukan pula azaz dan lebih-lebih lagi bukan ajas, melainkan asas.
Semua mengatakan bahwa perbuatan etnik barbar Serbia itu biadab, melanggar HAM, bahkan kita yakin dalam hatinurani orang Serbia sendiri akan mengakui bahwa perbuatannya itu sesungguhnya biadab, melanggar HAM. Kita tentu sepakat jika mengatakan bahwa tindakan Amerika Serikat berbaju PBB berupa boikot ekonomi terhadap Iraq dan Libia, tindakan rejim Saddam Husain menganeksasi Kuwait bertentangan dengan HAM. Lalu mengapa mesti terjadi juga? Sebabnya ialah oleh karena terjadi benturan antara HAM dengan utilitarianisme yang dikemas dengan atau berbaju kepentingan nasional.
Jadi harus ada hirarki tata-nilai, yang apabila terjadi bentrokan, yang dimenangkan adalah hirarki yang lebih tinggi. Dalam ajaran Islam hirarki tata-nilai itu dapat kita simak dari Firman Allah, S. Al Hjura-t, 13:
Ya-ayyuha nNaasu innaa Khalaqna-kum min Dzakarin wa Untsaa wa Ja'alna-kum Sy'u-ban wa Qabaaila li Ta'aarafuw Inna Akramakum 'inda Lla-hi Atqaakum, ... artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempun dan kujadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Bahwa sesungguhnya yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa, ...
Jelaslah bahwa dalam hirarki tatanilai menurut Al Quran, nilai kemanusiaan lebih tinggi kedudukannya dari nilai kebangsaan. Dalam nilai kemanusiaan kedudukan laki-laki dan perempuan sejajar.
Nilai kebangsaan lebih tinggi kedudukannya dari nilai etnik. Namun yang paling tinggi dalam hirarki tatanilai itu adalah nilai Tawhid. AlhamduliLlah para perumus Piagam Jakarta mengikuti hirarki tatanilai Al Quran. Piagam Jakarta yang terdiri atas 4 alinea, yang merupakan konsep Pembukaan UUD-1945, memperbaiki hirarki tatanilai yang dikonsepakan Mr Moh. Yamin (1-3-2-4-5),
memperbaiki yang dikonsepkan Ir Soekarno (3-2-4-51).
Maka dengan hirarki tatanilai itu jika terjadi bentrokan antara kepentingan kemanusiaan dengan kepentingan nasional, yang dimenangkan haruslah nilai kemanusiaan. Yang berarti apabila terjadi bentrokan antara HAM dengan doktrin utilitarianisme, yang dimenangkan ialah HAM.
***
Lalu apa hubungannya dengan judul di atas, Air Mengalir Sampai Jauh? Dunia periklanan memakai asas kemanfaatan ini. Promosi tentang pipa PVC (poly-vinyl-chlorid) memanfaatkan kalimat Air Mengalir Sampai Jauh dari Bengawan Solonya Gesagng. Saya tidak tahu apakah perusahaan periklanan yang membuat reklame promosi pipa PVC itu memberikan imbalan kepada Gesang? Kalau tidak, itu berarti pembajakan atau sekurang-kurangnya bertentangan dengan Hak Asasi Seniman, bagian dari Hak Aasasi Manusia.
Padahal kalau kita simak lagu Bengawan Solo gubahan Gesang ini intinya bukan pada Air Mengalir Sampai Jauh, melainkan lebih luas wawasannya, yaitu pada Lingkungan Hidup. Gesang adalah seorang seniman yang sadar, yang berwawasan Lingkungan Hidup. Dengarlah:
Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi
Perhatian insani
Di musim kemarau
Tak s'brapa airmu
Di musim hujan
Air meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung Gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh
Akhirnya ke laut
Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang lalu
Slalu naik itu prahu
Cobalah perhatikan bait maupun bagian-bagin bait yang dicetak tebal. Gesang meratapi keadaan Bengaan Solo di masa kini, riwayatmu ini. Keadaan Gunung Seribu sekarang yang sudah gersang menyebabkan hulu Bengawan Solo tidak lagi mampu menyerap hujan. Kalau musim kemarau air Bengawan Solo sudah kurang karena pada waktu hjan air di hulu Bengawan Solo itu lebih banyak mengalir dari yang diserap Gunung Seribu, sehingga di musim hujan air Bengawan Solo banjir, meluap sampai jauh.
Tidak seperti dahulu riwayatnya dulu. Bengawan Solo menjadi lalu-lintas air, karean sepanjang tahun keadaan air Bengawan Solo, perbedaan antara permukaan air sungai pada waktu kemarau dengan di musim hujan tidak seberapa. Demikianlah Analisis Lingkungan Gesang yang dituangkan dalam syair lagu Bengawan Solo. Kasihan Gesang, apa yang dicoba diungkapkannya tentang perubahan lingkungan Bengawan Solo antara riwayatmu ini dengan riwayatnya dulu terpupus oleh doktrin ultilitarianisme dunia periklanan.
Itu baru sebuah contoh bagaiamana dunia periklanan dengan doktrin asas kemanfaatan itu. Yang paling memuakkan tubuh perempuan untuk promosi, dan juga tak terlepas dari ucapan berselera rendah: "Cowok-cowok pada menempel kaya' perangko".
Lagi-lagi catatan pinggir, mengenai istilah perempuan yang saya pakai di atas, mengapa saya tidak memakai istilah wanita. Perempuan adalah istilah asli Melayu, Batak, Jawa, Luwu, Selayar. Asal katanya empu. Empu jari bagian jari yang utama. Tanpa empu jari kita tidak mampu memegang. Empu dalam bahasa Melayu berarti tuan, perempuan berarti yang dipertuan. Ompu adalah gelar kemuliaan orang Batak. Si Singa Mangaraja juga bergelar Patuan Ompu Pulo batu. 'Mpu adalah gelar kehormatan orang Jawa, seperti 'Mpu Tantular. Opu adalah gelar bangsawan orang Luwu dan Selayar. Jadi perempuan bermakna yang dipertuan, yang dihormati, yang utama, yang memegang peranan. Sedangkan wanita? Berasal dari bahasa Sangsekerta vanita, artinya yang dimiliki. Vanita, wanita, banita lalau terjadi gejala pertukaran konsonan n dengan t, menjadilah betina, yang hanya khusus untuk binatang. Sayangnya makna milik dari vanita ini jadinya merasuk ke dalam empu, yang sekarang sudah bearti milik.
Jadi tidak mesti kebudayaan Hindu (baca Sangsekerta) lebih beradab dari kebudayaan asli Indonesia. Bahasa menunjukkan kemuliaan, keberadaban bangsa.
*** Makassar, 31 Oktober 1993
24 Oktober 1993
[+/-] |
100. Tradisi Keilmuan Ummat Islam |
Sebenarnya saya ingin sekali turut berpartisipasi secara pasif, yaitu menguping, dalam seminar yang berlangsung di auditorium Aljibra UMI Kampus Baru, Selasa 12 Oktober 1993, utamanya ingin sekali menguping sajian Nurkhalis Majid. Sayang sekali keinginan menguping itu tidak terlaksana, karena waktunya berimpit dengan kegiatan akademik, yaitu ujian meja mahasiswa. Yang sempat saya berpapasan adalah dengan kendaraan pemakalah Mattulada memakai songkok, suatu penampilan yang agak langka baginya, yang dalam penampilan keseharian biasanya tidak berpeci. Demikian pula perihal kendaraan yang dikendarai oleh sahabat lama saya ini sejak di Sihan Gakko di Nengo dahulu, sayang untuk tidak direkam dalam media cetak. Kendaraan itu tersesat di lapangan parker sebelah Barat. Itu adalah peristiwa langka, tersesat dalam Kampus Baru UMI yang relatif kecil itu pada waktu menuju ke auditorium Aljibra di pingir lapangan parker Timur.
Terakhir sekali saya bertatap muka secara langsung dengan Nurkholis Majid dalam permulaan tahun 70-an di Perpustakaan Umum Makassar yang gedungnya sudah dibongkar disulap menjadi hotel di Jalan Kajao (DR) Laliddo, dalam majelis yang sangat terbatas, hanya berjumlah 5 orang: Nurkholis Majid, M.Quraisy Syihab (sekarang Rektor Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, tempat Nurkholis Majid menjadi dosen), A.Rahman Rahim (sekarang Koordinator Kopertis, mantan Atase Kebudayaan di Arab Saudi), Halide (sekarang Atase Kebudayaan di Arab Saudi) dan saya sendiri. Yang dibicarakan dalam majelis terbatas itu adalah gagasan sekularisasi Nurkholis yang menghebohkan itu.
Sekularisasi Nurkholis Majid menyimpang dari pemahaman yang dianggap mapan, namun Nurkholis pandai berkelit dengan senjata pamungkas: "bukan begitu maksud saya. Sekularisasi bukanlah sekularisme", demikian kelit Nurkholis Majid. Tidak ada kesimpulan yang disepakati dalam perbincangan itu, oleh karena saya tetap bertahan, bahwa menduniakan yang dianggap sakral (sekularisasi) dengan pemisahan dunia dengan akhirat (sekularisme), keduanya berasal dari sumber yang sama: "Geeft dan den Keizer wat des Keizers is, en Gode wat Gods is (Marcus 12:17)", berikanlah kepada Kaisar yang milik Kaisar, dan berikanlah kepada Tuhan apa yang miliknya Tuhan. Dari Marcus (12:17) ini diturunkanlah paradigma sekularisme yang terkenal dalam sejarahnya orang barat: "Scheiding tussen staat en kerk", pemisahan atau dikhotomi antara negara dengan gereja.
Maka apa yang dapat saya peroleh yang saya anggap menarik dibicarakan dalam kolom ini hanya berasal dari sumber informasi sekunder, melalui media cetak. Ketika Nurcholis Majid berada di Iran ia mengagumi keadan para Mullah di negeri itu, oleh karena tradisi keilmuan di negeri itu sudah lama terbentuk. Menurut Nurholis dalam dialog terasa nampak sekali perbedaan yang menyolok antara Ahlussunnah dengan Syi'ah, tetapi tidak menimbulkan ketegangan. Sebabnya ialah para Mullah itu walaupun menghadapi perbedaan paham, mereka tetap menghargai pendapat orang lain. Sikap keterbukaan menghargai paham orang lain adalah akibat para ulama Syi'ah itu memiliki perlengkapan ilmiyah yang bagus, produk tradisi keilmuan yang telah lama terbentuk itu. Nurkhalis menganjurkan agar ummat Islam di Indonesia yang Ahlussunnah ini harus mempersiapkan perlengkapan keilmuan yang bagus agar dapat maju dalam pemikiran yang kontemporer.
Pada waktu kecil saya banyak mendengar ucapan yang negatif tentang Syi'ah. Namun dalam hati kecil saya kurang senang mendengarkannya, karena tidak sesuai dengan Pau-Pauanna Bagenda Ali, Hikayat Baginda Ali, yang diperdengarkan dengan gaya sinrili', dalam arti lagu dan irama, namun tanpa kesokkeso', dihikayatkan oleh penghikayat dalam sikap terlentang menengadah berbantalkan kedua telapak tangan, dengan lengan yang dilipat di belakang. Adapun yang saya kurang senangi, yang tidak seirama dengan Pau-Pauanna Bagenda Ali itu, utamanya dua hal yang berikut: Pertama dikatakan bahwa Al Qurannya Syi'ah 31 juz, yang kedua bahwa Jibril salah alamat, mestinya risalah kenabian itu ditujukan pada Ali, tetapi yang menadahnya adalah Muhammad. Setelah saya dewasa dan membaca Mahabharata versi Walmiki, saya melihat bahwa sumber inforamasi salah alamat itu berasal dari utusan dewa yang salah memberikan senjata pamungkas. Mestinya dialamatkan kepada Harjuna, tahu-tahu utusan itu memberikannya kepada Karna. Jadi rupanya cerita salah alamat itu tidak bersumber dari israiliayat, melainkan bersumber dari sastra Hindu. Bagaimana dengan Al Qurannya Syi'ah yang 31 juz? Sekarang ini di rumah saya di antara koleksi buku saya kalau itu terlalu menterang untuk dikatakan Perpustakaan Pribadi yang kecil, ada sebuah Kitab Al Quran cetakan Qum, Iran, terdiri atas 30 juz, 114 Surah, tidak berbeda dengan Al Quran hadiah umum dari Al KHadamu lHaramain, pelayan dua kota suci, Raja Fahd dari Kerajaan Arab Saudi yang dihadiahkan melalui portir lapangan udara King Abdul 'Aziz, di Jeddah. Jadi kedua cerita yang negatif tentang Syi'ah itu tidak mengandung kebenaran sama sekali.
Kembali pada apa yang dikemukakan oleh Nurkholis Majid agar ummat Islam di Indonesia mempersiapkan perlengkapan keilmuan yang bagus, maka dalam kolom ini saya telah menyumbangkan sekelumit pemikiran dalam Seri 099 hari Ahad yang lalu tentang Metode Pendekatan Qawliyah-Kawniyah. Yaitu antara lain dalam yatafaqqahu fi ddiyn tidak berhenti dalam tahap ijtihad di bidang hukum atau penafsiran di luar bidang hukum. Tidak berhenti dalam keadaan status quo yang tidak memecahkan permasalahan, mengendap dalam qala wa qiyla. Tradisi keilmuan ini harus berlanjut dalam metode pendekatan. Tahap ijtihad dan penafsiran itu harus dilanjutkan ke tahap ujicoba, seperti telah diuraikan sedikit teperinci dalam Seri 099, dengan mengambil contoh SDSB.
Sebenarnya apa yang dipertentangkan oleh Ahlussunnah dengan Syi'ah dalam lapangan politik-kenegaraan sudah kadaluarsa sekarang. Seperti diketahui yang dipertentangkan itu adalah hal penerus RasuluLlah sebagai kepala negara, yang Ahlussunnah berdasarkan atas pemilihan dengan musyawarah, sedangkan yang Syiah atas dasar washiyat. Bukankah itu sudah kadaluarsa, Syi'ahpun sekarang ini sudah memakai asas pemilihan dengan musyawarah yang contoh empirisnya adalah Republik Islam Iran. Dengan kadaluarsanya silang sengketa dalam bidang politik-kenegaraan ini, tentulah elok kiranya jika itu ditingkatkan dalam bidang tradisi keilmuan di kalangan ummat Islam. Upaya ini hanya dimungkinkan dengan menanamkan sikap keterbukaan, sehingga suara sumbang yang biasa didengar menjadi merdu. Seperti misalnya suara sumbang yang ditujukan kepada Jalaluddin Rahmat bahwa dia itu sudah menjadi Syi'ah, atau sekurang-kurangnya dia sudah bukan Ahlussunnah lagi, namun belum sampai menjadi Syi'ah. Mudah-mudahan upaya keterpaduan tradisi keilmuan ummat Islam itu kiranya dapat terwujud, insya-Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 24 Oktober 1993
18 Oktober 1993
[+/-] |
098. Allah Mencipta lalu Menyempurnakan |
Dalam S.Al A'la 1-3 Allah berfirman: Sabbihisma Rabbika lA'la. Alladzie khalaqa fasawwa-. Walladziy qaddara fahada-. Sucikanlah nama Maha Pengaturmu Yang Maha Tinggi. Yaitu Yang mencipta lalu menyempurnakan. Yaitu yang mentaqdirkan dan mengarahkan.
Allah mengatur hasil ciptaanNya dengan TaqdiruLlah yang dapat dipelajari oleh manusia dalam batas tertentu. Yaitu proses alamiyah yang dapat ditangkap oleh pancaindera dan instrumen. Ayat yang dikutip di atas itu menunjukkan makhluk itu sesudah diciptakan Allah dimulai dari tidak sempurna kemudian berproses menjadi sempurna menurut Taqdir Allah, TaqdiruLlah.
Makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna adalah manusia, fiy ahsani taqwiym, sebaik-baik kejadian. Artinya manusia itu adalah akhir dari proses makhluk menjadi sempurna. Ini dapat kita lihat dalam S.Al Hijr ayat 29 dan 30. Wa idzqaala rabbuka li lmala-ikati inniy khaaliqun basyaran min shalshaalin min hamain masnuwn. Faidzaa sawwaytuhu- wanafakhtu fiyhi min ruwhiy ..., dan ingatlah ketika Maha Pengaturmu berkata kepada para malikat sesungguhnya Kuciptakan manusia dari tanah kering dari tanah hitam yang berubah. Ketika telah Kusempurnakan dia Kutiupkan ruh ciptaanKu kedalam tubuhnya...
Dapatkah teori evolusi dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahami proses penyempurnaan makhluk ciptaan Allah menjadi manusia yang fiy ahsani taqwiym, sebaik-baik kejadian?
Ada dua keberatan. Yang pertama, Adam dan Hawa tinggal dalam jannah, bersuka-ria di dalamnya, makan buah-buahan apa saja yang mereka inginkan (S.Al Baqarah 35). Bagaimana mungkin proses evolusi dapat menjangkau ke sana. Keberatan yang kedua adalah jika diperhadapkan pada kejadian Hawa dari tulang rusuk Adam. Kedua substansi tersebut, yaitu Adam dan Hawa tinggal dalam jannah, dan Hawa dari tulang rusuk Adam, insya Allah akan dibahas tersendiri.
Allah berfirman dalam S. Al Baqarah 30: Wa idz qaala rabbuka li lmala-ikati inniy ja-'ilun fi l.ardhi khaliyfatan, qaluw ataj'alu fieha man yufsidu fieha wa yasfiqu ddima-a ..., ingatlah ketika Maha Pengaturmu berkata kepada para malaikat, sesungguhnya akan Kujadikan khalifah diatas permukaan bumi, berkatalah para malaikat, apakah Engkau akan menjadikan di atasnya, yang merusak dan menumpahkan darah, ...
Dari manakah malaikat dapat tahu bahwa bakal khalifah itu dari jenis makhluk yang suka merusak dan menumpahkan darah? Pada hal malaikat tidak diberi pengetahuan oleh Allah tentang hal itu? Nama-nama atau identitas benda-benda saja para malaikat tidak tahu, malahan Allah menyuruh menanyakan identitas benda-benda itu kepada Adam. Adapun malaikat dapat mengetahui sifat jelek itu dari apa yang telah disaksikannya. Artinya sudah ada makhluk yang seperti Adam postur tubuhnya. Bedanya makhluk pra-Adam itu dengan Adam dan Hawa adalah makhluk pra-Adam hanya diberi naluri saja. Sedangkan Adam dan Hawa di samping naluri sudah diberi nafs (jiwa, kedirian, personality) dan ruh oleh Allah SWT, dan inilah akhir dari proses penyempurnaan fiy ahsani taqwiym, manusia terdiri atas tataran jasmani, nafsani dan ruhani Dengan ruh itu Adam dan Hawa mempunyai tenaga batin dan menjadi makhluk berakal. Adam dan Hawa serta keturunannya apabila mati naluri dan nafsnya berhenti bekerja dan ruhnya berpindah ke alam barzakh seterusnya ke alam akhirat. Sedangkan makhluk pra-Adam yang hanya punya naluri saja seperti binatang yang lain, jika mati nalurinya berhenti bekerja, dan karena tidak punya ruh, tidak mempunyai hari kemudian.
Adam dan Hawa diciptakan dari tataran nafs (diri) yang satu seperti firman Allah dalam (S. An Nisa-, 1): Ya-ayyuha nna-su ittaquw rabbakumu lladzie khalaqakum min nafsin wa-hidatin wa khalaqa minha- zawjaha- wa batstsa minhuma- rija-lan katsiyran wa nisa-an (S.AnNisa-u,1). Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Maha Pengaturmu yang telah menciptakan kamu dari diri (jiwa) yang satu dan dari padanya menciptakan jodohnya dan dari pada keduanya memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Nafsun wahidatun (gender perempuan) dalam ayat itu jelas tidak menunjuk kepada Adam, melainkan menunjuk kepada tataran nafsani Adam, karena Adam itu mudzakkar (gender laki-laki). Lalu bagaimana pula tentang Hawa itu berasal dari salah satu tulang rusuk Adam? Itu tidak ada disebutkan dalam Al Quran. Yang disebutkan dalam Al Quran, ya seperti dalam (S. An Nisa-, 1) di atas itu, keduanya diciptakan dari diri (jiwa) yang satu. Seperti telah termaktub di atas, insya-Allah perkara tulang rusuk ini akan dibahas dalam seri tersendiri.
Karena berakal itulah Adam dapat menerima pelajaran bahasa dari Allah SWT, dan anak keturunannya mampu berkebudayaan, karena salah satu faktor penting dalam menumbuhkan kebudayaan adalah bahasa. Orang berdzikir dan berpikir memerlukan bahasa. Makhluk pra-Adam itu belum mengenal bahasa yang berstrukur, yah hanya berbahasa dengan bunyi, seperti bahasa binatanglah. Karena itu makhluk pra-Adam itu tidak dapat berbudaya, sehingga tidak mampu struggle for existence, akhirnya punah, seamsal makhluk pra-Adam Neanderthal. Yang mampu bertahan adalah makhluk keturunan Adam dan Hawa, yaitu kitalah ini manusia yang berakal.
Ada TaqdiruLlah yang berlaku umum yaitu aturan Allah yang "ditanam" di universe. TaqdiruLlah yang ditanam itu dapat dikaji oleh sains, termasuk proses evolusi yang diprogramkan oleh Allah hingga manusia pra-Adam, manusia purba yang disebutkan "banu jan" . Perkara penciptaan Adam dan Hawa memalui TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universe. TaqdiruLlah yang tidak ditanam ini seperti: Nabi Muhammad SAW diisra/mi'rajkan oleh Allah, dari sela-sela jari beliau keluar air, Nabi Ibrahim AS tidak dimakan onggokan api, tongkat Nabi Musa AS membelah L. Merah, Nabi Isa AS dilahirkan tanpa ayah serta beliau dapat menghidupkan orang mati dengan seizin Allah SWT. Demikianlah Adam dan Hawa diciptakan langsung dari tanah, tidak mengalami proses evolusi. Postur tubuhnya diciptakan Allah dengan "model" berupa duplikat makhluk pra-Adam atau manusia purba (banu jan), sehingga menurut penelitian dengan Serelogi secara experimental didapatkan bahwa reaksi serum menunjukkan adanya hubungan kekerabatan sedikit antara manusia dengan kera berhidung pesek, hubungan kekerabatan yang lebih nyata antara manusia dengan orang utan, dan yang paling dekat kekerabatannya dengan manusia adalah chimpanze.
Jadi apabila teori evolusi itu benar, maka hanya terbatas hingga manusia purba. Namun teori evolusi itu perlu disempurnakan dengan nilai tawhid: Bukan blind evolution by chance, melainkan evolusi yang terarah, menurut TaqdiruLlah yang umum yang ditanam di universe, diarahkan oleh Allah SWT sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur, khalaqa fa sawwa, mencipta lalu menyempurnakan melalui proses evolusi dan secara lompatan. Maksudnya dengan "lompatan" itu artinya tidak sinambung, yaitu terputus antara manusia purba dengan Adam. Sekali lagi diingatkan bahwa penciptaan Adam dan Hawa melalui TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universe, jasmani Adam diciptakan langsung dari tanah dengan tidak melalui proses evolusi. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 18 Oktober 1993
17 Oktober 1993
[+/-] |
099. Memerdekakan Sains dari Atheisme dan Agnostisisme. |
Menuju Satu Sistem Pendekatan Ayat Qawliyah-Kawniyah
Atheisme adalah faham yang menolak tentang adanya Tuhan. Lembaga pendukungnya berupa negara komunis USSR, yang sekarang sudah mantan, selama sekitar 70 tahun tampil di panggung dunia dan sempat menjadi salah satu raksasa. Sebelumnya di Indonesia lembaga pendukung atheisme yaitu PKI telah hancur 28 tahun lalu. Sungguhpun lembaga pendukung itu sudah lenyap, namun atheisme ini masih kuat kukunya mencengkeram sains tanpa disadari betul oleh para pakar apa lagi yang bukan pakar.
Agnostisisme adalah faham yang tidak mau pusing tentang Tuhan. Bagi mereka yang menganut faham ini adanya Tuhan ataupun tidak adanya Tuhan bukanlah masalah yang harus diseriusi. Faham ini tidak didukung oleh yang melembaga tetapi secara sporadis didukung oleh para filosof seperti misalnya Betrand Russel. Sama dengan atheisme, agnostisisme ini juga erat mencekik sains.
Pokok kepercayaan dalam dunia ilmiyah disebut dengan postulat. Keseragaman di alam raya ini adalah sebuah postulat dan itu merupakan asas filsafat dalam dunia ilmiyah. Postulat tentang keseragaman di alam raya ini dalam dunia ilmiyah yang tidak mau tahu tentang Tuhan, yang diwarnai oleh atehisme dan agnostisisme, sama sekali tidak ada dasarnya, karena diterima begitu saja, tanpa alasan apa-apa.
Sebagai ilustrasi, kalkulasi matematis Einstein tentang gravitasi dengan aljabar tensor, ada 20 koefisien gravitasi yang disebut koefisien kelengkungan (coefficients of curvature). Kalau semua koefisien itu nol berarti geometri ruang-waktu datar, gravitasi tidak ada. Kalau semua harga koefisien kelengkungan itu sembarangan maka gravitasi juga akan bekerja sembarangan, artinya tidak ada keteraturan di alam ini. Einstein memilih tengah-tengahnya, 10 koefisien yang nol, dan 10 koefisien yang sembarangan. Ini memberikan hasil geometri ruang-waktu tidak datar dan gravitasi diikat hukum tertentu dan berlaku di mana-mana di dalam geometri ruang-waktu. Kita mempunyai asusmsi bahwa Einstein percaya akan adanya Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Namun Einstein tidak mengaitkan suatu apapun kepada Allah tentang keseragaman dan keteraturan hasil ciptaanNya dalam Teori Relativitas Umumnya, karena Einsteinpun taat pada warna ilmu yang memihak kepada golongan atheist agnostik, tidak boleh menyebut-nyebut Allah dalam sains.
Jika sains itu berasaskan tawhid, Allah Maha Esa dalam zatNya, Maha Esa dalam oknumNya, Maha Esa dalam sifatNya dan Maha Esa dalam PerbuatanNya, maka prinsip keseragaman, keuniversalan dan keteraturan alam semesta di alam raya ini kuat dan logis landasannya. Artinya Allah SWT Yang Maha Esa, sebagai Al Khaliq sebagai Maha Pencipta dan Ar Rabb, Maha Pengatur, Maha Esa dalam perbuatanNya, membawa konsekwensi logis kuatnya landasan tentang keseragaman dan keteraturan alam semesta. Jadi Pendekatan Ilmiyah itu barulah kuat landasan dan titik tolaknya, apabila Pendekatan Ilmiyah berpangkal tolak dari Tawhied. Dunia ilmiyah harus dimerdekakan dari cengkeraman faham-faham atheist dan agnostik.
Pada kutub yang lain pemahaman Al Quran, yatafaqqahu fi ddiyn, sudah berhenti dalam tahap ijtihad di bidang hukum atau penafsiran di luar bidang hukum. Hanya berhenti dalam keadaan status quo, menurut qaul si fulan begini dan menurut qaul si fulan yang lain begitu. Sebagai contoh yang sangat sederhana ialah kasus SDSB. Sudah berhenti dalam tahap perumusan status quo: Ada faqih (pakar di bidang fiqh), yaitu Prof.DR. K.H.Ibrahim Hosen, yang Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan SDSB itu bukan judi, jadi tidak haram. Namun sejumlah faqih lain mengatakan SDSB itu judi, jadi haram. Inilah suatu keadaan status quo, yang tidak memecahkan permasalahan, mengendap dalam qala wa qiela. Di sinilah kelemahan pendekatan yatafaqqahu fi ddiyn dalam Ilmu Fiqh, yaitu tidak melanjutkan tahap ijtihad itu ke tahap ujicoba. Buat penelitian dari segala segi oleh lembaga yang independen dari lembaga pengelola SDSB itu. Penelitian itu harus menyangkut dari banyak segi seperti misalnya antara lain pengaruhnya terhadap prestasi oleh raga, kesehatan mental masyarakat dari penyakit pola pikir spekulatif dan khurafat, peredaran uang, etos kerja keras, kriminalitas dan lain-lain. Kemudian hasil penelitian itu dirujukkan pada kriteria Al Quran. Kalau mudaratnya lebih banyak dari manfaatnya maka itu adalah judi dan dalam hal ini haram hukumnya.
Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik yang dimaksud dengan isi Al Quran, yang disebut dengan ayat Qawliyah (terucap), maupun yang dimaksud dengan alam, yang disebut dengan ayat Kawniyah (kosmologik). Dalam kedua ayat di bawah ini jelas Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik sebagai ayat menyangkut isi Al Quran, maupun ayat tentang alam.
-- Wa laa tasytaruw bia-ya-tiy tsamanan qaliylan, dan janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan harga murah (S. Al Baqarah, 2:41) Wa yunazzilu mina ssama-i ma-an fayuhyiy bihi l.ardha ba'da mawtihaa inna fiy dza-lika laa-ya-tin liqawmin ya'qiluwn, dan diturunkanNya hujan dari langit, dan dengan itu dihidupkanNya bumi sesudah matinya, sesungguhnya dalam hal ini adalah ayat-ayat bagi kaum yang mempergunakan akalnya (S. Ar Ruwm,24).
Jadi baik isi Al Quran maupun alam semesta adalah sumber informasi, suatu fakta yang tak boleh diragukan. Kedua sumber informasi itu berasal dari Allah SWT, Sumber dari segala sumber. Dalam bahasa Indonesia dan juga bahasa lain kata ayat ini tetap dipakai, tidak usah diterjemahkan. Maka orang akan memfokuskan minatnya menghilangkan polarisasi pendekatan terhadap ayat Qawliyah dengan yang Qawniyah, melebur keduanya menjadi satu sistem, yaitu Pendekatan Qawliyah-Kawniyah, seperti berikut:
a. berlandaskan tawhid,
b. bertolak dari sikap ragu terhadap pemikiran manusia,
c. pengamatan,
d. penafsiran,
e. ujicoba.
Hasil pengamatan ditafsirkan. Penafsiran membuahkan teori. Teori adalah hasil pemikiran manusia, dan itu perlu diragukan, artinya belum tentu benar. Jadi harus diujicoba, yaitu dengan jalan merujukkannya pada sumber informasi, yaitu ayat Qawliyah dan Kawniyah. Ujicoba penafsiran Al Quran dirujukkan pada ayat-ayat Al Quran yang lain dan bila mungkin dirujukkan pula pada ayat-ayat alam. Demikian pula ujicoba terhadap penafsiran alam dirujukkan kepada ayat-ayat alam yang lain, dan bila mungkin dirujukkan kepada ayat Al Quran.
Hari Ahad lalu kita sudah tuliskan bagaimana teori evolusi itu diberi nilai tawhid, itu artinya kita sudah memakai metode Pendekatan Qawliyah-Kawniyah tahap awal, berlandaskan tawhid. Juga dalam tulisan tersebut, teori evolusi itu dijadikan ilmu bantu dalam memahami S.Al A'la, 2. Dari sisi lain itu berarti teori evolusi itu diujicoba dengan merujukkannya pada sumber informasi ayat Qawliyah S.Al A'la: Alladziy khalaqa fa sawwa-, yaitu Yang mencipta lalu menyempurnakan.
Namun perlu ditekankan di sini, bahwa tentu tidak semua ijtihad dan penafsiran itu dapat diujicoba, baik itu terhadap sumber informasi wahyu, yang Qawliyah, maupun terhadap sumber informasi alam, yang Kawniyah. Dalam hal ijtihad yang tidak dapat diujicoba merujuk pada ayat Qawliyah dan Kawniyah, maka ijtihad yang berbeda itu ibarat pakaian, dipakai dalam situasi yang cocok, ibarat pakaian tebal dipakai pada musim dingin, dan pakaian tipis dipakai pada musim panas.
Catatan: Seri ini adalah lanjutan dan sasaran akhir dari kedua seri sebelumnya, yaitu Teori Evolusi dan Allah Mencipta lalu Menyempurnakan. Maka eloklah kiranya ketiga seri tersebut dibaca berkesinambungan. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 17 Oktober 1993
3 Oktober 1993
[+/-] |
097 Teori Evolusi |
Apabila teori evolusi menyangkut bumi atau benda-benda langit yang lain misalnya, tidak ada masalah. Akan tetapi apabila menyangkut dunia binatang barulah ada masalah. Mengapa? Teori evolusi mengatakan bahwa binatang bersel satu sebagai awal evolusi dan manusia sebagai akhir evolusi. Bagaimana mungkin evolusi menyangkut manusia itu dapat diterima, jika diperhadapkan pada kejadian Hawa dari tulang rusuk Adam. Lagi pula dalam S.Al Baqarah 35 dapat kita baca: Wa qulna ya adamu skun anta wa zawjuka ljannata wa kula minha raghadan haytsu syi'tuma,... dan Kufirmankan ya Adam tinggallah engkau dan pasanganmu dalam jannah dan makanlah yang ada di dalamnya buah-buahan, bersenang-senanglah sekehendakmu berdua,...Kalau Adam dan Hawa diciptakan dalam jannah, bagaimana mungkin proses evolusi itu menjangkau ke sana?
Secara common sence teori evolusi ini menghina manusia yang diciptakan Allah sebaik-baik kejadian. Sampai hatilah Darwin mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet. Itu menghina nenek moyang kita Nabi Adam dan Hawa. Betulkah menurut teori evolusi Darwin manusia itu berasal dari monyet?
Di kepulauan Galapagos, yang terletak di Pasifik, sebelah barat Amerika Selatan, Charles Darwin (lahir dalam tahun 1809 di Shrewsbury, Inggeris) mendapatkan di sana burung pekicau bentuknya menyimpang dengan yang di daratan Amerika. Pada setiap pulau terdapat bentuk yang berbeda dari jenis yang sama. Kepulauan ini sudah lama terisolasi, sehingga burung-burung itupun juga sudah lama terisolasi. Begitupun keadaannya dengan penyu-penyu laut, terdapat pula penyimpangan dengan yang sejenisnya di pesisir Amerika Barat. Ia tiba kepada kesimpulan, bahwa burung-burung ataupun penyu-penyu yang berbeda itu berasal dari jenis yang sama, terjadinya perbedaan itu karena mengalami proses evolusi, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Maka mulailah ia menarik kesimpulan dengan generalisasi, bahwa setiap binatang yang sekarang ada persamaannya berasal dari jenis yang sama. Dengan mempergunakan hasil penelitian tentang fosil oleh Cuvir, lahir 1769, berkebangsaan Perancis, jadi lahir sebelum Darwin, generalisasi itu ia tarik terus, lalu tiba kepada kesimpulan bahwa binatang itu dimulai dari bentuk yang paling bersahaja, berangsur-angsur menjadi bentuk yang lebih komplex hingga yang paling komplex, manusia. Manusia dan monyet itu berasal dari jenis yang sama. Jadi Darwin tidak mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet.
Sebenarnya Darwin tidak sendirian, karena sebelumya secara terpisah Chevalier de Lamarck, lahir 1744, berkebangsaan Perancis juga tiba kepada kesimpulan yang sama dengan Darwin tentang evolusi. Menurut Lamarck perubahan secara evolusi itu terjadi, karena bagian tubuh dalam penggunaannya menyesuaikan diri dengan alam lingkungan hidupnya. Seamsal anjing laut kakinya sudah berbentuk sirip, karena berlama-lama turun temurun dipakai untuk berenang. Sedangkan Darwin menekankan perubahan itu disebabkan oleh seleksi alam berupa struggle for existence, perjuangan untuk mewujud, dan survival of the fittest, yang tertangguh bertahan hidup.
Perubahan eksternal (variasi phaenotypis) yang dikemukakan Lamarck dan Darwin ini dibantah oleh Ilmu Genetika, yaitu variasi phaeotypis itu tidak menurun ke generasi berikutnya, karena perubahan yang menurun itu (variasi genotypis) ditentukan oleh khromosom sebagai pusat kelestarian (heredity), jadi bersifat internal. Biarpun ekor kucing dipotong terus dari generasi ke generasi, tidak akan pernah menghasilkan kucing tanpa ekor, karena sudah terpola dalam khromosom, kucing itu punya ekor.
Pada mulanya duel antara teori evolusi variasi phenotypis ini dengan Ilmu Genetika seperti akan dimenangkan oleh Ilmu Genetika. Namun keadaan jadi terbalik setelah Hugo de Vries, berkebangsaan Belanda pada tahun 1903 memperkenalkan proses mutasi, perubahan bersifat internal, variasi genotypis, bahwa khromosom dapat berubah baik secara alami, maupun secara paksa. Mutasi yang alami terjadi oleh suhu dan kelembaban yang berubah mendadak secara tajam, sedangkan mutasi secara paksa, adalah dengan cara penyinaran. Dalam dunia pertanian dewasa ini mutasi secara paksa itu dilakukan dengan radiasi dari zat yang radioaktif. Bibit unggul padi misalnya didapatkan secara mutasi paksa ini. Setelah de Vries mengemukakan proses mutasi ini, maka duel antara teori evolusi dengan Ilmu Genetika dimenangkan oleh teori evolusi, bahkan Ilmu Genetika itu berbalik menjadi alat untuk menguatkan teori evolusi.
Dalam babak-babak terakhir teori evolusi mendapat bantuan lagi dengan ditemukannya Serelogi, ilmu perihal perseruman. Dengan Serelogi ini secara experimental didapatkan bahwa reaksi serum menunjukkan adanya hubungan kekerabatan sedikit antara manusia dengan kera berhidung pesek, hubungan kekerabatan yang lebih nyata antara manusia dengan orang utan, dan yang paling dekat kekerabatannya dengan manusia adalah chimpanze.
Nah, ini bukanlah hal yang dapat dianggap sepele, bukan perkara main-main. Bagi kita yang bukan dari bidang disiplin Biologi dengan mudah kita katakan coretlah itu teori evolusi, atau sekurang-kurangnya buanglah jauh-jauh dalam benak yang menyangkut dengan evolusi. Itu bertentangan dengan Kitab Suci. Namun bagi mereka dari bidang disiplin Biologi, tidak semudah itu untuk mencoret, karena dilatarbelakangi dengan pemahaman teori evolusi oleh trio Lamarck, Darwin, de Vries dengan bantuan Ilmu Genetika dan Serelogi seperti yang dikemukakan di atas. Saya masih teringat seorang teman dari disiplin Biologi, Wld Lbs. yang sempat guncang imannya. Wld ini bingung atau ikut Kitab Suci, atau ikut teori Darwin. Saya katakan kepadanya, tinggalkanlah itu Biologi, pindah jurusan. Tetapi dia itu kepala batu juga. "Saya tidak mau melarikan diri dari masalah," demikian ucapnya.
Cora Reno menulis: One cannot accept both Bible and evolution as truth. They are contradictory (Orang tidak dapat menerima kebenaran keduanya sekaligus, Bible dan evolusi sekaligus. Keduanya itu bertentangan), ["Evolution, Fact or Theory?", The Moody Bible Institute of Chicago, kaca 115]. Inilah latar belakang penulisan teori evolusi dalam kolom ini. Kita tidak ingin agar saudara-saudara kita dari disiplin Biologi seperti Wld Lbs yang terpecah kepribadiannya menjadi dua, di satu saat sebagai orang beriman dan di saat yang lain sebagai orang berilmu. Sebagai orang beriman harus menolak teori evolusi, sebagai orang berilmu ia harus menolak Kitab Suci. Mereka yang pecah kepribadiannya karena teori evolusi ini tidak memerlukan pelayanan ataupun santapan ruhaniyah dalam masalah ini, melainkan memerlukan santapan yang bersifat intelektual. Maka dimintalah kesabaran menunggu santapan intelektual ini hingga hari Ahad yang akan datang, insya Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar 3 Oktober 1993
26 September 1993
[+/-] |
096. Taktik dan Strategi dalam Perjanjian Hudaybiyah |
Pada zaman Jepang seorang serdadu Jepang membentak nakhoda perahu sambil meludahi kedua telapak tangannya: "Bagero, kunapa purahu kusituka?". Tentera Jepang kalau membentak dengan bagero disertai dengan meludahi telapak tangan itu berarti siap-siap untuk menempeleng. Ia marah besar kepada nakhoda perahu, oleh karena tujuan perahu menyimpang sekitar 45 derajat ke kiri dari arah pulau yang akan dituju, p.Jampea. Melihat gelagat tentera Jepang yang menyandang samurai itu, nakhoda perahu dengan tenang menatap mata heitai Jepang itu dengan sinar mata yang tajam dengan "pandangan berisi", yang mengandung pengaruh sirap. Hasilnya, Jepang itu tertunduk, sikapnya melemah, butir-butir keringat menyembul di keningnya. Dahulu para nakhoda perahu bukan hanya terampil melayarkan bahtera saja, melainkan harus pula menguasai ilmu "pandangan berisi" sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi nakhoda. "Tuan, kita menggergaji, kita mendapat angin sakal, bukan angin buritan", nakhoda itu menjelaskan. Sungguhpun serdadu Jepang itu kurang begitu mengerti penjelasan sang nakhoda, ia mangguk-mangguk saja, maklumlah hatinya sudah kecut oleh sinar mata sang nakhoda. Apa sesungguhnya yang terjadi ialah perahu itu harus menempuh lintasan seperti mata gergaji, zig zag, oleh karena angin tidak bertiup dari belakang perahu. Itu biasa dalam dunia pelayaran, yang belum difahami oleh serdadu Jepang itu.
Yang berikut ini bukan kejadian masa silam melainkan cerita yang sering terjadi di zaman modern ini. Seorang remaja berpapasan dengan temannya dalam arah berlawanan. Yang satu memberikan isyarat kepada yang lain, suatu isyarat yang cukup difahami oleh remaja lainnya, "ada sweeping". Remaja yang diberi isyarat membelokkan kendaraannya menyimpang 90 derajat dari arah semula memasuki jalan kecil.
Kejadian pada musim gugur 1973, saya naik trein dari Den Haag (tempat saya bermukim selama di negeri Belanda) ke Amsterdam. Dalam trein di depan tempat duduk saya duduk seorang nyonya. Hampir bersamaan menyapa, nyonya itu sekejap lebih dahulu: "Waar gaat U heen?" [tuan mau kemana]. "Naar Brussel, mevrouw" [ke Brussel, nyonya], sahut saya. Nyonya itu agak tertegun, kemudian berkata lagi: "Maar mijnheer, U bent in de verkeerde richting. Deze trein komt van Brussel [Tetapi tuan, tuan berada dalam arah yang salah, trein ini dari Brussel]. "Nee mevrouw ik ben niet in de verkeerde richting. Ik moet naar Schiphol gaan, en daarna ga ik met twinotter naar Brussel vliegen" [Tidak nyonya, saya tidak dalam arah yang salah, karena saya mesti ke Schiphol dahulu dan dari sana saya akan terbang dengan twinotter ke Brussel], jawab saya. Apa sesungguhnya yang terjadi, saya dalam perjalanan pulang ke tanah air. Pada hari keberangkatan yang saya rencanakan sudah kehabisan tiket GIA di Schiphol (lapangan terbang di Amsterdam). Ada keengganan yang tiba-tiba datang begitu saja dalam hati saya untuk terbang ke tanah air naik KLM (Koninkelijke Luchtvaart Maatshappij = GIA-nya Belanda). Menurut petunjuk dari brosur saya dapat menunggu GIA dari London di Brussel (ibu kota Belgia). Ternyata seat masih tersedia di Bussel keesokan harinya, maka saya belilah tiket untuk itu. Keesokan harinya pada hari keberangkatan itu saya naik trein dari Den Haag ke Amsterdam seperti yang saya ceritakan di atas itu. Kengganan saya untuk naik KLM itu didorong oleh firasat yang membawa hikmah. Saya baca di koran Jakarta setibanya di tanah air, justru KLM, yang nyaris saya tumpangi hari itu di Schiphol, dibajak.
Apa yang terjadi dalam ketiga cerita di atas itu, nakhoda, remaja dan saya sendiri itu, kalau diterjemahkan ke dalam ilmu manajemen adalah perencanaan taktis yang tujuannya menyimpang dari perencanaan strategis. Dalam hal nakhoda itu, arah perencanaan taktis menyimpang 45 derajat dari arah perencanaan strategis, berlayar ke p.Jampea. Adapun halnya dengan remaja kita itu yang menuju ke selatan kota dalam melaksanakan rencana strategisnya, arah perencanaan taktis menyimpang 90 derajat dari arah yang stategis. Sedangkan yang terjadi pada diri saya perencaan taktis ke Schiphol, menyimpang 180 derajat dari arah perencanaan strategis ke Brusel.
***
Dalam perundingan Hudaybiyah yang menghasilkan Perjanjian Hudaybiyah, dalam proses penandatanganan perjanjian itu kita dapat melihat RasuluLlah SAW sebagai diplomat dan strateg ulung. Bagaimana upaya taktis beliau dalam rangka mencapai tujuan strategis, tidak dapat difahami oleh para sahabat, bahkan Umar dan Ali radhiya Llahu 'anhuma menyatakan ketidak setujannyya kepada RasuluLlah. "Ya RasululaLlah, apakah kita ini tidak benar?" "Kita benar, ya Umar!" Tetapi RasuluLlah mengapa kita mesti mengalah demikian banyak?" Adapun yang diprotes Umar dan Ali radhiya Llahu 'anhuma ada empat butir. Yang pertama, BismiLla-hi rRahma-ni rRahiem disanggah oleh Suhail yang utusan kaum kafir Quraisy. Suhail menghendaki bismika Allahumma, alasan Suhail Allah mereka kenal, tetapi arRahma-n dan arRahiem tidak dikenalnya, dan itu diiyakan RasuluLlah. Yang kedua, Suhail menghendaki Muhammad RasuluLlah diganti dengan Muhammad ibn 'AbdulLah, alasan Suhail, justru karena Muhammad memaklumkan dirinya nabi, maka terjadi perang di antara kedua pihak. Lagi-lagi RasuluLlah mengiakan. Yang ketiga, apabila ada penduduk Makkah ke Madinah maka pihak Madinah harus mengembalikannya, jika diminta oleh pihak Makkah. Yang keempat, apabila ada penduduk Madinah ke Makkah, pihak Madinah tidak berhak menuntutnya kembali ke Madinah. Setelah Suhail pergi, maka RasuluLalah SAW mnjelaskan bahwa dengan Perrjanjain Hudaybiyah itu Madinah telah diakui sebagai negara oleh pihak Makkah dan itu sangat strategis. Perihal yang pertama, esensinya tidak berubah, bismika Allahumma dan Bismi Llahi rRahman rRahiem keduanya mengandung makna atas nama Allah. Yang kedua, Muhammad RasuluLlah dan Muhammad ibn AbduLlah keduanya mengandung nama Allah dan Muhammad. Yang ketiga, ummat Islam Madinah yang sudah mantap imannya dapat dikirim ke Makkah untuk berda'wah tentu secara bijaksana, dan kalaupun ada penduduk Madinah yang lari ke Makkah karena murtad, buat apa dia kembali ke Madinah lagi. Yang keempat, penduduk Makkah yang sudah Islam dan terpaksa melarikan diri dari Makkah, mereka tidak akan lari ke Madinah, melainkan akan membentuk kelompok ummat Islam di luar Madinah, yang tidak diikat oleh Perjanjian Hudaybiyah. Dikemudian hari kelompok tersebut mengganggu jalur kafilah dagang Abu Sufyan, dan tentu saja pihak Makkah tidak dapat menuntut apa-apa ke pihak Madinah. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 26 September 1993
19 September 1993
[+/-] |
095. Sihir (bagian akhir) |
Di alam syahadah (physical world) ini ada berjenis-jenis wujud energi yang kita kenal. Dalam hirarki kerajaan energi ini yang paling tinggi kedudukannya ialah energi nuklir, yaitu energi yang mengikat proton dalam inti atom supaya tidak lepas berantakan. Yaitu melawan kekuatan gaya elektromaknit yang saling tolak di antara proton yang bermuatan sama. Energi nuklir ini berdegradasi turun pangkat menjadi energi radiasi. Seamsal reaksi thermonuklir dalam proses fusi atom hidrogen menjadi helium di matahari. Empat atom hidrogen berfusi menjadi satu atom helium ditambah radiasi sinar gamma, yang berwujud dua muka, gelombang elektromagnet atau partikel. Sang dua muka ini ditampung oleh zat asysyajaru l-akhdhar (khlorophyl) lalu turun pangkat melalui proses photosynthesis menjadi energi potensial molekuler kimiawi dalam makanan dan bahan bakar. Turun pangkat lagi menjadi energi kalor dalam proses respirasi. Pada sisi lain terdapat pula energi potensial dalam medan gravitasi. Seamsal batu yang dibawah ke atas puncak menara. Kalau dilepas ke bawah energi potensial itu secara berangsur menjadi energi kinetik, dan tertumbuk di lantai beton. Pada waktu itu energi kinetik itu turun pangkat menajdi energi kalor. Jadi energi kalorlah yang paling rendah pangkatnya.
Dalam ilmu panas atomistik (atomistische warmte leer) energi kalor ini dikenal dengan energi dalam (internal energy), yaitu bagian dari enthalpy yang dikenal dalam thermodynamica. Apakah ada tataran (level) energi yang lebih tinggi dari energi nuklir? Allah menjadikan manusia fie ahsani taqwiem, sebaik-baik kejadian. Dalam diri manusia tersimpan energi ruhaniyah, yang dalam ilmu tarikat disebut energi batin, dalam dunia persilatan dikenal sebagai energi dalam (lwee kang), dalam dunia magis dikenal dengan mana, wakan, manitou dll. Inilah sumber energi yang dimanfaatkan oleh ahli sirap (hypnosis). Telepathypun termasuk dalam aplikasi energi batin ini, yang disalurkan melintasi jarak. Besar kemungkinan tay lo ie sinkang masuk jenis ini. Tay lo ie sinkang adalah tenaga dalam (lwee kang) yang mengenai seseorang tanpa menyentuhnya. Juga pengobatan dan pencederaan jarak jauh termasuk di sini, yang pertama disebut white magic dan yang kedua disebut black magic, guna-guna.
Karena sumber energi level tertinggi ini sumbernya dalam diri manusia, tidak termasuk yang ghaib. Apa pula beberapa praktek penyaluran energi ini telah dapat dideteksi secara eksperimental oleh instrumen. Dalam majalah Fate di Inggeris terbitan Juli 1959, ada sebuah artikel tentang hasil observasi eksperimental dari Mayne R. Coe. Ia berhasil mendeteksi medan energi (field of energy) yang menyelubungi sang penyirap yang sedang mempraktekkan hypnosis. Instrumennya dapat menangkap sinyal elektrostatik yang dipancarkan dari tubuh sang penyirap. Boleh jadi inilah penjelasan rasional tentang orang yang kebal. Yaitu medan energi yang membungkusnya cukup kuat, sehingga dapat berfungsi sebagai rompi anti peluru, dengan pengertian ujung senjata tidak mengenai kulit, ditahan oleh selubung medan energi tersebut.
S.J.Turlugin berhasil mendeteksi tenaga yang disalurkan menempuh jarak itu. Ia meletakkan jaringan kawat halus di antara depan mata penyirap dengan di belakang tengkuk yang disirap. Hasilnya? Sirapan tidak dapat menembus tirai itu. Pancaran energi penyirap dapat dibengkokkan arahnya ataupun dipantulkan dengan jaringan kawat halus tersebut. Kesimpulan Turlugin bahwa energi yang dipancarkan itu berupa gelombang elektromagnit yang berfrekwensi tinggi dengan panjang gelombang dalam ukuran millimeter.
Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, dan mungkin terjawab apakah energi level yang tertinggi dari manusia ini dapat disalurkan melalui gelombang radio ataupun televisi? Ataukah merambat melalui medium yang belum kita kenal? Dapatkah energi ini diserap oleh benda mati kemudian dipancarkan kembali seperti halnya dalam proses fluorscence seperti yang dikenal dalam ilmu fisika? Tidak asing bagi kita semua nomor jam ataupun tulisan dalam papan reklame dapat menyala dalam gelap, itulah yang disebut dengan proses fluorscence. Apakah ini penjelasan tentang kekuatan jimat (talisman, amulete), yaitu semacam proses fluorescence dari tenaga batin yang dipancarkan? Pertanyaan-pertanyyan ini hanya mungkin dapat terjawab, apabila tidak lagi polarisasi polarisasi antara ilmu fisika dengan ilmu sirap masih berjalan seperti sekarang ini. Hambatannya ke arah penelitian yang bersungguh-sungguh oleh karena anggapan bahwa kekuatan magis itu termasuk metafisika bahkan ada yang menganggapnya suatu tenaga ghaib.
Jadi kesimpulannya sihir ini tidak termasuk yang ghaib, karena dapat dipelajari dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang sumbernya dapat ditelusuri. Lalu bagaimanakah yang ghaib itu? Dalam shalat kita memohon kepada Allah: Ihdina shshirata lmustaqiem, tunjukilah kami jalan yang lurus. Maka Allah menjawab: Alif lam mim. Dzalika lkitabu la rayba fiehi hudan li lmuttaqien. Alladziena yu'minuwna bi lghaibi wa yuqiemuwna shshalata wa mimma razaqnahum yunfiquwn. Alif lam mim. Itulah Al Kitab tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi mereka yang taqwa. Yaitu yang beriman kepada Yang Ghaib (yang ghaib) dan mendirikan shalat dan dari sebagian yang kami rezekikan kepada meraka diinfakkannya (dikeluarkannya untuk fungsi sosial). (S.Al Baqarah 1,2,3).
Dalam masyarakat terdapat kerancuan tentang pengertian Ghaib (ghaib) ini. Maka perlu dicerahkan. Adapun Yang Ghaib (yang ghaib) tidak dapat ditangkap panca indera, tidak dapat dideteksi instrumen dalam laboratorium. Tidak dapat diketahui oleh manusia atas usahanya sendiri. Hanya dapat diketahui apabila Allah memberitahukan melalui wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Maka termasuklah dalam hal ini Allah SWT dengan sifat-sifatNya yang terungkap dalam 99 Asmau lHusna, 99 Nama-Nama Yang Terbaik. Asmau lHusna ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa informasi langsung dari Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi Muhammad RasuluLlah SAW. Bagi para Nabi dan Rasul wahyu itu tidak ghaib, tetapi bagi kita manusia biasa wahyu itu ghaib. Para malaikat, ini juga ghaib, tidak dapat ditangkap panca indera dalam wujudnya yang asli, juga tidak dapat dideteksi oleh instrumen laboratorium. Para malaikat hanya kita tahu keberadaannya melalui wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Termasuk di dalamnya pula alam ghaib, yaitu alam arwah yang diciptakan Allah sebelum alam syahadah (physical world), alam barzakh (perantara) dan alam akhirat. Termasuk pula pekabaran ghaib, yaitu hari kiamat (berbangkit dari kubur) dan hari perhitungan (yawmu lhisab, yawmu ddien). Itulah pengertian Yang Ghaib (Allah SWT) dan yang ghaib (malaikat, alam ghaib dan pekabaran ghaib).
*** Makassar, 19 September 1993
12 September 1993
[+/-] |
094. Sihir (bagian pertama) |
Tukang sihir Syria dahulu kala membuat pedang yang ampuh dengan jalan menusukkan pedang panas merah menyala ke perut budak. Penyihir ini berkeyakinan dalam darah manusia terdapat kekuatan magis, dan dengan proses penusukan itu berpindahlah tenaga magis itu ke dalam pedang. Pedang yang disihir oleh penyihir Syria itu betul-betul ampuh. Pedang yang berkekuatan magis itu dapat menebas putus pedang lawan yang tidak berisi kekuatan magis. Dalam dunia persihiran kekuatan magis ini dikenal dengan nama mana di kalangan bangsa-bangsa Proto dan Deutro Melayu di Kepulauan Nusantara dan Polynesia, dikenal dengan nama orenda di kalangan Indian Iroquios, wakan di kalangan Indian Sioux, manitou di kalangan Indian Algonquian dll.
Kita lanjutkan dengan kisah Boto Lempangang, bagaimana ia menempuh proses dramatik menjadi boto (futerolog) Kerajaan Gowa. Ia berasal dari Ampangang. Ia menantang boto kerajaan dalam keahlian ilmu sihir. Taruhannya? Apabila ia menang, ia akan menjadi boto kerajaan, dan apabila kalah ia dihukum mati. Maka dibentuklah panitia untuk melaksanakan sayembara sihir ini. Panitia menanam bajak dan sisir sawah. Kemudian sang penantang disuruh dahulu untuk menebak apa yang ditanam itu. Dengan serta merta orang dari Ampangang ini mengatakan itik putih dua ekor. Maka dipanggillah algojo untuk mengeksekusinya. Tetapi orang Ampangang ini menyela: "Tunggu, gali dahulu apa yang ditanam itu." Maka digalilah dan akhirnya melompatlah keluar dari lubang galian itu itik putih dua ekor. Saat itu juga ia dinobatkan menjadi Boto Kerajaaan Gowa. Begitu upacara pelantikan selesai, Boto Lempangang mendemontrasikan sihirnya pula. "Hai itik kembalilah kau pada wujudmu yang asal." Kedua ekor itik putih itu berubah menjadi bajak dan sisir sawah kembali. Berkomentarlah tau jaiya (majelis, large audience): "Tau anjari kananna." (orang yang mewujudkan ucapannya)
Apakah cerita dukun sihir Syria dan Boto Lempangang dan itu omong kosong belaka? Tunggu dahulu! Bagaimana dengan tukang sihir Syria itu? Ini bukan sihir, melainkan teknologi metalurgi yang dilatar belakangi dengan pemahaman kekuatan magis. Apa yang terjadi pada waktu pedang merah menyala itu ditusukkan ke perut budak, itu akan sama efeknya dengan menusukkannya ke dalam kantung kulit berisi air, juga akan sama efeknya dengan proses dalam dunia teknologi yang modern, yaitu menyembur pedang itu dengan ion-ion karbon. Dengan proses ini baja dapat diubah strukturnya menjadi malleable. Jenis alloy (logam campuran) besi-karbon jenis malleable ini baru didapatkan dalam metalurgi modern dalam abad ke-19, pada hal tukang sihir Syria dahulu kala sudah mendapatkannya jauh terlebih dahulu. Malleable ini sangat keras, makin digergaji makin keras. Terali besi penjara di Inggeris banyak yang memakai malleable ini.
Ilmu sirap (hypnosis) dalam perjalanan sang waktu yang panjang sekali ditengarai sebagai praktek sihir. Barulah dalam abad belakangan didemistifikasi, artinya mistik itu dirasionalkan, dan menjadi bagian dari proses penyembuhan dalam dunia kedokteran. Bahkan dalam beberapa negara proses penyembuhan dengan hypnosis ini dapat diasuransikan. Seorang penyihir yang unggul mampu menimbulkan ilusi optikal di kalangan tau jaiya. Seamsal tukang sihir India dengan kemampuan menimbulkan ilusi tali bergulung yang ujungnya tegak seperti ular kobra. Nah, Boto Lempangan sang penyihir yang dalam ungkapan rasional kekinian, berarti seorang ahli hypnosis yang yang mampu memberikan sugesti positif berupa ilusi optikal itik putih dua ekor. Di samping sugesti positif ada pula penyihir yang mampu memberikan sugesti negatif, dan ini dikenal dengan ilmu siraung di daerah ini. Dahulu orang yang silariang memakai ilmu ini, ilmu melenyapkan diri dari pandangan orang.
Dari manakah datangnya energi untuk keperluan ilmu sirap itu? Apakah energi tersebut itulah yang dikenal sebagai kekuatan magis dalam dunia persihiran yang dikenal sebagai mana di kalangan bangsa-bangsa Proto dan Deutro Melayu di Kepulauan Nusantara dan Polynesia, dikenal dengan nama orenda di kalangan Indian Iroquios, wakan di kalangan Indian Sioux, manitou di kalangan Indian Algonquian? Bagaimana seandainya itik putih atau tali itu difoto? Apakah kekuatan hipnosis itu mampu mempengaruhi pula sel photografik ataupun detektor elektrostatik? Apakah Itu tergantung pada tenaga yang tersimpan dalam diri penyirap yang mampu ia salurkan keluar?
Saya minta kesabaran anda sampai hari Ahad yang akan datang untuk jawaban berondongan pertanyaan itu!
*** Makassar, 12 September 1993
5 September 1993
[+/-] |
093. Mawlid dan Mawlud |
Besok 30 Agsutus 1993 Miladiyah bertepatan dengan 12 Rabiu lAwwal 1414 Hijriyah, adalah hari lahirnya Nabi Muhamaad RasuluLlah SAW. Maka mulai bulan ini hingga tiga bulan berikutnya ummat Islam seluruh dunia memperingati mawlid ataupun mawlud RasuluLlah SAW, seperti setiap tahun sebelumnya. Ada manusia yang sekadar produk sejarah saja. Ia datang tak menggenapkan, dan ia pergi tak mengganjilkan. Ia muncul dalam sejarah, kemudian gone with wind. Walaupun tidak pernah diadakan penelitian, kita yakin mayoritas manusia adalah seperti itu. Ada manusia yang tergolong minoritas, ia produk sejarah tetapi ia juga berperan dalam sejarah, mengubah sejarah. Para Rasul termasuk dalam golongan yang minoritas ini. RasuluLah SAW datang dengan risalah Rahmatan li l'Alamien. Rasulullah datang dengan tugas keRasulan dari Allah SWT untuk mengubah sejarah.
Kalau orang bicara mawlid maka kaitannya adalah waktu dan tempat, dan jika kita bicara mawlud maka itu menyangkut manusianya. Agar lebih jelas, diungkapkan dalam kalimat tanya. Bilamanakah dan di manakah mawlidnya? Siapakah yang mawlud? Manusia jenis pertama, yang mayoritas, datang di dunia tanpa menggenapkan, meninggalkan dunia tanpa mengganjilkan, buat yang jenis ini, orang hanya bicara tentang mawlid untuknya. Namun manusia golongan kedua, yang minoritas, yang datang di dunia ini mengubah sejarah, maka orang bicara tentang mawlid dan mawlud untuknya. Maka menyangkut Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, kita bicara kedua-duanya, mawlid dan mawlud.
Peringatan mawlid dan mawlud RasululLah SAW walaupun tidak ada dalam Al Quran maupun dalam sunnah Nabi, ummat Islam memperingatinya juga, karena dalam Al Quran dan sabda Nabi tidak ada larangan untuk memperingati mawlid, atau mawlud. Dalam hal ini perlu diperhatikan qaidah yang berikut: Yang menyangkut Syari'ah yang 'ubudiyaat, harus sami'na- waata'na-, ibadah langsung kepada Allah SWT, hubungan antara hamba dengan Khaliq, maka qaidahnya: sebuah tidak boleh, kecuali yang diperintahkan tidak boleh menambah ataupun mengurangi. Sebaliknya yang menyangkut mu'amalaat, ibadah kepada Allah secara tidak langsung, hubungan manusia dengan manusia berserta lingkungannya dengan nwaytu karena Allah, maka berlaku qaidah, semua boleh kecuali yang dilarang. Agar jelas akan diberikan contoh: Menurut ilmu hitung 4 lebih banyak dari 3, jadi eloklah kalau kita shalat maghrib 4 raka'ah sehingga pahalanya lebih banyak ketimbang yang 3 raka'ah. Shalat termasuk yang ubudiyyah, maka berlaku qaidah semua tidak boleh, kecuali yang diperntahkan. Shalat maghrib diperintahkan 3 raka'ah, tidak boleh pakai ilmu hitung, semua jumlah raka'ah dilarang, kecuali 3 raka'ah. Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan mempergunakan mekanisme pompa untuk memompa air zam zam, kok berani-beraninya al Khadam al Haramain menyuruh memasang pompa air zam zam dalam al Masjid al Haram. Maka jawabnya ini menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia, termasuk yang mu'amalah, semua boleh kecuali yang dilarang. Menurut Al Quran dan Sunnah Nabi tidak ada larangan mempergunakan mekanisme pompa dalam al Masjid al Haram, jadi pemakaian pompa itu boleh saja. *)
Dalam peringatan mawlid dan mawlud itu disampaikan pesan-pesan yang bernilai Islam, menyangkut bubungan antara manusia dengan manusia, yang termasuk mu'amalah, yaitu merupakan sub-sistem dari sistem pendidikan Islam, pendidikan informal yang termasuk dalam jenis pendidikan lingkungan, suatu sistem pendidikan yang tidak menuntut persyaratan formal, baik bagi yang menyampaikan pesan, maupun khalayak yang akan menerima pesan. Demikian pula tidak ada kurikulum tertentu, juga tidak mesti dalam jangka waktu tertentu pada tempat yang tertentu.
Satu-satunya informasi dalam Al Quran tentang mawlid RasuluLlah SAW adalah secara tidak langsung, yaitu hanya disebutkan situasi yang terjadi dalam tahun kelahiran RasuluLlah SAW, yaitu dalam S. Al Fiel: Alam tara kayfa fa'ala rabbuka bi ashhaabi lfiyl, tidakkah engkau lihat bagaimana Maha Pengaturmu menindak pasukan bergajah? Alam yaj'al kaydahum fiy tadhliyl, tidakkah dijadikanNya upaya mereka sia-sia? Wa arsala 'alaihim thayran abaabiyl, dan dikirimkanNya kepada mereka burung berbondong-bondong. Tarmiyhim bi hijaarain min sijjiyl, yang melempar mereka dengan tanah yang mengandung azab. Faja'alahumm ka'ashfin ma^kuwl, maka menjadilah mereka rontok seperti daun dimakan ulat.
Peristiwa hancurnya pasukan bergajah ini merupakan topic of the year waktu itu sehingga qabilah-qabilah Arab menamakannya Tahun Gajah. Mawlid RasuluLlah SAW adalah dalam Tahun Gajah ini. Dalam sejarah, Abraha seorang vazal (karaeng palili') dari Yaman, kerajaan kecil taklukan kerajaan Habasyah mengerahkan pasukannya yang mempunyai gajah untuk meruntuhkan Ka'bah. Penyerangan Abrahah ini berupa mekanisme poliik untuk mencerai-beraikan ikatan yang terjalin secara historik dari qabilah-qabilah Arab. Walaupun di antara mereka qabilah-qabilah Arab itu tidak sunyi dari pertikaian bersenjata, namun meraka masih merasa mmempunyai rasa kesatuan etnik sebagai turunan Nabi Ibrahim AS melalui anak sulungnya Nabi Isma'il AS.
Seperti diketahui Ka'bah di bangun kembali oleh kedua anak beranak Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il 'Aaalaihimassalam atas petunjuk Allah SW. Dikatakan dibangun kembali, oleh karena Ka'bah mula pertama dibangun oleh suami isteri Nabi Adam AS dan Hawa. Turun temurun bangsa Arab anak cucu Nabi Ibrahim AS melalui Nabi Isma'il AS secara sinambung memelihara dan merenovasi Ka'bah, bangunan yang berbentuk kubus tersebut. Walaupun mereka itu mengalami degradasi dari beraqidah tawhied mengEsakan Allah ke polytheist menyembah banyak dewa yang dilambangkan sebagai patung berhala, namun mereka itu tidak pernah menyembah Ka'bah, dan tidak pernah menyembah Hajaru lAswad batu hitam, batu perletakan pertama pada waktu Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'iel 'Alaihima Ssalam membangun kembali Ka'bah.
Hancurnya pasukan bergajah Abraha, termasuk Abraha sendiri, merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah yang menandai mawlid RasuluLlah SAW. Itu dari segi tahun mawlidnya RasuluLlah SAW. Dari segi bulan, maka bulan Rabiu lAwwal merupakan bulan yang penting dalam sejarah di samping sebagai bulan mawlid beliau. Mengapa? Karena dalam bulan itu pula RasuluLlah bersama-sama dengan Abu Bakar Ash Shiddiq tiba di Madinah dalam rangka hijrah. Seperti diketahui peristiwa hijrah ini merupakan titik balik dari perjuangan RasuluLlah SAW bersama-sama dengan ummatnya. Titik balik dari periode Makkah ke periode Madinah. Dari periode obyek, maf'uwlun bih, ke periode subyek, fa'il. Dan dalam bulan Rabiu lAwwal ini pula RasuluLlah SAW wafat. Ada suatu menit-menit yang penting pada waktu wafatnya RasuluLlah SAW.
Yaitu Umar marah terhadap pembawa informasi bahwa RasuluLlah telah wafat. Mana mungkin katanya, siapa sumber informasi itu. Melihat gelagat itu Abu Bakar tidak menanggapi Umar. Beliau sendiri langsung mencek kebenaran berita itu. Dan Abu Bakar, setelah menyaksikan bahwa RasulLah SAW telah benar-benar wafat, ia mendatangi kelompok yang mengelilingi Umar, kemudian Abu Bakar berpidato pula mengatasi ucapan kemarahan Ummar yang tidak henti-hentinya itu. Barang siapa yang ingin menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Barang siapa yang ingin menyembah Allah, maka Allah tetap hidup. Mendengar suara Abu Bakar yang lantang itu, Umar tepekur, istighfar, menyadari kekeliruannya, bahwa seakan-akan Muhammad itu tidak dapat mati. Gaungan suara lantang Abu Bakar ini menyelamatkan ummat Islam belakangan untuk tidak mempertuhankan Nabi Muhammad SAW.
Dalam peringatan mawlud RasuluLlah SAW thema umumnya ada tiga, bahwa RasuluLlah SAW diutus untuk Rahmatan li l'Alamien, teladan yang baik, dan menyempurnakan akhlak manusia. Ketiga thema sentral ini kita dapat ikuti dalam ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan tentang mawlid dan mawlud. Kolom ini terlalu sempit untuk itu. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 5 September 1993